orientasi pemanfaatan jardiknas

BALI - Pustekkom Kemdiknas dan Dinas Pendidikan Provinsi Bali menyelenggarakan kegiatan Orientasi Pemanfaatan Jardiknas Zona Perguruan Tinggi (PT) dan Zona Kantor 2010 di Inna Grand Bali Beach Hotel pada tanggal 3 s.d. 5 November 2010. Kegiatan orientasi diarahkan dan dibuka secara resmi oleh Bapak Herwindo (Staf Ahli Mendiknas bidang Iptek) ini dihadiri oleh 30 pengelola node Jardiknas Zona PT (Inherent) dan 37 pengelola Jardiknas Zona Kantor yang berasal dari dinas-dinas pendidikan kabupaten/kota di provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT).

Kegiatan Orientasi Pemanfaatan Jardiknas Zona PT dan Zona Kantor di Denpasar ini bertujuan untuk: 1) mensosialisasikan kebijakan TIK untuk pendidikan, 2) mengoptimalkan sistem pengendalian implementasi Jardiknas Zona PT dan Zona Kantor, 3) mendapatkan data dan informasi tentang progres integrasi jaringan Zona PT dalam upaya mencari solusi terbaik untuk mengatasi hambatan yang terjadi dalam pengelolaan jardiknas pada Zona PT, 4) merumuskan mekanisme pengelolaan dan monitoring Jardiknas Zona Kantor dan Zona PT yang lebih efektif dan efisien, 5) merumuskan pemanfaatan dan pengembangan konten Jardiknas Zona PT dan Zona Kantor, dan 6) mengkoordinasikan rencana pengembangan dan pemanfaatan Jardiknas.

Pada sesi Pemanfaatan Jardiknas Zona PT dan Zona Kantor, narasumber menghimbau – seiring reformasi birokrasi di tubuh Kemdiknas – kepada pengelola Jardiknas Zona PT agar memanfaatkan fasilitas bandwidth Jardiknas untuk mendukung layanan primanya kepada mahasiswa, dosen, fakultas, dan penelitian serta pengembangan. Adapun kepada pengelola Jardiknas Zona Kantor dihimbau agar fasilitas bandwidth Jardiknas dimanfaatkan untuk mendukung layanan primanya kepada siswa, guru, sekolah, dan sistem informasi manajemen di dinas pendidikan kabupaten/kota.

Setelah rehat siang pada hari II, peserta dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok Jardiknas Zona PT dengan sesi khusus tentang Progres Instalasi Jardiknas Zona PT dan kelompok Jardiknas Zona Kantor dengan sesi khusus Sistem Pengendalian dan Monitoring Jardiknas Zona Kantor. Masing-masing sesi disajikan terpisah oleh direktur yang didampingi oleh account manager PT. Telkom Indonesia.

Tanya-jawab di kelompok Zona PT seputar progres implementasi Zona PT berlangsung cukup kritis, korektif dan solutif demi peningkatan layanan yang lebih baik. Sementara diskusi di kelompok Zona Kantor meluas hingga ke ranah Zona Sekolah (SchoolNet) dan Zona Personal (TeacherNet), hal ini tidak terlepas dari tanggung jawab Pengelola Jardiknas Zona Kantor sebagai penyelia SchoolNet dan TeacherNet di kabupaten/kota masing-masing.

Pada sesi berikutnya, pengelola node dari UI dan UGM berkenan membagi pengalaman dan best practise kepada para peserta lain di kelompok Zona PT, sedangkan di kelompok Zona Kantor dibagikan oleh pengelola dari Kabupaten Gianyar (Prov. Bali) dan Kabupaten Lombok Tengah (Prov. NTB).

Secara keseluruhan kegiatan orientasi berjalan lancar dan sejumlah laporan pemanfaatan Jardiknas Zona PT dan Zona Kantor periode Januari sampai dengan Oktober 2010 berhasil dikumpulkan dari para pengelola Jardiknas. [KA]
Pemanfaan ICT untuk Pendidikan Pencegahan HIV/AIDS
Label: Pengantar TIK
Jumlah pengidap HIV/AIDS dewasa (15-24 tahun) dan anak-anak diakhir 2003 :
' Kamboja ± 170.000 orang
' Laos ± 1.700 orang
' Thailand ± 570.000 orang
' Vietnam ± 220.000 orang
' Cina dan separuhnya di propinsi Yunan ± 840.000 orang
Dikalangan remaja, HIV sudah menjadi ancaman besar. Diantaranya factor yang mempengaruhi kerentanan masyarakat akan HIV :

