belajar membuat rpp

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran : Geografi
Kelas/Semester : 12 IPS/I
Alokasi Waktu : 2 X 45 menit (1X pertemuan)
Model : PROGRAM
Pantau Pembelajar (siswa)
1. Karekteristik umum : siswa kelas 12 tergolong remaja, dan memiliki semangat belajar yang tinggi untuk mempersiapkan diri untuk menghadapi UN.
2. Kompetensi awal
Materi awal yang telah dipelajari saat SMP
Rumusan Tujuan Pembelajaran atau Kompetensi
Standar Kompetensi : siswa SMA kelas 12 semester I dapat memperaktekan keterampilan dasar peta.
Kompetensi Dasar :
A. Audience
Siswa SMA kelas 12 semester I jurusan Ilmu pengetahuan Sosial
B. Behavior
1. Mengenal prinsip dasar peta
2. Membuat keterampilan dasar peta
C. Condition
1. Buku cetak, buku paket Geografi kelas 12
2. Atlas, peta berukuran besar dan globe
D. Degree
1. Penyelesaian tugas dan praktek membuat peta
2. Membuat tugas kelompok
Olah Isi / Ajaran
1. Melakukan analisis terhadap ragam pengetahuan yang terkandung dalam pokok bahasan.
2. Sifat pengetahuan
Prasyarat yang harus dimiliki adalah pengetahuan dasar tentang peta
3. Alternatife penyajian
Siswa dapat melakukan praktek membuat peta dengan penugasan kelompok.
Gunakan Media dan Metode dengan tepat
A. Metode yang tepat
• Penjelasan materi oleh guru
• Latihan membuat peta dan menjawab soal
• Diskusi kelompok
• Pembentukan kelompok


Pokok Bahasan : Peta
Ragam pengetahuan yang dimaksud adalah prinsip dasar dan keterampilan membuat peta.
Sub pokok bahasan Bagian Pengetahuan
Peta • Pengertian tentang peta dan jenisnya
• Standar komponen peta Prinsip
Teori Pembuatan peta • Pengukuran jarak
• Pengukuran Arah
• Menentukan Skala dan garis kontur Keterampilan membuat peta
Membaca Peta • Peta umum
• Peta khusus prinsip
Proyeksi • Proyeksi Azimut
• Proyeksi silinder
• Proyeksi kerucut
• Proyeksi unik Keterampilan membuat peta


B. Media yang sesuai
• Modul atau buku Paket tentang peta (buku Geografi kelas 12)
• Alat pelengkapan menggambar : pensil, penghapus penggaris
• Peta dunia yang berukuran besar
• Atlas
• Globe
Renungan Sejenak
1. Refleksi diri (guru)
Membuat catatan diri tentang materi yang belum dikuasai sebagian siswa dan bagaimana mengatasinya
Menjawab beberapa pertanyaan dari
Apakah siswa tertarik membuat peta ?
Apakah siswa merasa kesulitan saat membuat peta ?
Bagian materi mana yang belum dipahami oleh siswa ?
Berapa pertemuan yang diperlukan untuk materi ini ?
Bagaimana membuat siswa tertarik dengan materi ini ?

2. Diskusi dengan mitra Pengajar
Berdiskusi dengan Tenaga Pengajar Geografi di Sekolah terkait untuk pokok bahasan,Metode, Strategi Penyajian.
3. Kiat dan Siapkan
1. Mempelajari materi tentang Peta
2. Mempraktekkan membuat Peta
3. Menentukan skala dalam Peta
Siapkan Bahan Ajar dan Lingkungan
1. Menyediakan Peta berukuran besar saat menjelaskan mengenai komponen-komponen peta.
2. Menyediakan Atlas sesuai dengan jumlah siswa.
3. Menyiapkan Globe
4. Membuat Lembar Kerja Siswa dan Lembar Kegiatan
5. Mempraktekkan Teknik membuat Peta
6. Memberitahukan kepada siswa apa ynag harus dibawa saat membuat peta.
Atur Kegiatan Peserta Didik
1. Siswa dibagi Kelompok, 1 Kelompok terdiri dari 4 siswa
2. Alokasikan waktu untuk penyajian materi, penjelasan materi, praktek membuat peta dll.

Pertemuan 1.
Waktu
1. Penjelasan materi 40 menit
2. Tanya Jawab 15 menit
3. Tes Penguasaan 20 menit
4. Review + Persiapan untuk minggu depan 15 menit
Pertemuan 2
1. Penjelasan materi 30 menit
2. Membaca Peta dan komponennya 30 menit
3. Kuis untuk kelompok 15 menit
4. Review dan Persipan untuk minggu depan 15 menit

Pertemuan ke 3
1. Persiapan praktek membuat peta 10 menit
2. Mempraktekkan membuat peta 35 menit
3. Penjelasan materi 20 menit
4. Review materi dari awal 25 menit

Pokok bahasan tentang Peta diselesaikan dalam waktu 3x pertemuan atau 6 x 45 menit.
Menilai dan Memperbaiki
A. Hasil belajar
Contoh tugas :
Kerjakan bersama kelompok belajarmu.
- Petakkan sekolah mu dengan membuat lokasi gedung dan kenampakan penting disekolah mu.
- Ukurlah arah dan jarak bangunan dengan kompas dan meteran.
- Pedoman titik pusat dan arah pengukuran, pengukuran dapat diambil dari salah satu titik dari perkarangan sekolah.
Cotoh tugas :
- Kalian dapat mencari informasi isi pada peta dan atlas
- Sebutkan nama kota, gunung, sungai yangdilengkapi dengan indeks seperti uang dicantum pada peta Aceh.
- Menjawab soal latihan pilihan ganda
B. Penilaian forto folio
Setiap siswa diminta untuk menyusun forto folio untuk setiap kegiatan tugas baik kelompok maupun individu.
Proposi penilaian adalah
• Latihan 25 %
• Forto folio 25 %
• Praktek membuat peta 40 %
• Kerjasama 10 %

filsafat icadah

Filsafat ibadah
Kata Filsafat memiliki banyak sekali arti, baik arti sempit maupun luas. Dalam hal ini Filsafat ibadah terdiri dari dua kata yaitu filsafat dan ibadah. Kaitannya dengan filsafat ibadah, filsafat itu sendiri diartikan secara etimologi yaitu memiliki arti berfikir bijaksana dan secara terminologi filsafat berarti mencari hakikat kebenaran. Atau dalam definisi yang disebutkan dalam buku “Islam Integral” adalah teori atau analisis logis tentang prinsip-prinsip yang mendasari peraturan, pemikiran, pengetahuan, dan sifat alam semesta. Sedangkan ibadah secara etimologi, berarti taat, tunduk, patuh dan sebagainya, sedangkan secara terminologi ibadah berarti penghambaan diri seseorang terhadap Sang Khaliq dengan menjalankan segala perintah-perintahnya serta menjauhi larangan-larangannya. Ibadah tidak hanya berupa shalat, zakat, puasa dan haji tetapi ibadah dapat berupa doa dan dzikir serta segala amal perbuatan yang diridhoi oleh Allah Swt. Di bawah ini akan dijelaskan mengenai filsafat ibadah berupa ibadah shalat, zakat, puasa, dan haji.

1. FILSAFAT SHALAT
Shalat memiliki arti doa dan istigfar. Dalam sehari setiap umat islam wajib melaksanakan shalat wajib lima waktu yaitu Shubuh, dzuhur, Ashar, magrib, dan Isya’. Dan setiap ibadah shalat telah ditetapkan waktumya. Adapun hikmah mengapa shalat wajib dilaksanakan lima kali dalam sehari yaitu :
Menumbuhkan perasaan tunduk dan takut keada Allah.
Untuk meringankan dan mengekalkan Shalat.
Untuk mengekalkan ingatan kepada Allah.
Untuk meneladani rasul-rasul dahulu.
Untuk menyatakan kesyukuran kepada Allah pada waktu yang sepatutnya.
Sedangkan rahasia ditentukan shalat wajib pada waktu subuh, dzuhur, ashar, magrib dan isya’ adalah pada waktu tersebut kekuatan rohani malaikat bertebaran dan doa mudah diterima.Shalat Ashar diantara shalat Dzuhur dan magrib serta shalat isya’ diantara shalat maghrib dengan subuh adalah supaya jangan terlalu lama jarak waktunya antara keduanya.
Selain ada rahasia serta makna yang terkandung dalam waktu shalat, tentu ada pula hikmah dan rahasia yang terkandung dalam ibadah shalat itu sendiri.
Mengingatkan kita kepada Allah [surat Thaha(20):14]
Menyucikan roh dan menjauhkan diri dari perbuatan jahat
Mendidik dan melatih manusia menjadi orang yang tenang dalam menghadapi segala penderitaan.
Menghilangkan sifat kikir.
Menghapus dosa
Mendidik disiplin
Mendidik kebersihan
Menjaga kesehatan

2. FILSAFAT ZAKAT
Menurut bahasa zakat berarti suci atau subur sedangkan menurut istilah zakat ialah mengeluarkan sebagian harta untuk diberikan kepada mereka yang berhak. Menurut aturan yang telah ditentukan oleh al-Quran dan Sunnah rasul. Harta yang digunakan disebut zakat karena :
Menyucikan diri dari dosa, kekikiran, dan cinta harta yang berlebihan.
Menyucikan budi pekerti masyarakat dari sifat dengki dan dendam.
Memperbanyak pahala dan harta [Al BAqarah (2) : 261] serta sifat-sifat kebaikan [surat At Taubah(9):103]
Pada masa Rasulallah harta yang boleh dizakatkan ada lima yaitu perhiasan (emas dan perak), barang perniagaan, tumbuh-tumbuhan, binatang seperti unta, sapi, biri-biri, dan barang logam serta barang simpanan jahiliyah. Sebanya karena harta-harta tersebut dapat berkembang dan subur baik secara langsung maupun tidak langsung. Para ulama membagi harta menjadi tiga golongan yaitu harta yang dimiliki untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, misalnya rumah, perlengkapan rumah tangga dan kendaraan. Harta yang dimiliki untuk memperoleh keuntungan atau harta berkembang dan subur, misalnya tanah yang ditanami, binatang ternak, dan barang dagangan; harta yang dapat dikatakan ebagai harta yang dimiliki untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan dpat pula dikatakan sebagai harta berkembang, misalnya emas dan alat-alat pertukangan.
Adapun hikmah dan rahasia zakat dari segi yang mengeluarkan zakat yaitu :
Menyucikan diri dari sifat kikir dan cinta harta berlebihan
Memperbanyak sifat-sifat baik dan harta itu sendiri
Mendekatkan diri kepada Allah
Menjadi bukti rasa syukur
Mengekalkan pahala
Adapun hikmah dan rahasia zakat dari segi penerima zakat yaitu :
Menghilangkan kesulitan hidup fakir miskin
Memelihara fakir miskin dari kehinaan
Membantu orang-orang yang berhutang untuk membayar hutangnya
Memudahkan ibnu sabil dalam perjalanannya
Membantu orang-orang yang berjuang dijalan Allah
Adapun hikmah dan rahasia zakat dari segi keduanya adalah dapat menyempurnakan imannya, baik bagi yang miskin maupun yang kaya serta mewujudkan kasih sayang dan persaudaraan antara kedua belah pihak.

3. FILSAFAT PUASA
Ada dua rahasia waktu puasa yaitu puasa pada bulan ramadhan dan puasa pada bulan diantara bulan tahun hijriah. Menurut sebagian ulama puasa dilakukan pada bulan ramadhan karena dalam bulan ramadhan ini diturunkan Al Qur’an dan Rasulallah SAW menerima permulaan wahyu [surat Al Baqarah (2) :135]. Puasa pada dasarnya menahan makan, minum, dan hubungan seksual, namun sebenarnya tidak hanya itu. Sehubungan dengan hal ini puasa dapat dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu :
Tingkatan puasa umum, mencakup menahan makan, minum dan hubungan seksual.
Tingakatan puasa khusus, mencakup menahan makan, minum, hubungan seksual, dan menahan anggota badan dari perbuatan dosa. Untuk mencapai tingkatan puasa khusus ini diperlukan beberapa syarat tertentu.
Tingakatan puasa Ahlul ma’rifah, yaitu menahan makan, minum, hubungan seksual, dan menahan hati dari segala cita-cita yang hina, pikiran duniawi, dan segala hal selain Allah, karena semata-mata mengharapkan keridhoan Allah SWT.
Hikmah dan rahasia puasa dilihat Segi Spiritual.
Dapat meningkatkan kekuatan rohaniah.
Dapat menjauhkan diri dari kepentingan pribadi dan berbuat baik kepada orang lain, serta menimbulkan perasaan yang berkaitan dengan sifat-sifat Allah.
Membiasakan diri bersabar
Memperingatkan diri bahwa manusia itu hanyalah hamba Allah yang sangat lemah.
Menumbuhkan kekuatan pikiran dan hati.
Hikmah dan rahasia puasa dilihat dari segi Fisiologis.
Dalam otak manusia terdapat saraf yang disebut saraf penahan yang berfungsi mengendalikan tingkah laku. Sehingga pada waktu puasa saraf penahan ini dapat terkendali karena pada saat puasa kita menahan diri dari beberapa hal yang dapat membatalkan puasa seperti makan, minum, hubungan seksual dan lain-lain. Dengan demikian puasa merupakan sistem pendidikan untuk mengendalikan perut, seksual, dan tingkah laku yang terlarang. Dalam puasa etika kaidah-kaidah moral yang dipakai dalam menumbuhkan dan membentuk sifat saraf penahan bersifat universal, karena berasal dari wahyu Allah dan sunnah Rasul.