* Kurangnya informasi tentang HIV

* Layanan kesehatan dan pendidikan

* Keingintahuan dan coba-coba remaja

* Hubungan seksual paksa dan ketimpangan gender


Mayoritas penduduk kawasan GMS yang miskin sangat rentan akan HIV/AIDS karena ;
S Kurangnya akses ke layanan pendidikan dan kesehatan
S Kemiskinan kurangnya informasi
S Penggunaan obat-obatan
S Perdagangan manusia
S Kurangnya kesempatan kerja bagi para wanita
S keterlibatan mereka dalam perdagangan seks
Sampai saat ini belum ada obat untuk AIDS dan vaksin nya. Karenanya, keberhasilan dalam mengurangi penyebarluasan virus HIV sangat tergantung pada perubahan perilaku dan penanganan factor lingkungan dan social ekonomi yang meningkatkan kerentanan orang akan infeksi. Diantaranya , menunda kegiatan seksual , penekanan khusus pada anak perempuan. Factor lainnya ; menolak tekanan teman agar minum/ menyuntikkan obat-obatan.
Walaupun pemanfaatan ICT dalam pendidikan HIV/AIDS dikarenakan keterbatasan infrastruktur, tenaga terlatih, dan sumber dana pendukung. Atas dasar itulah Bank Pembangunan Asia (ADB), SEAMEO (Southeast Asia Ministry of Education Organization), dan UNESCO mulai Maret 2003 menyelenggarakan program pendayagunaan ICT untk mencegah HIV/AIDS diperbatasan GMS .
PERAN PENDIDIKAN PENCEGAHAN
Semua Negara yang telibat dalam pencegahan HIV/AIDS dilingkungan sekolah, memiliki kebijakan Departemen Pendidikan serta perangkat hukum pun mendukung pelaksanaannya.
Di Kamboja kebijakan dan strategi pengintegrasian HIV/AIDS untuk remaja di lingkungan maupun luar sekolah dimasukkan dalam Renstra Pendidikan Departemen Pendidikan, Pemuda dan Olah raga yang mereka selenggarakan.
Di Vietnam keputusan Departemen Pendidikan dan Pelatihan menegaskan pentingnya pendidikan pencegahan HIV/AIDS.
Di Yunan peraturannya mensyaratkan semua sekolah melaksanakan pendidikan pencegahan HIV/AIDS.
Di Laos, sebuah tim pendidikan AIDS didalam Departemen Pendidikan telah dibentuk tahun 1996 dan bertanggung jawab atas pelaksanaan pendidikan pencegahan menyusul dibentuknya komisi nasional untuk pengontrolan AIDS .
Di Thailand kebijakan Departemen Pendidikannya menekankan hak setiap anak memahami dan menyadari bahaya HIV/AIDS.
PEMANFAATAN ICT
Sebelum adanya program ICT , semua Negara GMS belum didayagunakan secara maksimal. Diyakini bahwa ICT akan mampu menjawab dua tantangan pokok dalam pendidikan pencegahan : meningkatkan lingkungan dan metode belajar-mengajar serta memungkinkan dikembangkannya bahan-bahan ajar yang sesuai pada saat pelaksanaan program dengan dana yang terbatas.
Pemanfaatan ICT dapat meningkatkan proses belajar dan mengajar. Intervensi berbasis ICT yang tepat sasaran, kreatif, interaktif, integrative, dan kontekstual dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses belajar mengajar.
Bahan-bahan ajar pendidikan berbasis ICT dapat disimpan disekolah agar siap pakai sesuai dengan kebutuhan dan memungkinkan keluwesan dalam pemakaian serta belajar sesuai kecepatan diri.
ICT telah merangsang belajar kawasan kognitif tingkat tinggi seperti pemecahan masalah melalui tugas-tugas kreatif yang melibatkan semua siswa baik didalam kegiatan maupun diluar sekolah.
PROGRAM SEAMEO-ADB
Sebagai bagian dari bantuan tekniis regional, untuk meningkatkan SDM dan kemiskinan di GMS, ADB memberi bantuan senilai $1,000,000 untuk menunjang pemanfaatan ICT HIV/AIDS di daerah perbatasan GMS dalam jangka waktu 18 bulan terhitung Maret 2003.
SEAMEO dan UNESCO masing-masing mendanakan $500,000. Kesepakatan SEAMEO dan ADB ditandatangani pada 7 Maret 2003 ,Manila.