4. FILSAFAT HAJI
Haji merupakan ibadah yang memiliki rukun-rukun yang sangat kompleks, dan tiap amalan tersebut mengandung rahasia tertentu.
Rahasia memakai ihram yaitu :
Mengingatkan bahwa kelak jika kita meninggal mengenakan kain kafan untuk membungkus tubuh kita.
Memperkuat kemauan
Menjauhi syahwat
Menghilangkan perbedaan dalam masyarakat
Rahasia thawaf yaitu :
Ibarat berkumpul dan berkeliling hati di sekitar kesucian Allah.
Menyerupai para malaikat yang mendekati Allah dan mengelilingi arsy
Menyatakan kebesaran Baitullah
Rahasia sa’i antara ash-Shafa dan al-Marwah yaitu :
Mengenang perbuatan Ibu Isma’il
Menumbuhkan rasa syukur pada waktu memperoleh apa yang dibutuhkan walaupun sudah lelah.
Untuk memohon turunnya rahmat Allah dan untuk mengharapkan ampunan serta kerelaan-Nya.
Mengingatkan akan mondar-mandirnya antara dua daun neraca al Mizan dengan mengumpamakan as-Shafa dengan daun neraca kebaikan dan al-Marwah dengan daun neraca kejahatan.
Rahasia wuquf di Arafah yaitu :
Mengingatkan lapangan luas tempat dimana semua umat berkumpul pada hari kiamat.
Menyerahkan diri dengan hati yang tunduk dan takut dengan tangan menengadah ke langit untuk memohon dan mengharapkan curahan rahmat serta berkah dari Allah.
Rahasia melempar jumrah yaitu :
Meneladani Nabi Ibrahim pada waktu menaati perintah Allah melempari Iblis yang menggodanya dengan batu untuk mengusirnya.
Sebagai ibarat yang menggambarkan kutukan terhadap kejahatan.
Sebagai ibarat untuk menyatakan kesungguhan dan kemauan untuk menyingkarkan hawa nafsu yang merusak.
Rahasia penyembelihan Qurban yaitu :
Meneladani Nabi Ibrahim pada waktu menaati perintah Allah untuk menyembelih anaknya, kemudian diganti dengan biri-biri.
Mengenang nikmat Allah yang dilimpahkan kepada Isma’il.
Mendekatkan diri kepada Allah semoga Allah membebaskan bagian dari badan kita dari neraka dengan tiap-tiap bagian tubuh dari binatang itu.
Rahasia mencium al-Hajru al-aswad ialah Ibarat melekukan janji dengan Allah intuk mentaati-Nya.
Rahasia singgah di Mina ialah untuk memperlihatkan kebesaran Islam.
Rahasia mencukur rambut adalah menyatakan selesai dari ihram, sebagaimana salam dalam shalat dan membersihkan diri dari rambut yang panjang dan dibiarkan kusut.
Selain amalan-amalan yang dilakukan dalm ibadah haji memiliki rahasia, Ibadah haji itu sendiri juga mengandung hikmah dan rahasia sebagi berikut dilihat dari beberapa segi :
Dari segi aqliah yaitu :
Mendorong umat islam untuk mencari kekayaan yang sebanyak-banyaknya, karena untuk menyempurnakan agama dengan beribadah haji memerlukan biaya yang banyak.
Melatih berkorban.
Melatih umat islam berani menempuh kesulitan.
Mewujudkan pertemuan besar di antara umat islam seluruh dunia.
Media untuk berkenalan dengan seluruh umat islam di dunia dan menciptakan ukhuwah islamiyah.
Mewujudkan persamaan di antara mereka.
Media untuk berunding dan bermusyawarah memikirkan kepentingan agama dan umat islam.
Dari segi nash hadits yaitu :
Memberikan jaminan masuk surga
Diampuni dosa-dosanya.
Memudahkan diterimanya doa.
Mendapatkan rahmat Allah.

Sistem Pembelajaran Abad 21 dengan Project Based Learning (PBL)

Sistem Pembelajaran Abad 21 dengan Project Based Learning (PBL)

Kurikulum yang dikembangkan saat ini oleh sekolah dituntut untuk merubah pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered learning) menjadi pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-centered learning). Hal ini sesuai dengan tuntutan dunia masa depan anak yang harus memiliki kecakapan berpikir dan belajar (thinking and learning skils). Kecakapan-kecakapan tersebut diantaranya adalah kecakapan memecahkan masalah (problem solving), berpikir kritis (critical thinking), kolaborasi, dan kecakapan berkomunikasi. Semua kecakapan ini bisa dimiliki oleh siswa apabila guru mampu mengembangkan rencana pembelajaran yang berisi kegiatan-kegiatan yang menantang siswa untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah. Kegiatan yang mendorong siswa untuk bekerja sama dan berkomunikasi harus tampak dalam setiap rencana pembelajaran yang dibuatnya.

Selain pendekatan pembelajaran, siswa pun harus diberi kesempatan untuk mengembangkan kecakapannya dalam menguasai teknologi informasi dan komunikasi - khususnya komputer. Literasi ICT adalah suatu kemampuan untuk menggunakan teknologi dalam proses pembelajaran untuk mencapai kecakapan berpikir dan belajar siswa. Kegiatan-kegiatan yang harus disiapkan oleh guru adalah kegiatan yang memberikan kesempatan pada siswa untuk menggunakan teknologi komputer untuk melatih keterampilan berpikir kritisnya dalam memecahkan masalah melalui kolaborasi dan komunikasi dengan teman sejawat, guru-guru, ahli atau orang lain yang memiliki minat yang sama.

Aspek lain yang tidak kalau pentingnya adalah Assessmen. Guru harus mampu merancang sistem assessmen yang bersifat kontinyu - ongoing assessmen - sejak siswa melakukan kegiatan, sedang dan setelah selesai melaksanakan kegiatannya. Assessmen bisa diberikan diantara siswa sebagai feedback, oleh guru dengan rubric yang telah disiapkan atau berdasarkan kinerja serta produk yang mereka hasilkan.

Untuk mencapai tujuan di atas, pendekatan pembelajaran yang cukup menantang bagi guru adalah pendekatan pembelajaran berbasis proyek (Project-based learning atau PBL).

Di dalam mengembangkan PBL, guru dituntut untuk menyiapkan unit plan, sebagai portfolio guru dalam proses pembelajarannya.
Di dalam unit plan, guru harus mengarahkan rencana proyeknya dalam sebuah Kerangka Pertanyaan berdasarkan SK/KD yang ada dalam kurikulum. CFQ atau Curriculum frame Question adalah sebagai alat untuk mengarahkan siswa dalam mengerjakan proyeknya, sehingga sesuai dengan tujuan yang telah direncakan.

Guru harus menyiapkan materi-materi pendukung untuk kelancaran proyek siswa, demikian pula siswa harus mampu membuat contoh-contoh hasil tugasnya untuk ditampilkan atau dipresentasikan di depan temannya. Pada saat presentasi hasil proyeknya siswa mendapat kesempatan untuk melakukan assessmen terhadap temannya - peer assessmen, memberikan feedback pada hasil kerjanya.

Dalam rencana pelajaran guru pun harus memberikan kesempatan pada siswa untuk melaporkan hasil proyeknya dalam berbagai bentuk, bisa dalam bentuk blog, wiki, poster, newsletter atau laporan.
Kegiatan yang memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi atau high order thinking harus dirancang dalam rencana pelajaran guru. Siswa diberi kesempatan untuk melakukan analisis, sintesis dan evaluasi melalui proyek yang mereka kerjakan.

PBL merupakan salah satu model pembelajaran yang berpusat pada siswa yang diyakini para ahli mampu menyiapkan siswa kita untuk menghadapi dunia kerja di abad ke-21. Menurut hasil survey The Conference Board, Corporate Voices for Working Families, Partnership for 21st Century Skills, dan The Society of Human Resources Management yang dirilis pada tanggal 2 Oktober 2006 : Apakah Mereka Siap untuk Bekerja?


A. Kecakapan paling penting untuk bisa sukses bekerja ketika lulus SMA

* Etos kerja (80%), Kolaborasi (75%), Komunikasi yang baik (70%), Tanggung jawab Sosial (63%) , Berpikir kritis sertan kemampuan memecahkan masalah (58%)


B. Kelemahan yang dimiliki siswa lulusan SMA ketika mereka diterima kerja

* Komunikasi menulis (81%), Kepemimpinan (73%), Etos kerja (70%), Berpikir kritis dan memecahkan masalah (70%), dan Pengarahan diri (58%)


C. Kecakapan apa dan objek apa yang sedang tumbuh dalam lima tahun yang akan datang?

* Berpikir kritis (78%), ICT (77%); Kesehatan dan Kesejahteraan (76%); Kolaborasi (74%), Inovasi (74%), dan Tanggung jawab finansial pribadi (72%)


Dari hasil survey di atas menunjukkan bahwa kecakapan-kecakapan yang termasuk dalam Thinking and Learning Skills (problem solving, critical thinking, collaboration, communication) menjadi kecakapan-kecakapan yang sangat penting harus dimiliki oleh siswa agar mampu bersaing dengan siswa negara lain.

Pendekatan pembelajaran yang bagaimana yang harus guru siapkan untuk mengembangkan semua kecakapan di atas? Menurut para ahli, project-based learning merupakan salah satu pendektan pembelajaran yang berpusat pada siswa yang mampu mengembangkan semua kecakapan di atas. Hal ini dikarenakan PBL memiliki karakteristik sebagai berikut:
• Siswa menjadi pusat atau sebagai obyek yang secara aktif belajar pada proses pembelajaran.
• Proyek-proyek yang direncanakan terfokus pada tujuan pembelajaran yang sudah digariskan dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dalam kurikulum
• Proyek dikembangkan oleh Pertanyaan-pertanyaan sebagai kerangka dari kurikulum (curriculum-framing question)
• Proyek melibatkan berbagai jenis dan bentuk assessmen yang dilakukan secara kontinyu (ongoing assessmen)
• Proyek berhubungan langsung dengan dunia kehidupan nyata.
• Siswa menunjukkan pengetahuannya melalui produk atau kinerjanya.
• Teknologi mendukung dan meningkatkan proses belajar siswa.
• Keterampilan berpikir terintegrasi dalam proyek.
• Strategi pembelajarn bervariasi karena untuk mendukung oleh berbagai tipe belajar yang dimiliki oleh siswa (multiple learning style).

Berpikir Tentang Kurikulum

. Berpikir Tentang Kurikulum
Di mana-mana hari ini, perencana kurikulum diminta untuk menentukan bagaimana menerapkan standar negara dan isu-isu lain ketika menangani kurikulum mereka. Tapi bagaimana untuk pergi tentang itu? Maksud dari bab pendahuluan revisi ini adalah untuk memberikan tinjauan tentang kurikulum, sehingga bab subjek spesifik yang mengikuti dapat dilihat dari perspektif yang lebih luas. Bab ini dimulai dengan memberikan dasar pengetahuan untuk proses pengembangan kurikulum. Bab ini juga menganalisis kurikulum bekerja di negara bagian, distrik sekolah, sekolah, dan tingkat kelas. Bagian tambahan, Standar Menempatkan Bekerja di Sekolah, telah dimasukkan dalam bab ini direvisi untuk menguraikan cara-cara yang standar dapat dimasukkan ke dalam kurikulum (lihat halaman 39-57).
Konsep Kurikulum

Sementara perencana kurikulum telah mencoba selama beberapa dekade untuk mendefinisikan kurikulum-sering dengan pendekatan panduan sangat sedikit-dua bisa menyelesaikan perdebatan. Yang pertama adalah dengan menggunakan definisi sederhana yang mencerminkan bagaimana kebanyakan pemimpin pendidikan menggunakan istilah: Kurikulum adalah keterampilan dan pengetahuan yang siswa untuk belajar. Pendekatan yang lebih kompleks adalah untuk menganalisis beberapa sumber kurikulum; dari perspektif ini terdapat delapan jenis berbeda:

*

Kurikulum yang dianjurkan berasal dari para ahli di lapangan. Hampir setiap kelompok profesional disiplin berbasis diundangkan standar kurikulum untuk bidangnya. laporan komprehensif Kendall dan Marzano Konten Pengetahuan: Sebuah Kompendium Standar dan Tingkatan yang dicapai untuk Pendidikan K-12, 2nd Edition (1997) adalah kompilasi yang sangat baik dari standar ini.

O)Kurikulum tertulis ditemukan dalam dokumen yang dihasilkan oleh negara, sistem sekolah, sekolah, dan guru kelas, menentukan apa yang akan diajarkan. Di tingkat kabupaten, dokumen biasanya termasuk panduan kurikulum dan grafik lingkup-dan-urutan; sistem sekolah banyak membuat dokumen kurikulum mereka tersedia meskipun database dan Internet. Kurikulum tertulis juga meliputi bahan yang dikembangkan oleh guru kelas. Kurikulum tertulis yang biasanya berarti oleh para pemimpin yang mengatakan, "Kami akan mengembangkan kurikulum matematika."
*

Kurikulum yang didukung adalah satu yang ada bahan ajar yang tersedia gratis, seperti buku teks, perangkat lunak, dan sumber daya multimedia.
*

Kurikulum yang diuji adalah satu diwujudkan dalam tes yang dikembangkan oleh negara, sistem sekolah, dan guru. The "test" digunakan secara luas di sini untuk menyertakan tes standar, tes kompetensi, dan penilaian kinerja.
*

Kurikulum yang diajarkan adalah salah satu yang benar-benar memberikan guru. Para peneliti telah menunjukkan bahwa ada variasi yang sangat besar dalam sifat dari apa yang sebenarnya diajarkan, meskipun penampilan dangkal keseragaman (Gehrke, Knapp, & Sirotnik, 1992).
*

Kurikulum belajar adalah baris-bottom kurikulum-apa siswa belajar. Jelas ini adalah yang paling penting dari semua.