TUJUAN
Bantuan teknis ADB memiliki tujuan pokok ;
C mengurangi terjadinya infeksi HIV/AIDS diantara kelompok usia rentan, kelompok miskin, penduduk pinggiran.
C memasyarakatkan pemanfaatan ICT serta teknologi multimedia lainnya dalam pendidikan pencegahan HIV/AIDS
Secara khusus program kerjasama ini dimaksudkan untuk :
@ Mengembangkan bahan-bahan ajar pendidikan pencegahan HIV/AIDS dalam bahasa daerah setempat
@ Meningkatkan kemampuan para guru, penyuluh kesehatan, pembuat program multimedia, dan pemangku peran dalam pendidikan pencegahan HIV/AIDS
@ Memperluas pemanfaatan ICT dalam pendidikan pencegahan HIV/AIDS
@ Menyampaikan program pencegahan yang berbasis ICT kepada masyarakat yang terisolir, terpinggirkan dan rentan
Komponen SEAMEO berfokus pada guru dan remaja di sekolah dan secara tak langsung menggarap masyarakat tempat sekolah yang dipilih berbeda. komponen ini dilaksanakan di 9 daerah perbatasan antara ke 5 negara yang berperanserta. Ada 36 SMP yang menjadi garapan program ini, masing-masing 2 sekolah di setiap wilayah perbatasan.

KOMPONEN PROGRAM & SASARAN
Ada 4 komponen program yaitu ;
ü Pengembangan bahan ajar
Bahan-bahan ajar yang dikembangkan ini menjawab tuga permasalahan yang terkait satu sama lain yaitu perilaku rawan HIV/AIDS, perdagangan perempuan dan anak-anak serta penyalahangunaan obat-obatan di kalangan minoritas yang tinggal di perbatasan.
ü Pengembangan kemampuan
Kelompok-kelompok remaja dan wanita masyarakat yang memberikan dukungan lanjutan setelah sasaran menerima program pencegahan di sekolah.
ü Penyampaian program
Melalui kurikulum dan kegiatan pembelajaran di sekolah dengan guru sebagai agen perubahan dan penggerak masyarakat.
ü Database
Target sasaran program ini adalah 8,000 remaja usia sekolah (13-24 th) di daerah perbatasan GMS, selain itu remaja luar sekolah dan kelompok resiko tinggi seperti ; supir truk, PSK.
ANALISIS SITUASI SEKOLAH DAN LAPANGAN
Masing-masing negara memberikan sajian situasi mutakhir HIV/AIDS dengan fokus ke daerah perbatasan serta kelompok sasaran (anak sekolah, etnis minoritas, masyarakat terpencil, dan susah dijangkau);
pendidikan pencegahan yang meliputi program secara umum, strategi pokoknya, cakupan, bahan yang digunakan dan tantangan yang dihadapi; kondisi infrastruktur ICT yang ada terutama di daerah perbatasan, kebijakan, dan rencana pengembangan ICT serta pemanfaatan ICT yang telah ada.
Pelatihan
Pelatihan di tingkat sekolah dan nasional selanjutnya dilaksanakan, dengan :
• Cara-cara penularan dan pencegahan infeksi HIV/AIDS
• Metode pembelajaran efektif dengan cara inovatif dalam berbasis ICT diajarkan
• Diarahkan untuk membuat bahan ajar dalam Proses Belajar
• Pelatihan Infrastruktur ICT juga ditingkatkan
Pelajaran apa yang dapat dipetik dari program ini?
¥ Program ini telah berhasil mempererat kerjasama antar sektor pendidikan dan kesehatan mulai dari tingkat kabupaten, propinsi hingga nasional. Koordinasi yang semula sulit diwujudkan dengan model yang diberikan program ini mulai kelihatan tumbuh di sebagian besar lokasi.
¥ Dukungan dan kerjasama berbagai pihak terkait sangat menentukan keberhasilan program ini. Peran serta dan komitmen orangtua dan pemuka masyrakat mulai dari saat persiapan program hingga pelaksanaan sangat mempermudah pencapaian tujuan program ini.
¥ Hubungan sekolah dan masyrakat yang erat memungkinkan apa yang dihasilkan dan digunakan di sekolah juga dimanfaatkan untuk pembelajaran teman sebaya di masyrakat.
¥ Program ini juga telah memberi model pengintegrasian pendidikan pencegahan HIV/AIDS berbasis ICT ke dalam kurikulum sekolah tanpa terlalu banyak menambah jam pelajaran.
http://www.bse.depdiknas.go.id/