Dua jenis-jenis kurikulum-meskipun tidak eksplisit dan terlihat dalam dokumen kurikulum sekolah, materi, dan tes-juga perlu diperhatikan:

*

Kurikulum tersembunyi (sebuah istilah yang diciptakan oleh Jackson, 1968) adalah kurikulum yang tidak disengaja-apa siswa belajar dari budaya dan iklim sekolah. Ini mencakup unsur-unsur seperti penggunaan waktu, alokasi ruang, pendanaan untuk program dan kegiatan, dan kebijakan disiplin dan praktek. Misalnya, jika sebuah sekolah dasar mengalokasikan 450 menit setiap minggu untuk membaca dan 45 menit untuk seni, pesan yang tidak diinginkan kepada siswa adalah bahwa "seni tidak penting."
*

Kurikulum dikecualikan adalah apa yang telah ditinggalkan, baik sengaja atau tidak sengaja. Eisner (1979) istilah ini "kurikulum null," karena tidak nampak. Sebagai contoh, kurikulum sejarah AS sering telah menghilangkan atau ditutupi hanya topik singkat seperti gerakan buruh, pentingnya agama dalam kehidupan Amerika, atau penginterniran orang Amerika Jepang selama Perang Dunia II. Gehrke, Knapp, dan Sirotnik (1992) menunjukkan bahwa kurikulum yang dikecualikan adalah "kuat berdasarkan ketiadaan" (hal. 53).

Jenis Interaksi Kurikulum

Bagaimana kurikulum jenis ini berinteraksi? Literatur penelitian dan pengalaman bekerja dengan para pemimpin pendidikan dan sistem sekolah pada pengembangan kurikulum menyarankan sebagai berikut:

*

Kurikulum yang direkomendasikan pada umumnya memiliki dampak kecil pada kurikulum tertulis dan mungkin kurang berpengaruh pada guru kelas. Rekomendasi dari ahli subyek dan pembuat kebijakan terkait dengan isi kurikulum biasanya memiliki pengaruh yang kecil terhadap sekolah. Sebuah pengecualian baru-baru ini menonjol adalah rekomendasi yang ditawarkan oleh Dewan Nasional Guru Matematika (1989), yang tampaknya telah mempengaruhi sistem kurikulum matematika banyak sekolah dan telah positif diterima oleh guru matematika paling.
*

Kurikulum yang ditulis hanya memiliki pengaruh yang moderat pada kurikulum diajarkan. Sebagian besar guru mengalami meninjau panduan kurikulum di awal tahun dan kemudian menyimpannya sebagai mereka menimbang faktor-faktor lain dalam memutuskan apa yang akan diajarkan. Mereka cenderung memberikan perhatian yang lebih besar untuk faktor-faktor seperti minat, penilaian mereka sendiri tentang apa yang telah bekerja di masa lalu, dan apa yang akan di tes negara dan kabupaten.
*

Kurikulum diuji tampaknya memiliki pengaruh kuat pada kurikulum benar-benar diajarkan. Dalam era akuntabilitas, guru dimengerti prihatin tentang bagaimana siswa melakukan tes. Banyak waktu kelas dihabiskan pada pengembangan uji-wiseness dan berlatih pertanyaan serupa dengan yang akan muncul di kabupaten, negara, dan tes nasional. Dan di hampir setiap kelas, siswa mengajukan pertanyaan abadi: "Apakah ini akan di tes?" Ada sisi positif ini penekanan pada tes, ketika mereka mengambil bentuk penilaian kinerja. Gooding (1994) ditentukan bahwa guru menggunakan penilaian kinerja dimasukkan penggunaan perilaku mengajar berbasis penelitian lebih sering daripada mereka mengandalkan bentuk-bentuk tradisional evaluasi. Namun, perlu diketahui bahwa sebuah penelitian terbaru menyimpulkan bahwa para siswa di negara-negara dengan wajib tes kelulusan SMA mencapai kurang pada tes kinerja akademik dibandingkan dengan siswa di negara-negara dengan program tes lebih rendah-taruhan (Neill, 1998).
*

Kurikulum didukung terus memiliki pengaruh yang kuat pada kurikulum diajarkan, khususnya untuk guru SD, yang mengajar empat atau lima mata pelajaran. buku ini sering sumber utama pengetahuan mereka isi.
*

Ada kesenjangan yang signifikan antara kurikulum diajarkan dan kurikulum belajar, siswa tidak selalu belajar apa yang mereka ajarkan. Beberapa faktor account untuk kesenjangan: kegagalan guru untuk membuat kurikulum yang bermakna dan menantang atau untuk memonitor belajar siswa, dan tingkat rendah siswa motivasi, kemampuan kognitif, dan rentang perhatian pendek.
*

Seperti disebutkan sebelumnya, tersembunyi dan tidak termasuk kurikulum memiliki pengaruh kuat pada persepsi siswa. Setiap hari siswa dihadapkan pada kurikulum tersembunyi dan dikeluarkan dan menginternalisasikan pesan mereka. Jadi, jika para pemimpin sistem sekolah berbicara tentang pentingnya pendidikan fisik tetapi mengalokasikan hanya 45 menit per minggu dengan subjek di kelas-kelas SD, pesan yang memberikan adalah bahwa pendidikan fisik tidak masalah, relatif berbicara.

Walaupun semua jenis kurikulum yang penting, para pemimpin kurikulum harus fokus pada kurikulum yang dipelajari, menekankan pentingnya menerapkan kurikulum tertulis dan membantu guru menutup kesenjangan antara mengajar dan kurikulum yang dipelajari.
Kurikulum Kualitas

Apa yang merupakan kurikulum berkualitas tinggi? Di satu sisi pertanyaan tidak dapat dijawab secara empiris, karena pertanyaannya adalah nilai-sarat. Jika para pemimpin kurikulum percaya kurikulum difokuskan secara sempit hanya yang berhubungan dengan "dasar" adalah yang paling diinginkan, maka mereka akan berdebat untuk manfaat seperti kurikulum. Di sisi lain, jika mereka percaya pada sebuah kurikulum yang komprehensif yang berhubungan secara luas dengan masalah kehidupan-terkait, maka mereka akan menganjurkan sebuah pendekatan. Divisi ini tidak selalu bisa didamaikan dengan memutar untuk penelitian. Namun demikian, beberapa temuan sementara menunjukkan bahwa siswa belajar lebih banyak di sekolah-sekolah yang menekankan kurikulum yang berfokus lebih tajam pada program akademik (Lee, Croninger, & Smith, 1997).

Menempatkan masalah nilai samping, di sini adalah panduan beberapa berbasis penelitian untuk mengembangkan kurikulum berkualitas tinggi.

1.

Struktur kurikulum sehingga memungkinkan siswa dan guru untuk belajar secara lebih mendalam beberapa topik yang paling penting dan keterampilan. Dengan kata lain, jangan menekankan cakupan tujuan kurikulum terlalu banyak dan topik dengan mengorbankan kedalaman. Beberapa studi menyimpulkan bahwa fokus secara mendalam pada sejumlah kecil keterampilan dan konsep akan mengakibatkan pemahaman yang lebih besar dan retensi dan lebih baik akan mendukung upaya untuk mengajarkan pemecahan masalah dan berpikir kritis. (Lihat, misalnya, Knapp and Associates, 1991; McDonnell, 1989;. Brophy, 1990)
2.

Struktur kurikulum sehingga panggilan pada siswa untuk menggunakan berbagai strategi pembelajaran untuk memecahkan masalah. Catatan bahwa ini tidak berarti siswa harus belajar kemampuan berpikir generik. Walaupun minat awal dalam berpikir kritis menyebabkan banyak inovator untuk mengajar terisolasi "kemampuan berpikir," penelitian dalam psikologi kognitif sekarang menunjukkan dengan jelas bahwa keterampilan tersebut lebih baik dipelajari dan dipertahankan ketika mereka tertanam dalam unit yang menangani masalah yang berarti kompleks dalam konteks tertentu. (Untuk diskusi lebih rinci dari masalah ini, lihat volume diedit oleh Resnick & Klopfer, 1989; dan Brooks & Brooks, 1993.)
3.

Struktur dan memberikan kurikulum sehingga semua siswa memperoleh baik keterampilan dan pengetahuan esensial dari subyek. Selama bertahun-tahun bodoh pendidik berdebat tentang keutamaan konten versus proses. kemajuan terbaru dalam psikologi kognitif menunjukkan dengan jelas bahwa dikotomi seperti adalah disfungsional. Siswa dapat memecahkan masalah yang kompleks dalam ilmu pengetahuan, misalnya, hanya bila mereka diberi akses ke pengetahuan yang diperlukan untuk memecahkan mereka. psikolog kognitif membedakan antara inert-ilmu pengetahuan yang tidak digunakan-dan pengetahuan generatif, yang digunakan dalam memecahkan masalah yang berarti. Sebagai contoh, jika siswa belajar di mana ibukota Pennsylvania itu dan ingatlah bahwa dalam memori, itu adalah pengetahuan inert. Jika mereka belajar di mana modal tersebut dan menggunakan pengetahuan itu untuk menulis kepada gubernur, maka menjadi generatif. Generatif pengetahuan dipanggil untuk pikiran bila digunakan dalam memecahkan masalah.
4.

Struktur kurikulum sehingga merespon perbedaan individu siswa. Tiga jenis respons yang direkomendasikan. Pertama, kurikulum harus menggunakan beragam mode tampilan representasi-orang-orang atau pengetahuan cara transfer. Kebanyakan pendidik menekankan mode verbal. Beberapa pendidik yang inovatif menambah sarana visual seperti diagram alir dan diagram web.

Kurikulum juga harus diatur sehingga guru dapat memberikan tingkat tinggi struktur pada awal tahun dengan memberikan isyarat, saran, dan penjelasan. Kemudian, sebagai tahun berlangsung, guru dapat membiarkan siswa memecahkan masalah sendiri.

Akhirnya, kurikulum harus mengakui multiple intelligences siswa, bukan hanya menekankan verbal dan matematika. Penyesuaian tersebut dirancang untuk mengakomodasi perbedaan pelajar yang signifikan (Wang, Haertel, & Walberg, 1990; Gardner, 1997).
5.

Mengatur kurikulum sehingga menyediakan multiyear, studi sekuensial, tidak "berdiri sendiri" kursus. Walaupun mungkin ada beberapa nilai dalam menawarkan program tersebut untuk tujuan pengayaan di semua tingkatan, penelitian McDonnell's (1989) menekankan bahwa kurikulum multiyear sekuensial akan memiliki hadiah lebih besar dari program tunggal yang bukan merupakan bagian dari keseluruhan program studi.
6.

Tekankan baik akademis dan praktis. Johnson (1989) menjelaskan hal ini tentang kurikulum ilmu: "Membuat konsep-konsep dalam pikiran harus berhubungan mana mungkin untuk pengalaman akrab Pengalaman adalah aplikasi pemahaman...." (Hal. 9). Ini menghubungkan pengetahuan akademik dan diterapkan harus terjadi di seluruh kurikulum, tidak hanya dalam program "prep tech".
7.

Selektif mengembangkan kurikulum terpadu. Sejumlah penelitian telah menyimpulkan bahwa penggunaan kurikulum terpadu telah menghasilkan prestasi yang lebih baik dan sikap baik terhadap sekolah. Pemimpin harus dilanjutkan dengan hati-hati, bagaimanapun, karena para ahli telah menyatakan keprihatinan tentang pengejaran guru integrasi dengan mengorbankan tujuan-tujuan lain. Kepala sekolah dan guru bersama-sama dapat memutuskan jenis dan cakupan integrasi kurikulum untuk sekolah mereka, dengan menggunakan pedoman yang disediakan oleh kabupaten. (Untuk analisis lebih lanjut integrasi, lihat Puting Standar untuk Bekerja di Sekolah pada halaman 39.)
8.

Fokus pada pencapaian sejumlah tujuan kurikulum penting, daripada mencoba untuk menutup terlalu banyak (Cotton, 1999). Perlu diingat pentingnya kedalaman.
9.

Mempertahankan penekanan pada kurikulum yang dipelajari. Sebagai Schmoker (1996) mencatat, para pemimpin sekolah harus terutama berkaitan dengan hasil-perbaikan pembelajaran untuk semua siswa. Tertulis kurikulum terpadu atau apakah subjek-difokuskan-adalah hanya sebuah alat untuk mencapai tujuan: berkualitas tinggi belajar bagi semua siswa.

Tren saat Mempengaruhi Pengembangan Kurikulum

Sebelum membahas struktur dan proses untuk memperbaharui kurikulum, penting untuk dicatat beberapa fitur yang signifikan dari konteks pengembangan kurikulum. Banyak perkembangan dan tren di K-12 pendidikan adalah mengubah lanskap untuk bekerja kurikulum. Walaupun sejarah menunjukkan bahwa seringkali sulit untuk memprediksi perubahan akan memiliki dampak besar pada sekolah dan yang akan berubah menjadi tak lebih dari mode, akan lebih bermanfaat untuk menilai tren saat ini sebagai bagian dari pembaharuan kurikulum. Berikut adalah beberapa tren utama yang dapat mempengaruhi kurikulum, berdasarkan sejarah dan literatur saat ini. (Sebagai bagian dari kurikulum pekerjaan Anda, Anda mungkin ingin membuat daftar Anda sendiri tren saat ini, dengan memberikan perhatian khusus untuk tren di daerah Anda.)
Pentingnya Peningkatan Standar Nasional dan Negara

Pada saat penulisan ini, ada perdebatan yang cukup tentang standar nasional. Meskipun hampir semua organisasi nasional yang mewakili berbagai bidang subjek telah mengeluarkan standar isi sukarela, pertempuran kebijakan alih peran federal yang tepat telah terhenti beberapa rencana paling ambisius untuk menerapkannya.

ketidakpuasan Melanjutkan dengan prestasi siswa, terutama yang tercermin di media berita, mungkin mengakibatkan dalam diskusi lebih dari peran yang tepat standar nasional. Dalam analisis seimbang, Smith, Fuhrman, dan O'Day (1994) merangkum pro dan kontra dari standar nasional. Advokat, mereka mengatakan, menegaskan bahwa standar akan

*

Pastikan bahwa semua warga negara akan memiliki pengetahuan bersama dan nilai-nilai yang dibutuhkan untuk membuat pekerjaan demokrasi.
*

Menghasilkan efisiensi yang lebih besar, karena semua 50 negara dapat memanfaatkan standar nasional.
*

Mendorong negara dan dewan lokal untuk meningkatkan standar mereka.
*

Meningkatkan kualitas sekolah.
*

Pastikan ukuran besar dari ekuitas pendidikan.

Juga, perbandingan internasional menunjukkan bahwa guru di negara dengan kontrol pusat yang kuat dari kurikulum yang dilaporkan konsistensi yang lebih besar dalam apa yang harus diajarkan dan apa yang mereka lakukan ajarkan bila dibandingkan dengan guru di negara-negara dengan kontrol lokal yang lebih besar, seperti Amerika Serikat (Cohen & Spillane, 1992). Bahwa variasi dalam konsistensi mungkin salah satu faktor perbedaan akuntansi internasional prestasi.

Namun, Smith dan rekan mencatat beberapa kelemahan ditekankan oleh para kritikus standar nasional:

1.

standar umum cenderung mencerminkan keterampilan minimum dan pengetahuan, hasil yang dalam menurunkan seluruh sistem.
2.

Pengembangan standar pada tingkat nasional akan menarik sumber daya dari upaya negara bagian dan lokal.
3.

standar nasional dapat menjadi de facto kurikulum yang akan menghambat kreativitas lokal dalam pengembangan kurikulum.
4.

Standar saja tidak akan berpengaruh terhadap prestasi siswa kecuali sumber daya yang signifikan diberikan kepada sistem sekolah setempat (perkembangan tidak diberikan upaya untuk berhemat pemerintah federal).

Kendall dan Marzano (1997) meningkatkan beberapa praktis memperingatkan tentang standar nasional. Laporan mereka, kompilasi sistematis standar nasional yang telah dikembangkan oleh berbagai organisasi profesi, menunjukkan bahwa melaksanakan semua rekomendasi yang muncul akan menjadi tugas yang tidak mungkin bagi para pemimpin kurikulum. Menurut analisis mereka, siswa harus menguasai tiga "tolok ukur" setiap minggu untuk mencapai semua standar yang ditetapkan oleh kelompok profesional. (Benchmark adalah sekolah tingkat atau objektif tingkat kelas yang berasal dari standar.) Jelas, kemudian, mengembangkan kurikulum diinformasikan oleh standar nasional akan membuktikan jauh lebih sulit daripada hanya memasukkan rekomendasi ahli subjek.

Sementara mengamuk perdebatan tentang keinginan standar nasional, tampaknya ada tumbuh konsensus mengenai keinginan standar negara. Sebuah survei yang dilakukan oleh Pechman dan Laguarda (1993) menunjukkan bahwa 45 negara telah mengembangkan atau sedang mengembangkan kerangka kurikulum, seperti tulisan ini, hanya Iowa tidak memiliki standar kurikulum dalam matematika dan seni bahasa Inggris. Dan orang-orang kerangka kerja, tidak seperti pedoman umum yang menandai upaya terakhir, tampaknya menjadi rinci (sebagian orang akan mengatakan preskriptif) dan didukung oleh tes negara berkembang. Smith dan rekan (1994) melaporkan bahwa hasil awal dari California menunjukkan bahwa "standar isi ambisius diperkuat oleh penilaian dan kebijakan lainnya yang memiliki potensi untuk memperbaiki sekolah" (hal. 21). Bukti pada sikap guru agak tidak meyakinkan. Dua studi menunjukkan bahwa kebanyakan guru memiliki sikap negatif tentang standar kurikulum yang dipaksakan eksternal (Rosenholtz, 1987; McNeil, 1986). Di sisi lain, sebuah penelitian lain guru di enam negara bagian menemukan sedikit bukti bahwa guru tidak senang dengan negara dan kabupaten penetapan standar (Porter, Smithson, & Osthoff, 1994).

Beberapa ahli telah mencatat masalah dengan negara-negara menetapkan standar dalam kurikulum. (Lihat khususnya Fuhrman, 1994.) Standar-standar ditetapkan oleh pejabat negara yang jauh dari sekolah-sekolah lokal dan bebas dari beban akuntabilitas. Kurikulum standar sering tidak didukung dengan perubahan sistemik lainnya, seperti pendekatan baru untuk pendidikan guru. Jadi prakarsa negara dapat dilihat sebagai terfragmentasi dan sering bertentangan. Dan pada waktu sumber daya terbatas dan perampingan menyertai staf, departemen pendidikan negara yang paling tidak memiliki sarana untuk membantu kabupaten setempat menerapkan standar negara.

Tren ini memiliki beberapa implikasi bagi para pekerja kurikulum. Pertama, pengembang di tingkat negara harus mengakui perlunya dukungan yang komprehensif dari pendidik yang mereka layani. Di tingkat kabupaten, pengembang harus membuat kurikulum yang alamat standar negara tersebut, sementara masih menyediakan pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan kelas. Akhirnya, sekolah dan guru harus mencari cara untuk membuat kurikulum kabupaten yang relevan kepada siswa. (Untuk rincian tambahan, lihat Standar Menempatkan Bekerja dalam bagian Sekolah pada halaman 39.)
Meningkatkan Minat Kurikulum Konstruktivis

Konstruktivisme adalah teori belajar berdasarkan prinsip bahwa peserta didik membangun makna dari apa yang mereka alami, dengan demikian, belajar merupakan proses, aktif berarti pembuatan. Meskipun konstruktivisme tampaknya telah membuat dampak yang kuat pada ilmu pengetahuan dan kurikulum matematika, pemimpin di bidang lain sedang berusaha untuk mewujudkan dalam satuan kurikulum prinsip-prinsip berikut:

*

Unit harus menjadi masalah-fokus, memerlukan siswa untuk memecahkan masalah terbuka dikontekstualisasikan.
*

Unit harus memungkinkan siswa untuk memiliki akses untuk penelitian dan pengetahuan lain dalam menyelesaikan masalah (pengetahuan generatif).
*

Strategi Belajar (seperti penggunaan matriks dan diagram web) harus diajarkan dalam konteks memecahkan masalah.
*

Guru harus menyediakan perancah yang diperlukan atau struktur seluruh unit.
*

Karena belajar adalah sebuah proses sosial, guru harus memastikan bahwa siswa menghabiskan setidaknya sebagian waktu mereka dalam format kelompok, seperti pembelajaran kooperatif.
*

Unit harus menyimpulkan dengan meminta siswa untuk menunjukkan belajar dengan cara yang otentik.

Dalam mengembangkan unit konstruktivis, para pemimpin kurikulum harus menemukan dua sumber yang berguna jika lebih mendalam dibutuhkan: Glatthorn (1994a) dan Brooks dan Brooks (1993).
Mengembangkan Pendekatan Baru dalam Pendidikan Kejuruan

Gambar 1. Generik Keterampilan Untuk Mengubah Tempat Kerja

Keterampilan Dasar

1.

Membaca dengan pemahaman dan penilaian kritis.
2.

Menulis dengan jelas dan efektif.
3.

Menguasai perhitungan matematika
4.

Melakukan keterampilan hidup praktis (misalnya, membaca jadwal atau mengisi aplikasi).
5.

Belajar bagaimana belajar.

Kompleks Penalaran dan Keterampilan Pengolahan Informasi

(Disajikan sebagai suatu proses pemecahan masalah.)

1.

Menyadari masalah.
2.

Menganalisa masalah.
3.

Menghasilkan solusi jalan.
4.

Mengevaluasi jalan dan pelaksanaan monitoring.
5.

Perbaikan, menggunakan tindakan alternatif.
6.

Mencerminkan tentang proses dan solusi.

Sikap dan Disposisi

1.

Kemampuan untuk membuat keputusan.
2.

Kesediaan untuk mengambil tanggung jawab atas keputusan seseorang.
3.

Kemauan untuk berani dalam pengambilan keputusan.
4.

Belajar parameter tempat kerja.
5.

Bekerjasama dengan orang lain.

(Diadaptasi dan diparafrasekan dari stasz et al, 1990..)



Dalam menghadapi perubahan drastis dalam perekonomian, tempat kerja, dan tenaga kerja, ke depan karir pendidik bergerak menuju pendekatan baru untuk kurikulum. Tiga perkembangan tampak signifikan:

*

Menekankan keterampilan generik. Sementara hampir semua pendidik karir melihat kebutuhan terus melatih siswa dalam keterampilan karir khusus sehingga mereka dapat menemukan pekerjaan setelah lulus, terjadi peningkatan minat dalam keterampilan generik yang luas dipindahtangankan kepada hampir karir apapun. Mungkin salah satu formulasi terbaik dari keterampilan generik yang diproduksi oleh Stasz, McArthur, Lewis, dan Ramsey (1990), formulasi yang ditunjukkan pada Gambar 1. Seperti dapat dilihat dari daftar ini, tujuannya adalah untuk membekali semua siswa dengan keterampilan yang akan memungkinkan mereka untuk berfungsi dalam perubahan ekonomi dan tempat kerja yang berubah.

*

Mengintegrasikan pendidikan akademik dan karir. Dalam upaya untuk mengurangi atau menghapuskan hambatan-hambatan disfungsional antara kurikulum akademis dan karier, beberapa ahli berusaha untuk membawa tentang integrasi yang lebih besar. Beberapa model telah diidentifikasi oleh Grubb, Davis, dan Lum (1991).
1.

Memasukkan lebih banyak konten akademik dalam kursus karir. instruktur Karir menggabungkan konten akademis seperti membaca, menulis, ilmu pengetahuan dan matematika ke dalam program mereka. Hal ini selalu dilakukan secara informal oleh guru karir, tapi sekarang ada minat mengembangkan model yang lebih sistematis.
2.

Menggabungkan guru kejuruan dan akademis di tim. Di beberapa sekolah dengan fokus karir, salah satu guru matematika dan satu guru bahasa Inggris bergabung dengan tim guru kejuruan, menyajikan pelajaran khusus, bekerja dengan masing-masing siswa dalam program pull-out remedial, mengajar kelas yang diterapkan, dan mengembangkan bahan-bahan untuk guru karir yang memperkuat kemampuan akademis yang berhubungan.
3.

Membuat kurikulum akademik yang lebih karier-relevan. guru Akademik menggabungkan aplikasi karir mana pun yang diinginkan: membaca literatur tentang pekerjaan, dengan menggunakan latihan menulis berkaitan dengan pekerjaan, dan menggunakan contoh-contoh yang berhubungan dengan pekerjaan dari daerah kerja. Dalam beberapa kasus pendekatan ini lebih formal dalam pengembangan dan pelaksanaan "akademisi diterapkan" program. Tiga dari program akademik yang paling banyak digunakan adalah Prinsip Teknologi (kursus fisika terapan), Matematika Terapan, dan Terapan Komunikasi, semuanya diterbitkan oleh Badan Instructional Technology (1988).
4.

Menyelaraskan karir dan kurikulum akademik. Pendekatan ini sejalan erat koordinat atau isi program karir dan kursus akademis, hubungan antara dua bidang yang demikian diperkuat dan jelas digambarkan. Beberapa menggunakan "jembatan" tugas yang memerlukan siswa untuk menyelesaikan sebuah proyek mengintegrasikan karir dan pengetahuan akademik.
5.

Menggunakan proyek senior sebagai bentuk integrasi. Dalam satu sekolah, misalnya, proyek siswa terdiri dari laporan tertulis, representasi fisik dari beberapa macam (biasanya diselesaikan di toko kejuruan), dan presentasi lisan.
6.

Mengembangkan "akademi" model. Akademi biasanya beroperasi sebagai sekolah di sekolah-sekolah. Biasanya, empat guru berkolaborasi dalam-akademi satu di matematika, satu dalam bahasa Inggris, satu di ilmu pengetahuan, dan satu di khusus karir yang merupakan inti dari akademi, seperti elektronik. mata pelajaran lainnya diambil di sekolah tinggi biasa sebagai pilihan. Para guru akademi bekerja dengan satu sama lain dan satu kelompok mahasiswa selama periode multiyear, dan akademi membangun hubungan dekat dengan perusahaan lokal dan industri.
7.

Mengembangkan sekolah tinggi kerja dan sekolah magnet. Sekolah-sekolah magnet mirip dengan akademi, kecuali bahwa mereka membuat seluruh sekolah. Contohnya adalah Sekolah Tinggi Penerbangan di New York dan Sekolah Tinggi Profesi Kesehatan di Houston, Tex

Kecenderungan dalam pendidikan kejuruan juga memiliki dua implikasi bagi pengembang kurikulum. Pertama, mereka harus memastikan bahwa kurikulum kejuruan didasarkan pada model yang mengakui semakin pentingnya community college. Jadi, kurikulum kejuruan harus diperluas dari kelas 9 menjadi 14. Selain itu, kurikulum kejuruan harus menjadi sarana untuk mengintegrasikan kejuruan dan akademis.
*

Mengembangkan kurikulum yang terintegrasi. Pendidik tampaknya terutama tertarik dalam pengembangan dan penggunaan integrasi kurikulum sebagai sarana meningkatkan minat siswa dan pengetahuan siswa (Beane, 1995). Meskipun "integrasi kurikulum" istilah mencakup berbagai pendekatan, digunakan di sini untuk menunjukkan perkembangan unit-unit kurikulum yang menggabungkan konten dari dua atau lebih disiplin. Meningkatnya jumlah konferensi dan publikasi tentang pengembangan kurikulum menunjukkan bahwa gerakan menuju integrasi memiliki dampak utamanya di tingkat sekolah menengah. sistem sekolah perlu mengembangkan panduan subyek-terfokus yang guru dapat digunakan untuk mengintegrasikan kurikulum kelas jika mereka ingin.