SMU TERBUKA SEBUAH ALTERNATIF LAYANAN PENDIDIKAN TINGKAT SEKOLAH MENENGAH UMUM

Perintisan SMU Terbuka dilakukan dengan tujuan memberikan kesempatan belajar bagi lulusan SLTP/MTs yang karena berbagai kendala sosial ekonomi, geografis, waktu, dan lainnya maka tidak/belum dapat mengikuti pendidikan pada tingkat SLTA. Pada tahun 2001 dilakukan pemantapan perintisan SMU Terbuka dengan melibatkan unsur pemerintah dearah dan unsur dinas pendidikan kabupaten/kota. Perintisan SMU Terbuka dilandasi oleh kerangka konseptual yang cukup matang baik dari segi teori, filsafat, pola pembelajaran, pola kelembagaan, maupun sistem jaminan kualitasnya (quality assuranrea). Uji coba SMU Terbuka telah dilakukan pada tahun 2002/2003 di 7 lokasi.
Upaya tersebut merupakan suatu perwujudan pelaksanaan Undang-undang Dasar 1945 yang mengamanatkan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pengajaran nasional yang diatur oleh undang-undang. SMU Terbuka dipandang sebagai salah satu alternatif layanan pendidikan yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan pendidikan setingkat SLTA , dengan kegiatan belajar yang bersifat fleksibel dan biaya yang relatif terjangkau oleh masyarakat luas.

Teori dan Konsep Model Pendidikan SMU Terbuka
Teori yang melandasi sistem SMU Terbuka adalah teori belajar mandiri.
Dari konsep teori belajar mandiri diatas, belajar mandiri mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Kegiatan belajar siswa tidak harus dilakukan dalam ruang kelas formal dengan tatap muka langsung dengan guru mata pelajaran.
2. Secara periodik siswa berkonsultasi dengan staf sekolah (kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru) untuk memecahkan kesulitan dan masalah belajar.
3. Secara teratur siswa belajar dan menyelesaikan tugas-tugas individualnya.
SMU Terbuka adalah subsistem pendidikan pada jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan kegiatan belajar mandiri para peserta didiknya dengan bimbingan terbatas dari orang lain. SMU Terbuka merupakan salah satu model layanan pendidikan alternatif jalur sekolah tingkat menengah yang diselenggarakan oleh SMU reguler. SMU Terbuka bukanlah lembaga atau UPT baru yang berdiri sendiri, melainkan menginduk pada SMA reguler yang telah ada. Dengan demikian, SMU reguler yang menjadi Sekolah Induk SMU Terbuka menyelenggarakan pendidikan dengan dual mode system (tugas ganda). Artinya, Sekolah Induk SMU Terbuka sekaligus melayani dua kelompok peserta didik yang berbeda, dengan cara belajar yang berbeda. Dalam hal ini, Sekolah Induk SMU Terbuka diberi perluasan atau tambahan peran, yaitu berupa layanan pendidikan dengan sistem belajar jarak jauh yang diperuntukkan bagi peserta didik yang memiliki kendala tertentu. (Pustekkom, 2005).
Dari informasi tersebut di atas dapatlah dirumuskan bahwa model/sistem pendidikan SMU Terbuka adalah model/sistem pendidikan SMU yang sebagian besar kegiatan pembelajaran-nya dilaksanakan secara mandiri dengan menggunakan bahan-bahan belajar yang dapat dipelajari peserta didik secara mandiri tanpa atau dengan seminimal mungkin bantuan orang lain. Karena itulah, para peserta didik SMU Terbuka setiap harinya belajar mandiri di Tempat Kegiatan Belajar (TKB) di bawah supervisi Guru Pamong, baik secara individual maupun dalam bentuk kelompok-kelompok kecil. Guru Pamong tidak bertugas mengajar karena memang mereka bukanlah orang yang berkualifikasi mengajar di SMU.
Konsepsi dasar yang melandasi pengertian/batasan SMU Terbuka sebagaimana yang telah dikemukakan di atas adalah bahwa:
a. Belajar pada prinsipnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi seseorang dengan sumber-sumber belajar, baik yang dirancang secara khusus maupun melalui pemanfaatan sumber-sumber belajar yang tersedia;
b. Kegiatan belajar dapat terjadi di mana dan kapan saja, serta tidak sepenuhnya hanya tergantung pada guru dan gedung sekolah;
c. Kegiatan belajar-mengajar akan mencapai tujuannya apabila berpusat pada peserta didik dan melibatkan peserta didik secara aktif;
d. Penggunaan media pembelajaran yang dirancang secara benar dan tepat akan dapat memberi hasil belajar yang maksimal sesuai dengan karakteristik media itu sendiri; dan
e. Peserta didik pada prinsipnya mempunyai kemungkinan yang sama untuk berhasil dalam belajarnya apabila diberikan kesempatan dan perlakuan yang sesuai dengan karakteristiknya (Pustekkom-Depdiknas, 1999).