Meskipun penelitian pada umumnya mendukung penggunaan kurikulum terpadu, beberapa masalah yang terkait dengan penggunaan mereka. Gardner dan Boix-Mansilla (1994) mencatat bahwa integrasi yang berlebihan dapat menyebabkan menghina pengetahuan konten, yang penting untuk pemecahan masalah. (1994) studi Roth menaikkan kepedulian yang sama. Dan Brophy dan Alleman (1991) mengamati bahwa unit terpadu yang sering buruk dirancang koleksi kegiatan. Karena masalah ini, setiap sekolah harus memutuskan sejauh mana dan dengan cara apa akan mengintegrasikan kurikulumnya.

Pelembagaan Teknologi

Kecuali untuk beberapa kritikus teknologi (misalnya, Apple, 1988), ada kesepakatan umum di kalangan pendidik bahwa sekolah akan terus meningkatkan penggunaan teknologi canggih. Sekolah telah menjadi begitu nyaman dengan menggunakan komputer untuk mengelola kurikulum dan untuk memfasilitasi siswa belajar bahwa diskusi tentang apakah mereka harus mengadopsi teknologi ini telah memberikan cara untuk pertanyaan-pertanyaan tentang bagaimana mereka akan menggunakannya. Dalam hal apapun, teknologi harus dilihat sebagai cara untuk mendukung tujuan kurikulum bukan sebagai add-on.
Tanggung jawab siapa Kurikulum?

Sebuah perang dingin sedang berjuang atas kontrol dari kurikulum. Negara departemen pendidikan menjadi lebih aktif di daerah ini, mengembangkan standar rinci dan tes berisiko tinggi terkait. Pada saat yang sama, sekolah-sekolah menggunakan manajemen berbasis situs-wewenang mereka untuk mengembangkan kurikulum sendiri. Kabupaten terus menegaskan kewenangan atas kurikulum, dan guru kelas menutup pintu dan mengajar apa yang mereka ingin mengajar.

Karena masing-masing pihak memiliki peranan dalam proses ini, pengembang kurikulum harus mendorong kerjasama antara mereka. Sebagai Fuhrman dan Elmore (1990) dari titik, kerja kurikulum dilakukan paling efektif ketika setiap tingkat otoritas latihan peran yang sah secara kolaboratif.

Gambar 2 merangkum fungsi dianjurkan untuk setiap tingkat. Jelas alokasi fungsi-fungsi ini harus ditinjau ulang erat dan kritis. Meskipun gangguan ini didasarkan pada pengetahuan tentang literatur dan pengalaman dalam konsultasi dengan personil pada empat tingkat, fungsi khusus dilakukan pada setiap tingkatan harus ditentukan oleh pejabat negara, pemimpin kabupaten, kepala sekolah, dan guru melalui konsultasi. Beberapa faktor yang akan mempengaruhi bagaimana fungsi-fungsi yang terbaik dialokasikan di daerah sekolah tertentu: tingkat kontrol negara; ukuran distrik sekolah, staf di kantor pusat; kompetensi kepala sekolah sebagai pemimpin kurikulum dan kemampuan guru berfungsi sebagai kurikulum pemimpin. Dengan demikian kabupaten dan sekolah pemimpin harus melihat analisis ditunjukkan pada Gambar 2 hanya sebagai titik awal.

Gambar 2. Fitur Alokasi Fungsi Kurikulum

Fungsi Negara

1.

Mengembangkan kerangka negara, termasuk tujuan yang luas, standar umum, dan persyaratan kelulusan.
2.

Mengembangkan tes negara dan ukuran kinerja lain dalam mata pelajaran akademik yang dibutuhkan.
3.

Menyediakan sumber daya yang dibutuhkan untuk kabupaten setempat.
4.

Evaluasi kerangka negara.

Distrik Fungsi

1.

Mengembangkan dan menerapkan kebijakan kurikulum terkait.
2.

Memberikan dukungan fiskal untuk kurikulum.
3.

Mengembangkan visi kurikulum berkualitas tinggi.
4.

Mengembangkan tujuan pendidikan sesuai dengan tujuan negara.
5.

Identifikasi program inti studi untuk setiap tingkat sekolah.
6.

Mengembangkan dokumen untuk kurikulum penguasaan untuk setiap mata pelajaran, termasuk grafik lingkup-dan-urutan dan panduan kurikulum. Sebuah kurikulum penguasaan adalah salah satu yang menetapkan hanya hasil penting yang mungkin untuk diuji dan membutuhkan instruksi yang eksplisit.
7.

Pilih bahan pembelajaran.
8.

Mengembangkan tes kurikulum berbasis kabupaten dan ukuran kinerja lain untuk melengkapi tes negara.
9.

Menyediakan sumber daya fiskal dan lainnya yang dibutuhkan di tingkat sekolah, termasuk bantuan teknis.
10.

Evaluasi kurikulum.
11.

Mengembangkan struktur untuk memfasilitasi masyarakat dan masukan guru ke dalam kurikulum.
12.

Menyediakan program pengembangan staf untuk administrator sekolah.

Fungsi Sekolah

1.

Mengembangkan visi sekolah dari kurikulum berkualitas tinggi, membangun visi kabupaten.
2.

Tambahan tujuan pendidikan di distrik tersebut.
3. Mengembangkan program sendiri studi dalam pedoman kabupaten.
4. Mengembangkan pembelajaran-jadwal terpusat.
5. Menentukan sifat dan tingkat integrasi kurikulum.
6.Menyediakan pengembangan staf untuk semua guru yang akan menggunakan panduan kurikulum.
7.Sejajarkan ditulis, diuji, didukung, mengajar, dan belajar kurikulum.
8. Memantau pelaksanaan kurikulum.
9. Evaluasi kurikulum.

Kelas Fungsi

1. Memperkaya kurikulum.
2. Mengembangkan kalender perencanaan jangka panjang untuk mengimplementasikan kurikulum.
3. Mengembangkan unit studi.
4.Individualize kurikulum.
5.Evaluasi kurikulum.
6. Melaksanakan kurikulum, membantu semua siswa mencapai penguasaan.
Salah satu cara untuk menganalisis kurikulum tanggung jawab masing-masing kelompok adalah untuk menentukan apakah mereka sedang produktif pada setiap tingkat. Sekolah pemimpin seharusnya terutama berkaitan dengan keseimbangan dinamis distrik sekolah, sekolah, dan fungsi ruang kelas, karena mereka dapat memiliki pengaruh relatif kecil terhadap kebijakan negara dan standar. Bahkan dalam keadaan aktif dengan departemen pendidikan, para pemimpin kurikulum harus bekerja dengan guru dan kepala sekolah untuk memastikan bahwa pekerjaan yang berarti sedang dilakukan pada tiga tingkatan lainnya.
Kurikulum Negara Fungsi

Seperti disebutkan sebelumnya, negara telah memberikan pedoman yang lebih dan lebih kurikuler untuk kabupaten setempat dan sekolah. Sebagai pergeseran ini terjadi, adalah penting untuk akrab dengan peran dan fungsi pekerjaan tingkat negara bagian kurikulum.

Empat fungsi tampaknya sangat penting di tingkat negara bagian:

1.

Negara-negara bertanggung jawab untuk mengembangkan kerangka kurikulum. Istilah ini digunakan di sini berarti satu set pernyataan membimbing standar dan pengembangan kurikulum, bersama dengan gambaran umum program penilaian negara.

Ketidaksepakatan ada, tentu saja, sehubungan dengan sifat dan komponen kerangka negara. Curry dan Temple (1992) memberikan alasan-alasan berikut untuk mengkritisi "tradisional" kerangka: Mereka terlalu tradisional di konten dan perspektif, mereka terlalu preskriptif, unsur-unsur mereka tidak terkait satu sama lain, mereka tidak alamat reformasi sistemik, mereka terlalu linear, dan mereka disajikan dalam mode "top-down". Di tempat kerangka kerja tradisional seperti itu, mereka mengusulkan "progresif" pendekatan ditandai dengan penekanan pada pandangan baru tentang bagaimana siswa belajar dan dengan mendukung integrasi dari seluruh komponen kurikulum.

Curry dan Candi berdebat untuk kerangka kerja yang komprehensif yang dapat mencakup semua komponen-komponen berikut: filsafat, pemikiran, dan tujuan; pelajar dan sekolah hasil, standar isi, standar kinerja penilaian dan siswa; tema dan konsep dari disiplin, strategi untuk pengembangan profesional dan instruksi ; strategi teknologi instruksional; contoh program dan unit-unit kurikulum, bahan pembelajaran kriteria; dan strategi interdisipliner.

Kurang kerangka kerja yang komprehensif biasanya hanya mencakup tiga elemen: sasaran pendidikan yang luas bahwa sekolah diharapkan untuk mencapai melalui semua program dalam 13 tahun bersekolah; kelulusan persyaratan dalam hal kredit dan kompetensi, dan standar umum untuk setiap mata pelajaran yang diperlukan. Beberapa argumen ditawarkan dalam mendukung pendekatan minimalis-khusus yang memberikan otonomi lebih besar kabupaten dalam merespon kebutuhan lokal dan kekuatan sambil memberikan panduan yang cukup dari perspektif negara. Hal ini juga tampaknya memfasilitasi pembangunan kabupaten kurikulum. Selain itu, kerangka negara yang komprehensif sering membingungkan dan kontraproduktif. Akhirnya, pendekatan minimalis lebih efisien dalam kaitannya dengan penggunaan optimal dari sumber daya negara pada saat perampingan di instansi publik.
2.Negara-negara bertanggung jawab untuk mengembangkan dan melaksanakan tes dan ukuran kinerja lainnya. Pendekatan yang terbatas adalah yang terbaik: Amerika harus memfokuskan upaya penilaian mereka pada bidang subjek seni bahasa Inggris, termasuk membaca dan menulis, ilmu sosial, ilmu pengetahuan, dan matematika. Penilaian harus dibatasi kepada tiga poin transisi: kelas 5, 8, dan 12. Seperti pendekatan terbatas akan memberi pejabat negara, pemimpin kabupaten, dan informasi yang memadai masyarakat untuk membuat keputusan besar, tanpa mencurahkan terlalu banyak waktu dan energi untuk pengujian. Satu studi utama dari efek penilaian kompetensi seluruh negara bagian menyimpulkan bahwa tes tersebut mendorong berbahaya instruksional praktek-seperti retensi dan penyalahgunaan khusus pendidikan penempatan sementara tidak mendorong perbaikan sekolah (Allington & McGill-Franzen, 1992). Akhirnya, sebuah studi baru-baru ini menyimpulkan bahwa tes berisiko tinggi, seperti tes bahwa siswa harus dilalui untuk lulus, tidak meningkatkan prestasi siswa (Neill, 1998).

Dalam merancang dan menerapkan sistem penilaian tersebut, kedua negara dan pemimpin setempat harus memanfaatkan sesuai penilaian otentik. Ada minat luas dalam bergerak dari tes objektif kertas dan pensil untuk langkah-langkah alternatif seperti demonstrasi proyek belajar,, masalah terbuka pemecahan, dan portofolio. Dalam kajian mereka tentang penelitian tentang portofolio, Herman dan Winters (1994) menyimpulkan bahwa penilaian portofolio diadakan banyak janji-jika pengembang mencapai tingkat tinggi kualitas teknis, jika pendidik memastikan bahwa hasilnya tidak digunakan untuk mengabadikan ketidakadilan, dan jika para pengembang dan pengguna dihadapkan jujur tuntutan bahwa penilaian otentik ditempatkan pada evaluator, kepala sekolah, dan guru.
3. Negara harus menyediakan kabupaten sekolah dengan sumber daya yang dibutuhkan untuk mengembangkan dan menerapkan kurikulum berkualitas tinggi: sumber daya fiskal yang memadai dan bantuan teknis yang efektif tampaknya yang paling penting.
4. kerangka Negara harus dievaluasi secara cermat sementara mereka sedang diproduksi dan setelah mereka telah disebarluaskan. Peninjau harus mempertimbangkan baik kesehatan profesional dan kelayakan. Tiga laporan evaluasi standar negara harus berguna: Joftus dan Berman, 1998; Stotsky, 1997; dan Gandal, 1995.

Jika ini adalah fungsi-fungsi yang sesuai untuk negara, apa peran dan tanggung jawab pendidik di tingkat kabupaten dan sekolah? Beberapa bagian berikutnya dari bab ini dari Buku Pegangan memberikan beberapa saran dan strategi untuk menjawab pertanyaan penting.


Hak Cipta © 2001 oleh Asosiasi Pengawasan dan Kurikulum Development.We mendorong pelanggan ke Kurikulum ASCD Buku Pegangan untuk mengambil keuntungan penuh dari isi Buku Pegangan Kurikulum, dalam panduan ini: Jika Anda memiliki pertanyaan tentang kebijakan distribusi Buku Pegangan Kurikulum, silahkan hubungi kami di handbook@ascd.org.




• Layanan Pelanggan Hubungi Kami • Gabung Kami

Asosiasi untuk Pengawasan Pembangunan dan Kurikulum (ASCD)
1703 N. Beauregard Street, Alexandria, VA 22311 USA • 1-800-933-2723 • 1-703-578-9600
Hak Cipta © ASCD, All Rights Reserved • Pernyataan Privasi
Google Terjemahan untuk:PenelusuranVideoEmailTeleponObrolanBisnis
Tentang Google TerjemahanMatikan terjemahan instanPrivasiBantuan

Sistem Pembelajaran dari Behaviouristik ke Konstruktivistik

Sistem Pembelajaran dari Behaviouristik ke Konstruktivistik
seperti yang kita tahu sebelumnya bahwa manusia di Indonesia (bahkan sampe saat ini) masih terjangkit sebuah penyakit ‘keseragaman’. hal ini dibuktikan dengan budaya copy&paste yang banyak dilakukan di berbagai aspek kehidupan. ciri2nya mungkin bisa dilihat dan dirasakan bahwa mempunyai pola pikir sentral monoton (tanpa kreatifitas), dan mengakibatkan keseragaman.
nah, kehidupan di Indonesia kebanyakan masih tidak bisa menerima keragaman, dan masih menjunjung tinggi keseragaman, padahal kita udah didoktrin untuk menghapalkan ‘bhineka tunggal ika’. namun entah karena kebanyakan orang indonesia mempunyai otak mahal ato penjajah terdahulu sukses mencuci otak bangsa Indonesia sampai 9 turunan, sampai sekarang keseragaman masih sulit untuk diterima.
saya jadi ingat peribahasa jaman dulu (SD, SMP, mungkin SMK juga) bahwa ada yang mengatakan ‘berakit-rakit kita ke hulu, berenang-renang ke tepian’ ato ‘gantungkan cita2mu setinggi langit’. sebagai kata mutiara mungkin itu adalah cocok. tapi jika kita menghadapi dunia sekarang hanya dengan mutiara tersebut, bisa jadi kita yang akan dianggap sebagai orang jaman pra-modern. trus yang modern itu apa? beberapa waktu lalu saya baru mengerti bahwa sistem modernisasi membuat kita menerima kenyataan dengan akal sehat dan jiwa yang sehat. seperti ‘hidup ini adalah perjuangan’, trus ‘benar-salah saya adalah saya’.
8 Kunci di Kehidupan ala Semrawut
1. Kejujuran
2. Kegagalan awal kesuksesan
3. Bicara dengan niat baik
4. Pola pikir kekinian
5. Komitmen
6. Tanggung jawab
7. Sikap luwes
8. Hidup seimbang
baik, sekarang kita bicara tentan sistem pembelajaran di Indonesia (kebanyakan)
jika dikelompokkan sistem pembelajaran behaviouristik adalah yang:
mempunyai pengetahuan yang bisa dibilang objektif, pasti, tetap dan yang itu2 saja
sistem pembelajaran didasarkan atas kapasitas pengetahuan yang diperolah
dan juga caranya seperti ‘hanya’ mentransfer pengetahuan kepada orang yang diajar
diri sendiri difungsikan sebagai alat penjiplak struktur pengetahuan
trus yang konstruktivistik bisa dikatakan seperti ini:
pengetahuan yang didapat selalu berubah, entah itu penyampaian dan temporeritas
pemaknaan atas pengetahuan lebih ditutamakan
didasari oleh hal tersebut, kita akan menggali makna seluas dan sedalam mungkin
Mind berfungsi sebagai alat menginterpretasi sehingga muncul makna yang unik
oleh karena itu muncul perbedaan pada siswa yang sistem pembelajarannya behaviouristik dan tidak,
yang behaviouristik (si A, red) dihadapkan dengan masalah bahwa ia harus mempunyai pemahaman yang sama dengan apa yang diberikan oleh si pengajar, sedangkan yang tidak (sebut saja si B, red) bisa mendapatkan pengetahuan yang lebih dan berbeda dari yang diajarkan.
si A juga di ajarkan bahwa di dunia ini sudah tersusun rapi, terstruktur secara sistematis, dan pengetahuannya juga tersusun rapi. sedangkan si B dapat memahami bahwa segala sesuatu bersifat temporary, berubah dan tidak tentu. dan manusialah yang memberi makna atas realitas.
mungkin juga si A pada waktu belajar dihadapkan pada aturan2 yang ditentukan lebih dulu dan ketat, dan pembiasaan disiplin adalah sebagai faktor utama. trus si B dihadapkan dengan lingkungan belajar yang bebas karena kebebasan adalah hal yang penting dalam pembelajaran.
behaviouristik juga mempunyai ciri ciri sebagai berikut:
• Kegagalan atau ketidak-mampuan dalam menambah pengetahuan dikategorikan sebagai KESALAHAN, HARUS DIHUKUM
• Keberhasilan atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas dipuji atau diberi HADIAH
• Ketaatan kepada aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan Kontrol belajar dipegang oleh sistem di luar diri si-belajar
• Tujuan pembelajaran menekankan pada penambahan pengetahuan
‘Seseorang dikatakan telah belajar apabila mampu mengungkapkan kembali apa yang telah dipelajari’
sedangkan konstruktivistik:
• Memandang sebuah kegagalan atau keberhasilan, kemampuan atau ketidakmampuan dilihat sebagai interpretasi yang berbeda yang perlu DIHARGAI
• Kebebasan dipandang sebagai penentu keberhasilan Kontrol belajar dipegang oleh si-belajar
• Tujuan pembelajaran menekankan pada penciptaan pemahaman, yang menuntut aktivitas kreatif-produktif dalam konteks nyata
trus,
Sosok manusia yang bagaimana yang akan dihasilkan oleh pembelajaran yang Behavioristik? trus Konstruktivistik?
Akapah mereka mampu menghadapi tantangan Melinium baru? Kesemrawutan global?
si A mempunyai ketrampilan terisolasi, mengikuti urutan kurikulum ketat, dan segala aktivitas mengacu pada teks atau buku, penekanan kepada hasil, mempunyai respon pasif, menuntuk hanya satu jawaban, dan proses evaluasi adalah sebuah bagian yang terpisah dari pembelajaran.
sedangkan si B mempunyai penggunaan pengetahuan secara bermakna, mengikuti pandangan si-belajar, aktivitas belajar dalam konteks nyata, menekankan pada proses, penyusunan makna secara aktif,menuntut pemecahan ganda, dan menekankan proses evaluasi merupakan bagian utuh dari belajar
sebuah proposisi yang berkaitan dengan pembelajaran bisa disebutkan di bawah ini:
bahwa belajar adalah mempelajari sesuatu yang baru
• Dorong munculnya diskusi pengetahuan yang dipelajari
• Dorong munculnya berpikir divergent, bukan hanya satu jawaban benar
• Dorong munculnya berbagai jenis luapan pikiran/aktivitas
• Tekankan pada keterampilan berpikir kritis
• Gunakan informasi pada situasi baru
kebebasan merupakan unsur penting dalam belajar
• Sediakan pilihan tugas
• Sediakan pilihan cara memperlihatkan keberhasilan
• Sediakan waktu yang cukup memikirkan dan mengerjakan tugas
• Jangan terlalu banyak menggunakan tes yang telah ditetapkan waktunya
• Sediakan kesempatan berpikir ulang
• Libatkan pengalaman konkrit
Strategi belajar yang digunakan menentu-kan proses dan hasil belajarnya
• Berikan kesempatan untuk menerapkan cara berpikir dan belajar yang paling cocok dengan dirinya
• Berdayakan melakukan evaluasi diri tentang cara berpikirnya, cara belajar, atau lainnya
Motivasi dan usaha mempengaruhi belajar dan unjuk-kerja
• Motivasilah dengan tugas-tugas riil dalam kehidupan sehari-hari dan kaitkan tugas dengan pengalaman pribadi
• Dorong untuk memahami kaitan antara usaha dan hasil
Belajar pada hakekatnya memiliki aspek sosial.
(Kerja kelompok sangat berharga)
• Beri kesempatan untuk melakukan kerja kelompok
• Dorong untuk memainkan peran yang bervariasi
• Perhitungkan proses dan hasil kerja kelompok
sumber: materi Universitas Negeri Malang

KONSEP DASAR DESAIN PEMBELAJARAN

KONSEP DASAR DESAIN PEMBELAJARAN
A. Pengertian Desain Pembelajaran
Desain pembelajaran dapat dimaknai dari berbagai sudut pandang, misalnya sebagai disiplin, sebagai ilmu, sebagai sistem, dan sebagai proses. Sebagai disiplin, desain pembelajaran membahas berbagai penelitian dan teori tentang strategi serta proses pengembangan pembelajaran dan pelaksanaannya. Sebagai ilmu, desain pembelajaran merupakan ilmu untuk menciptakan spesifikasi pengembangan, pelaksanaan, penilaian, serta pengelolaan situasi yang memberikan fasilitas pelayanan pembelajaran dalam skala makro dan mikro untuk berbagai mata pelajaran pada berbagai tingkatan kompleksitas. Sebagai sistem, desain pembelajaran merupakanpengembangan sistem pembelajaran dan sistem pelaksanaannya termasuk sarana serta prosedur untuk meningkatkan mutu belajar.Sementara itu desain pembelajaran sebagai proses menurut SyaifulSagala (2005:136) adalah pengembangan pengajaran secarasistematik yang digunakan secara khusus teori-teori pembelajaran unTuk menjamin kualitas pembelajaran. Pernyataan tersebut mengandung arti bahwa penyusunan perencanaan pembelajaran harus sesuai dengan konsep pendidikan dan pembelajaran yang dianut dalam kurikulum yang digunakan.

Dengan demikian dapat disimpulkan desain pembelajaran adalah praktek penyusunan media teknologi komunikasi dan isi untuk membantu agar dapat terjadi transfer pengetahuan secara efektif antara guru dan peserta didik. Proses ini berisi penentuan status awal dari pemahaman peserta didik, perumusan tujuan pembelajaran, dan merancang "perlakuan" berbasis-media untuk membantu terjadinya transisi. Idealnya proses ini berdasar pada informasi dari teori belajar
yang sudah teruji secara pedagogis dan dapat terjadi hanya pada siswa, dipandu oleh guru, atau dalam latar berbasis komunitas.

B. Komponen Utama Desain Pembelajaran
Komponen utama dari desain pembelajaran adalah:
1. Pembelajar (pihak yang menjadi fokus) yang perlu diketahui meliputi, karakteristik mereka, kemampuan awal dan pra syarat.
2. Tujuan Pembelajaran (umum dan khusus) Adalah penjabaran kompetensi yang akan dikuasai oleh pembelajar.
3. Analisis Pembelajaran, merupakan proses menganalisis topik atau materi yang akan dipelajari
4. Strategi Pembelajaran, dapat dilakukan secara makro dalam kurun satu tahun atau mikro dalam kurun satu kegiatan belajar mengajar.
5. Bahan Ajar, adalah format materi yang akan diberikan kepada pembelajar
6. Penilaian Belajar, tentang pengukuran kemampuan atau kompetensi ang sudah dikuasai atau belum.


C. Teori-teori Pembelajaran dalam Desain Pembelajaran
Penelitian terkini mengatakan bahwa lingkungan pembelajaran yang bermedia teknologi dapat meningkatkan nilai para pelajar, sikap mereka terhadap belajar, dan evaluasi dari pengalaman belajar mereka. Teknologi juga dapat membantu untuk meningkatkan interaksi antar pengajar dan pelajar, dan membuat proses belajar yang berpusat pada pelajar (student oriented). Dengan kata lain, penggunaan media menggunakan audio visual atau komputer media dapat membantu siswa itu memperoleh pelajaran bermanfaat. Guru sebagai pengembang media pembelajaran harus mengetahui perbedaan pendekatan-pendekatan dalam belajar agar dapat memilih strategi pembelajaran yang tepat. Strategi pembelajaran harus dipilih untuk memotivasi para pembelajar, memfasilitasi proses belajar,membentuk manusia seutuhnya, melayani perbedaan individu,mengangkat belajar bermakna, mendorong terjadinya interaksi, dan memfasilitasi belajar kontekstual, Terdapat beberapa teori belajar yang melandasi penggunaan teknologi/komputer dalam pembelajaran yaitu teori behaviorisme, kognitifisme dan konstruktivisme.

1. Teori Behaviorisme
Behaviorisme memandang fikiran sebagai ‘kotak hitam” dalam merespon rangsangan yang dapat diobsevasi secara kuantitatif,sepenuhnya mengabaikan proses berfikir yang terjadi dalam otak. Kelompok ini memandang tingkah laku yang dapat diobservasi dan Diukur sebagai indikator belajar.
Implementasi prinsip ini dalam
mendesain suatu media pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Siswa harus diberitahu secara eksplisit outcome belajar sehingga mereka dapat mensetting harapan-harapan merekadan menentukan apakah dirinya telah mencapai outcome dari pembelajaran online atau tidak.
b. Pembelajar harus diuji apakah mereka telah mencapai outcomepembelajaran atau tidak. Tes dilakukan untuk mencek tingkat Pencapaian pembelajar dan untuk memberi umpan balik yang
tepat.
c. Materi belajar harus diurutkan dengan tepat untuk meningkatkan belajar. Urutan dapat dimulai dari bentuk yang sederhana keyang kompleks, dari yang diketahui sampai yang tidak diketahui
dan dari pengetahuan sampai penerapan.
d. Pembelajar harus diberi umpan balik sehingga mereka dapatmengetahui bagaimana melakukan tindakan koreksi jikadiperlukan.

2. Teori Kognitivisme
Kognitivisme membagi tipe-tipe pembelajar,yaitu:
1) Pembelajar
tipe pengalaman-konkret lebih menyukai contoh khusus dimana mereka bisa terlibat dan mereka berhubungan dengan temantemannya,dan bukan dengan orang-orang dalam otoritas itu;
2)Pembelajar tipe observasi reflektif suka mengobservasi dengan teliti
sebelum melakukan tindakan;
3) Pembelajar tipe konsepsualisasi
abstrak lebih suka bekerja dengan sesuatu dan symbol-simbol daripada dengan manusia. Mereka suka bekerja dengan teori dan melakukan analisis sistematis.
4) Pembelajar tipe eksperimentasi
aktif lebih suka belajar dengan melakukan paktek proyek dan melalui kelompok diskusi. Mereka menyukai metode belajar aktif dan berinteraksi dengan teman untuk memperoleh umpan balik daninformasi.

Implementasi prinsip ini dalam mendesain suatu media
pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Materi pembelajaran harus memasukan aktivitas gaya belajar yang berbeda, sehingga siswa dapat memilih aktivitas yang tepat berdasarkan kecenderungan gaya berlajarnya.
b. Sebagai tambahan aktivitas, dukungan secukupnya harusdiberikan kepada siswa dengan perbedaan gaya belajar. Siswadengan perbedaan gaya belajar memiliki perbedaan pilihanterhadap dukungan, sebagai contoh, assimilator lebih sukakhadiran instruktur yang tinggi. Sementara akomodator lebihsuka kehadiran instruktur yang rendah.
c. Informasi harus disajikan dalam cara yang berbeda untumengakomodasi berbedaan individu dalam proses danmemfasilitasi transfer ke long-term memory.
d. Pembelajar harus dimotivasi untuk belajar, tanpamemperdulikan sebagaimana efektif materi, jika pembelajartidak dimotivasi mereka tidak akan belajar.e. Pada saat belajar, pembelajar harus diberi kesempatan untukmerefleksi apa yang mereka pelajari. Bekerja sama denganpembelajar lain, dan mengecek kemajuan mereka.
f. Psikologi kognitif menyarankan bahwa pembelajar menerimadan memproses informasi untukditransfer ke long term memoryuntuk disimpan.

3. Teori Konstruktivisme
Penekanan pokok pada konstruktivis adalah situasi belajar, yangmemandang belajar sebagai yang kontekstual. Aktivitas belajaryang memungkinkan pembelajar mengkontekstualisasi informasiharus digunakan dalam mendesain sebuah media pembelajaran.Jika informasi harus diterapkan dalam banyak konteks, makastrategi belajar yang mengangkat belajar multi-kontekstual harusdigunakan untuk meyakinkan bahwa pembelajar pasti dapatmenerapkan informasi tersebut secara luas. Belajar adalahbergerak menjauh dari pembelajaran satu-cara ke konstruksi danpenemuan pengetahuan.
Implementasi pada online learning
a. Belajar harus menjadi suatu proses aktif. Menjaga pembelajartetap aktif melakukan aktivitas yang bermakna menghasilkanproses tingkat tinggi, yang memfasilitasi penciptaan makna
personal.
b. Pembelajar mengkonstruksi pengetahuan sendiri bukan hanyamenerima apa yang diberi oleh instruktur. Konstruksipengetahuan difasilitasi oleh pembelajaran interaktif yangbagus, karena siswa harus mengambil inisiatif untuk berinteraksidengan pembelajar lain dan dengan instruktur, dan karenaagenda belajar dikontrol oleh pembelajar sendiri.
c. Bekerja dengan pembelajar lain memberi pembelajarpengalaman kehidupan nyata melalui kerja kelompok, danmemungkinkan mereka menggunakan keterampilan metakognitifmereka.
d. Pembelajar harus diberi control proses belajar.
e. Pembelajar harus diberi waktu dan kesempatan untuk refleksi.Pada saat belajar online siswaperlu merefleksi danmenginternalisasi informasi.
f. Belajar harus dibuat bermakna bagi siswa. Materi belajar harusmemasukan contoh-contoh yang berhubungan denganpembelajar sehingga mereka dapat menerima informasi yangdiberikan.
g. Belajar harus interaktif dan mengangkat belajar tingkat yanglebih tinggi dan kehadiran sosial, dan membantumengembangkan makna personal. Pembelajar menerima materipelajaran melalui teknologi, memproses informasi, dankemudian mempersonalisasi dan mengkontekstualisasi
informasi tersebut.
D. Model-model Desain Pembelajaran
Dalam desain pembelajaran dikenal beberapa model yangdikemukakan oleh para ahli. Secara umum, model desainpembelajaran dapat diklasifikasikan ke dalam model berorientasi kelas,
model berorientasi sistem, model berorientasi produk, modelprosedural dan model melingkar.
Model berorientasi kelas biasanya ditujukan untuk mendesainpembelajaran level mikro (kelas) yang hanya dilakukan setiap dua jampelajaran atau lebih. Contohnya adalah model ASSURE.Modelberorientasi produk adalah model desain pembelajaran untukmenghasilkann suatu produk, biasanya media pembelajaran, misalnyavideo pembelajaran, multimedia pembelajaran, atau modul. Contohmodelnya adalah model hannafin and peck.Satu lagi adalah model beroreintasi sistem yaitu model desainpembelajaran untuk menghasilkan suatu sistem pembelajaran yanG cakupannya luas, seperti desain sistem suatu pelatihan, kurikulumsekiolah, dll. contohnya adalah model ADDIE. Selain itu ada pula yangbiasa kita sebut sebagai model prosedural dan model melingkar.Contoh dari model prosedural adalah model Dick andCarreysementara contoh model melingkar adalah model Kemp.Adanya variasi model yangada ini sebenarnya juga dapatmenguntungkan kita, beberapa keuntungan itu antara lain adalah kitadapat memilih dan menerapkan salah satu model desain pembelajaranyang sesuai dengan karakteristik yang kita hadapi di lapangan, selainitu juga, kita dapat mengembangkan dan membuat model turunan darimodel-model yang telah ada, ataupun kita juga dapat meneliti danmengembangkan desain yang telah ada untuk dicobakan dan
diperbaiki.
Beberapa contoh dari model-model diatas akan diuraikan secara lebih
jelas berikut ini:
1. Model Dick and Carrey
Salah satu model desain pembelajaran adalah model Dick andCarey (1985). Model ini termasuk ke dalam model prosedural.
Langkah–langkah Desain Pembelajaran menurut Dick and Carey
adalah:
a. Mengidentifikasikan tujuan umum pembelajaran.
b. Melaksanakan analisi pembelajaran
c. Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik siswa
d. Merumuskan tujuan performansi
e. Mengembangkan butir–butir tes acuan patokan
f. Mengembangkan strategi pembelajaran
g. Mengembangkan dan memilih materi pembelajaran
h. Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif
i. Merevisi bahan pembelajaran
j. Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif.
Perhatikan tahapan-tahapan model Dick & Carey pada gambar
berikut:
Model Dick and Carey terdiri dari 10 langkah.
sangat jelas maksud dan tujuannya sehingga bagi perancangpemula sangat cocok sebagai dasar untuk mempelajari modeldesain yang lain. Kesepuluh langkah pada model Dick and Carey
menunjukan hubungan yang sangat jelas, dan tidak terputus antaralangkah yang satu dengan yang lainya. Dengan kata lain, systemyang terdapat pada Dick and Carey sangat ringkas, namun isinyapadat dan jelas dari satu urutan ke urutan berikutnya.Langkah awal pada model Dick and Carey adalah mengidentifikasitujuan pembelajaran. Langkah ini sangat sesuai dengan kurikulum
perguruan tinggi maupun sekolah menengah dan sekolah dasar,khususnya dalam mata pelajaran tertentu di mana tujuanpembelajaran pada kurikulum agar dapat melahirkan suatuRancangan pembangunan.
Penggunaan model Dick and Carey dalam pengembangan suatu
mata pelajaran dimaksudkan agar
(1) pada awal proses
pembelajaran anak didik atau siswa dapat mengetahui dan mampumelakukan hal–hal yang berkaitan dengan materi pada akhirpembelajaran,
(2) adanya pertautan antara tiap komponen
khususnya strategi pembelajaran dan hasil pembelajaran yang dikehendaki,
(3) menerangkan langkah–langkah yang perlu
dilakukan dalam melakukan perencanaan desain pembelajaran.

2. Model Kemp
Secara singkat, menurut model ini terdapat beberapa langkah dalam penyusunan sebuah bahan ajar, yaitu:
a. Menentukan tujuan dan daftar topik,menetapkan tujuan umum untuk pembelajaran tiap topiknya;
b. Menganalisis karakteristik pelajar, untuk siapa pembelajaran tersebut didesain;
c. Menetapkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dengan syarat dampaknya dapat dijadikan tolak ukur perilaku pelajar;
d. Menentukan isi materi pelajaran yang dapat mendukung tiap tujuan;
e. Pengembangan prapenilaian/ penilaian awal untuk menentukan latar belakang pelajar dan pemberian level pengetahuanTerhadap suatu topik;
f. Memilih aktivitas pembelajaran dan sumber pembelajaran yangmenyenangkan atau menentukan strategi belajar-mengajar, jadisiswa siswa akan mudah menyelesaikan tujuan yang
diharapkan;
g. Mengkoordinasi dukungan pelayanan atau sarana penunjangyang meliputi personalia, fasilitas-fasilitas, perlengkapan, danjadwal untuk melaksanakan rencana pembelajaran;
h. Mengevaluasi pembelajaran siswa dengan syarat merekamenyelesaikan pembelajaran serta melihat kesalahankesalahandan peninjauan kembali beberapa fase dariperencanaan yang membutuhkan perbaikan yang terusmenerus, evaluasi yang dilakukan berupa evaluasi formatif danevaluasi sumatif
3. Model ASSURE
Model ASSURE merupakan suatu model yang merupakan sebuahformulasi untuk Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) atau disebut jugamodel berorientasi kelas. Menurut Heinich et al (2005) model ini
terdiri atas enam langkah kegiatan yaitu:
Analyze Learners
States Objectives
Select Methods, Media, and Material
Utilize Media and materials
Require Learner Participation
Evaluate and Revise
i) Analisis Pelajar
Menurut Heinich et al (2005) jika sebuah media pembelajaranakan digunakan secara baik dan disesuaikan dengan cirri-cirioelajar, isi dari pelajaran yang akan dibuatkan medianya, media
dan bahan pelajaran itu sendiri. Lebih lanjut Heinich, 2005menyatakan sukar untuk menganalisis semua cirri pelajar yangada, namun ada tiga hal penting dapat dilakuan untuk mengenalpelajar sesuai .berdasarkan cirri-ciri umum, keterampilan awalkhusus dan gaya belajar
ii) Menyatakan Tujuan
Menyatakan tujuan adalah tahapan ketika menentukan tujuanpembeljaran baik berdasarkan buku atau kurikulum. Tujuanpembelajaran akan menginformasikan apakah yang sudahdipelajari anak dari pengajaran yang dijalankan. Menyatakantujuan harus difokuskan kepada pengetahuan, kemahiran, dan sikap yang baru untuk dipelajari
iii) Pemilihan Metode, media dan bahan
Heinich et al. (2005) menyatakan ada tiga hal penting dalampemilihan metode, bahan dan media yaitu menentukan metodeyang sesuai dengan tugas pembelajaran, dilanjutkan denganmemilih media yang sesuai untuk melaksanakan media yangdipilih, dan langkah terakhir adalah memilih dan atau mendesainmedia yang telah ditentukan.
iv) Penggunaan Media dan bahan
Menurut Heinich et al (2005) terdapat lima langkah bagipenggunaan media yang baik yaitu, preview bahan, sediakanbahan, sedikan persekitaran, pelajar dan pengalaman pembelajaran.
v) Partisipasi Pelajar di dalam kelas
Sebelum pelajar dinilai secara formal, pelajar perlu dilibatkandalam aktivitas pembelajaran seperti memecahkan masalah,simulasi, kuis atau presentasi.
vi) Penilaian dan Revisi
Sebuah media pembelajaran yang telah siap perlu dinilai untukmenguji keberkesanan dan impak pembelajaran. Penilaian yangdimaksud melibatkan beberaoa aspek diantaranya menilai
pencapaian pelajar, pembelajaran yang dihasilkan, memilihmetode dan media, kualitas media, penggunaan guru danpenggunaan pelajar.
4. Model ADDIE
Ada satu model desain pembelajaran yang lebih sifatnya lebihgenerik yaitu model ADDIE (Analysis-Design-Develop-Implement-Evaluate). ADDIE muncul pada tahun 1990-an yang dikembangkanoleh Reiser dan Mollenda.Salah satu fungsinya ADIDE yaitumenjadi pedoman dalam membangun perangkat dan infrastrukturprogram pelatihan yang efektif, dinamis danmendukung kinerjapelatihan itu sendiri.
Model ini menggunakan 5 tahap pengembangan yakni :
1. Analysis (analisa)
2. Design (disain / perancangan)
3. Development (pengembangan)
4. Implementation (implementasi/eksekusi)
5. Evaluation (evaluasi/ umpan balik)
Langkah 1: Analisis
Tahap analisis merupakan suatu proses mendefinisikan apa yangakan dipelajari oleh peserta belajar, yaitu melakukan needsassessment (analisis kebutuhan), mengidentifikasi masalah(kebutuhan), dan melakukan analisis tugas (task analysis). Olehkarena itu, output yang akan kita hasilkan adalah berupakarakteristik atau profile calon peserta belajar, identifikasikesenjangan, identifikasi kebutuhan dan analisis tugas yang rincididasarkan atas kebutuhan.
Langkah 2: Desain
Tahap ini dikenal juga dengan istilah membuat rancangan (blueprint).Ibarat bangunan, maka sebelum dibangun gambar rancangbangun (blue-print) diatas kertas harus ada terlebih dahulu. Apayang kita lakukan dalam tahap desain ini? Pertama merumuskantujuan pembelajaran yang SMAR (spesifik, measurable, applicable,dan realistic). Selanjutnya menyusun tes, dimana tes tersebut harusdidasarkan pada tujuan pembelajaran yag telah dirumuskan tadi.Kemudian tentukanlah strategi pembelajaran yang tepat harusnyaseperti apa untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam hal ini adabanyak pilihan kombinasi metode dan media yang dapat kita pilih
dan tentukan yang paling relevan. Disamping itu, pertimbangkanpula sumber-sumber pendukung lain, semisal sumber belajar yangrelevan, lingkungan belajar yang seperti apa seharusnya, dan lainlain.Semua itu tertuang dalam sautu dokumen bernama blue-print yang jelas dan rinci.
Langkah 3: Pengembangan
Pengembangan adalah proses mewujudkan blue-print alias desaintadi menjadi kenyataan. Artinya, jika dalam desain diperlukan suatusoftware berupa multimedia pembelajaran, maka multimediatersebut harus dikembangkan. Atau diperlukan modul cetak, makamodul tersebut perlu dikembangkan. Begitu pula halnya denganlingkungan belajar lain yang akan mendukung proses pembelajaransemuanya harus disiapkan dalam tahap ini. Satu langkah penting
dalam tahap pengembangan adalah uji coba sebelumdiimplementasikan. Tahap uji coba ini memang merupakan bagiandari salah satu langkah ADDIE, yaitu evaluasi. Lebih tepatnya
evaluasi formatif, karena hasilnya digunakan untuk memperbaikisistem pembelajaran yang sedang kita kembangkan.
Langkah 4: Implementasi
Implementasi adalah langkah nyata untuk menerapkan sistempembelajaran yang sedang kita buat. Artinya, pada tahap ini semuayang telah dikembangkan diinstal atau diset sedemikian rupa
sesuai dengan peran atau fungsinya agar bisa diimplementasikan.Misal, jika memerlukan software tertentu maka software tersebutharus sudah diinstal. Jika penataan lingkungan harus tertentu,
maka lingkungan atau seting tertentu tersebut juga harus ditata.Barulah diimplementasikan sesuai skenario atau desain awal.Langkah 5: EvaluasiEvaluasi adalah proses untuk melihat apakah sistem pembelajaranyang sedang dibangun berhasil, sesuai dengan harapan awal atau
tidak. Sebenarnya tahap evaluasi bisa terjadi pada setiap empattahap di atas. Evaluasi yang terjadi pada setiap empat tahap diatasitu dinamakan evaluasi formatif, karena tujuannya untuk kebutuhanrevisi. Misal, pada tahap rancangan, mungkin kita memerlukansalah satu bentuk evaluasi formatif misalnya review ahli untukmemberikan input terhadap rancangan yang sedang kita buat. Padatahap pengembangan, mungkin perlu uji coba dari produk yang kitakembangkan atau mungkin perlu evaluasi kelompok kecil dan lainlain.

5. Model Hanafin and Peck
Model Hannafin dan Peck ialah model desain pengajaran yangterdiri daripada tiga fase yaitu fase Analisis keperluan, fase desain,dan fase pengembangan dan implementasi (Hannafin & Peck
1988). Dalam model ini, penilaian dan pengulangan perlu dijalankandalam setiap fase. Model ini adalah model desain pembelajaranberorientasi produk. Gambar di bawah ini menunjukkan tiga faseutama dalam model Hannafin dan Peck (1988).Gambar 3 Model Hannafin and PeckFase pertama dari model Hannafin dan Peck adalah analisiskebutuhan. Fase ini diperlukan untuk mengidentifikasi kebutuhankebutuhan
dalam mengembangkan suatu media pembelajarantermasuklah di dalamnya tujuan dan objektif media pembelajaranyang dibuat, pengetahuan dan kemahiran yang diperlukan olehkelompok sasaran, peralatan dan keperluan media pembelajaran.Setelah semua keperluan diidentifikasi Hannafin dan Peck (1988)menekankan untuk menjalankan penilaian terhadap hasil itusebelum meneruskan pembangunan ke fase desain.Fasa yang kedua dari model Hannafin dan Peck adalah fasedesain. Di dalam fase ini informasi dari fase analisis dipindahkan kedalam bentuk dokumen yang akan menjadi tujuan pembuatanmedia pembelajaran. Hannafin dan Peck (1988) menyatakan fasedesain bertujuan untuk mengidentifikasikan dan mendokumenkankaedah yang paling baik untuk mencapai tujuan pembuatan mediatersebut. Salah satu dokumen yang dihasilkan dalam fase ini ialahdokumen story board yang mengikut urutan aktivitas pengajaran
berdasarkan keperluan pelajaran dan objektif media pembelajaranseperti yang diperoleh dalam fase analisis keperluan. Sepertihalnya pada fase pertama, penilaian perlu dijalankan dalam fase inisebelum dilanjutkan ke fase pengembangan dan implementasi.Fase ketiga dari model Hannafin dan Peck adalah fasepengembangan dan implementasi. Hannafin dan Peck (1988)mengatakan aktivitas yang dilakukan pada fase ini ialahpenghasilan diagram alur, pengujian, serta penilaian formatif danpenilaian sumatif. Dokumen story board akan dijadikan landasanbagi pembuatan diagram alir yang dapat membantu prosespembuatan media pembelajaran. Untuk menilai kelancaran mediayang dihasilkan seperti kesinambungan link, penilaian danpengujian dilaksanakan pada fase ini. Hasil dari proses penilaiandan pengujian ini akan digunakan dalam proses pengubahsuaianuntuk mencapai kualitas media yang dikehendaki. Model Hannafindan Peck (1988) menekankan proses penilaian dan pengulangan
harus mengikutsertakan proses-proses pengujian dan penilaianmedia pembelajaran yang melibatkan ketiga fase secaraberkesinambungan. Lebih lanjut Hannafin dan Peck (1988)menyebutkan dua jenis penilaian yaitu penilaian formatif danpenilaian sumatif. Penilaian formatif ialah penilaian yang dilakukansepanjang proses pengembangan media sedangkan penilaiansumatif dilakukan setelah media telah selesai dikembangkan

kurikulum teknologi pendidikan disebut kurikulum teknologis

Konsep kurikulum

Penafsiran konsep kurikulum bagi peneliti dan praktisi pendidikan dapat berbeda satu sama lain. Secara umum, konsep kurikulum dapat didefinisikan sebagai suatu spesifik rangkaian pengetahuan, keterampilan dan kegiatan untuk disampaikan kepada siswa. Penafsiran lain, konsep kurikulum dapat didefinisikan sebagai suatu rangkaian kegiatan yang direncanakan sebagai panduan guru untuk mengajar dan siswa untuk belajar.

Aliran atau teori pendidikan memiliki model konsep kurikulum dan praktek pendidikan yang berbeda :
A. Model konsep kurikulum dari teori pendidikan klasik disebut subyek
kurikulum akademis
B. Model konsep kurikulum pendidikan pribadi disebut kurikulum
humanistik
C. Model konsep kurikulum interaksionis disebut kurikulum rekonstruksi
sosial
D. Model konsep kurikulum teknologi pendidikan disebut kurikulum
teknologis

Kali ini kelompok kami akan membahas tentang konsep yang terakhir, yaitu : Kurikulum teknologis





Teknologi dan Kurikulum

Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi, di bidang pendidikan berkembang pula teknologi pendidikan. Aliran ini menekankan isi kurikulum tetapi diarahkan bukan pada pemeliharaan dan pengawetan ilmu tersebut tetapi pada penguasaan kompetensi. Suatu kompetensi yang diuraikan menjadi kompetensi yang lebih sempit/khusus dan akhirnya menjadi perilaku-perilaku yang dapat diamati atau diukur.
Penerapan teknologi dalam bidang pendidikan khususnya kurikulum adalah
dalam dua bentuk, yaitu bentuk perangkat lunak (software) di perangkat keras (hardware). Penerapan teknologi perangkat keras dalam pendidikan dikenal sebagai teknologi alat (tools technology), sedangkan penerapan teknologi perangkat lunak disebut juga teknologi sistem (systim technology).
Teknologi pendidikan dalam arti teknologi alat, lebih menekankan kepada
penggunaan alat-alat teknologis untuk menunjang efisiensi efektivitas pendidikan. Kurikulumnya berisi rencana-rencana penggunaan berbagai alat dan media, juga
http://www.scribd.com/doc/41008423/Model-Konsep-Kurikulum - outer_page_12
Model-model pengajaran yang melibatkan penggunaan alat. Contoh-contoh model pengajaran tersebut adalah: pengajaran dengan bantuan film dan video, pengajaran berprogram, mesin pengajaran, pengajaran modul. Pengajaran denga bantuan komputer, dan lain-lain. Dalam arti teknologi sistem, teknologi pendidikan menekankan kepada penyusunan program pengajaran atau rencana pelajaran dengan menggunakan pendekatan sistem. Program pengajaran ini bisa semata-mata program sistem, bisa program sistem yang ditunjang dengan alat dan media, dan bisa juga program sistem
yang dipadukan dengan alat dan media pengajaran.
.
1.Beberapa ciri kurikulum teknologi :

Kurikulum yang dikembangkan dari konsep teknologi pendidikan, memiliki beberapa ciri khusus, yaitu:

a. Tujuan. Tujuan diarahkan pada penguasaan kompetensi, yang dirumuskan
dalam bentuk perilaku. Tujuan-tujuan yang bersifat umum yaitu kompetensi
dirinci menjadi tujuan-tujuan khusus, yang disebut objektif atau tujuan
instruksional. Objektif ini menggambarkan perilaku, perbuatan atau kecakapan- keterampilan yang dapat diamati atau diukur.

b. Metode. Metode yang merupakan kegiatan pembelajaran sering dipandang sebagai proses mereaksi terhadap perangsang-perangsang yang diberikan dan apabila terjadi respons yang diharapkan maka respons tersebut diperkuat. Tujuan- tujuan pengajaran telah ditentukan sebelumnya. Pengajaran bersifat individual, tiap siswa menghadapi serentetan tugas yang harus dikerjakannya, dan maju sesuai dengan kecepatan masing-masing. Pada saat tertentu ada tugas-tugas yang harus dikerjakan secara kelompok. Setiap siswa harus menguasai secara tuntas tujuan-tujuan program pengajaran.









Pelaksanaan pengajaran mengikuti langkah- langkah sebagai berikut

1.Penegasan Tujuan
Para siswa diberi penjelasan tentang Pentingnya bahan yang harus dipelajari. Sebagai tanda menguasai bahan mereka harusmenguasai seara tuntas tujuan-tujuan dari suatu program.

2. Pelaksanaan pengajaran.
Para siswa belajar secara individual melalui media buku-buku ataupun media elektronik. Dalam kegiatan belajarnya mereka dapat menguasai keterampilan-keterampilan dasar ataupun perilaku-perilaku yang dinyatakan dalam tujuan program. Mereka belajar dengan cara memberikan respons secara cepat terhadap persoalan- persoalan yang diberikan.

3. Pengetahuan tentang hasil.
Kemajuan siswa dapat segera diketahui oleh siswa sendiri, sebab dalam model kurikulum ini umpan balik telah mereka kuasai dan apa yang masih harus dipelajari serius.

4. Organisasi bahan ajar. Bahan ajar atau isi kurikulum
banyak diambil disiplin ilmu, tetapi telah diramu sedemikian rupa sehingga
penguasaan sesuatu kompetensi. Bahan ajar yang luas/besar dirinci menjadi
bagian-bagian atau sub kompetensi yang lebih kecil, yang menggambarkan
objektif.



5. Evaluasi. Kegiatan evaluasi dilakukan pada setiap saat,
pada suatu pelajaran, suatu unit ataupun semester. Fungsi evaluasi ini macam- macam, sebagai umpan balik bagi siswa dalam penyempunaan penguasaan suatu satuan pelajaran (evaluasi formatif), umpan bagi siswa pada akhir suatu program atau semester (evaluasi sumatif Juga dapat menjadi umpan balik bagi guru dan pengembang kurikulum untuk penyempurnaan kurikulum. Evaluasi yang mereka gunakan umumnya berbentuk tes objektif.

2. Pengembangan kurikulum
Pengembangan kurikulum teknologis berpegang pada beberapa dasar , yaitu:

1) Prosedur pengembangan kurikulum dinilai dan disempurnakan oleh pengembang kurikulum yang lain,

2) Hasil pengembangan yang berbentuk model adalah yang bisa iuji coba ulang, dan memberikan hasil yang sama. Dari pengembangan kurikulum
teknologis adalah penekanan pada petensi. Pengembangan dan penggunaan alat dan media pengajaran hanya sebagai alat bantu tetapi bersatu dengan program pengajaran ditujukan pada penguasaan kompetensi tertentu. Pengembangan kurikulum ini membutuhkan kerjasama dengan para penyusun program dan penerbit media elektronik dan media cetak. Di pihak lain harus dicegah jangan sampai pengembangan kurikulum ini menjadi objek bisnis. Pengembangan pengajaran yang betul-betui berstruktur dan bersatu dengan alat dan media membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Inilah hambatan utama pengembangan kurikulum ini, terutama bagi sekolah atau daerah-daerah yang kemampuan finansialnya masih rendah. Pemecahan masih dapat dilakukan dengan menerapkan model kurikulum
teknologis yang lebih menekankan pada teknologi sistem dan kurang menekankan pada teknologi alat. Dengan pendekatan ini biaya dapat lebih ditekan, di samping memberi kesempatan kepada pelaksanaan pengajaran, terutama guru-guru untuk mengembangkan sendiri program pengajarannya. Model ini di Indonesia dikenal dengan nama Satuan Pelajaran dalam lingkungan Pendidikan Dasar dan Menengah atau Satuan Acara Perkuliahan pada Perguruan Tinggi, sebagai bagian dari Sistem Instruksional atau Desain Instruksional.


Pengembangan kurikulum teknologis terutama yang menekankan teknologi alat, perlu mempertimbangkan beberapa hal.

Pertama, formulasi perlu dirumuskan
terlebih dahulu apakah pengembangan alat atau media tersebut benar-benar
diperlukan. Hal ini menyangkut pasaran.
Kedua spesifikasi, diperlukan adanya spesifikasi dari alat atau media yang akan dikembangkan, baik dilihat dari segi kegunaannya maupun ketepatan penggunaannya.







KESIMPULAN

Penerapan teknologi dalam bidang pendidikan khususnya kurikulum adalah dalam dua bentuk, yaitu bentuk perangkat lunak (software) di perangkat keras (hardware). Penerapan teknologi perangkat keras dalam pendidikan dikenal sebagai teknologi alat (tools technology), sedangkan penerapan teknologi perangkat lunak disebut juga teknologi sistem (systim technology).

REFERENSI
http://www.scribd.com/doc/41008423/Model-Konsep-Kurikulum