Karakteristik Model/Sistem Pendidikan SMU Terbuka
Karakteristik pelajaran meliputi tujuan yang dicapai dalam pelajaran dan hambatan untuk mencapainya, karakteristik siswa antara lain pola kehidupan sehari-hari, keadaan sosial ekonomi, latar belakang pengetahuan, keterampilan, sikap, dan sebagainya. Pengorganisasian bahan pelajaran antara lain bagaimana merancang bahan pelajaran untuk keperluan belajar mandiri, mendistribusikan kesiswa sehingga sampai tepat waktu.
Mengingat model/sistem pendidikan SMU Terbuka adalah bagian (subsistem) dari pendidikan SMU reguler, maka peserta didik SMU Terbuka adalah juga peserta didik dari SMU reguler yang ditunjuk sebagai Sekolah Induk SMU Terbuka. SMU Terbuka merupakan pola pendidikan yang menerapkan sistem belajar jarak jauh pada jenjang pendidikan menengah yang kegiatan pembelajarannya dilaksanakan secara fleksibel melalui penerapan prinsip-prinsip belajar mandiri. Pada hakekatnya, SMU Terbuka sama dan sederajat dengan SMU reguler/konvensional. Perbedaannya hanya terletak pada aspek pembelajarannya di mana para peserta didik SMU Terbuka belajar secara mandiri tanpa atau dengan seminimal mungkin bantuan orang lain, baik secara perseorangan maupun dalam kelompok kecil. (Pustekkom-Depdiknas, 2000).
Berdasarkan konsep tentang SMU Terbuka sebagaimana yang dikemukakan pada dokumen Pustekkom (Pustekkom-Depdiknas, 2000), maka karakteristik pendidikan SMU Terbuka dapat dilihat dari aspek tujuan, peserta didik, bahan dan pola pembelajar, kelembagaan, Organisasi dan Mekanisme, evaluasi dan sertifikasinya.
a. Tujuan Penyelenggaraan SMU Terbuka
Sebagai subsistem dari pendidikan SMU reguler, tujuan penyelenggaraan SMU Terbuka adalah sama dengan tujuan pendidikan menengah sebagaimana yang dirumuskan di dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0489/U/1992 yaitu: (a) meningkatkan pengetahuan peserta didik untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dan untuk mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan kesenian; dan (b) meningkatkan kemampuan (keterampilan hidup) peserta didik sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar.
b. Peserta didik
Peserta didik SMU Terbuka adalah lulusan SMP, Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau yang sederajat maupun peserta didik putus sekolah pada jenjang pendidikan menengah dengan rentangan usia antara 15-18 tahun. Dengan demikian, tidak ada perbedaan mengenai peserta didik yang diterima di SMU Terbuka dengan peserta didik yang diterima di SMU reguler/ konvensional dan memperoleh ijazah yang sama dengan siswa SMU. Perbedaan barulah tampak sewaktu para peserta didik belajar di SMU Terbuka, di mana sebagian besar kegiatan belajar mereka dilakukan secara mandiri, baik di TKB, di rumah atau di tempat lainnya.
c. Bahan dan pola Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
SMU Terbuka adalah pola pendidikan terbuka pada jenjang pendidikan menengah yang sistem pembelajarannya bersifat fleksibel dengan menerapkan prinsif-prinsif belajar mandiri melalui pemanfaatan sumber belajar yang tersedia secara optimal. Bahan belajar utama yang digunakan para peserta didik SMU Terbuka berbeda dengan yang digunakan di SMU reguler sekalipun acuan yang digunakan untuk pengembangan bahan belajarnya adalah sama, yaitu kurikulum SMU yang berlaku. Bahan belajar yang digunakan para peserta didik SMU Terbuka adalah bahan belajar mandiri cetak yang disebut modul (bahan belajar utama) dan bahan belajar dalam bentuk media lainnya (penunjang). Sekalipun demikian, tidaklah berarti bahwa peserta didik SMU Terbuka tidak boleh mempelajari bahan belajar yang digunakan oleh rekannya di SMU reguler atau sebaliknya.
Bahan belajar yang digunakan peserta didik SMU Terbuka memang dirancang secara khusus agar dapat dipelajari secara mandiri, baik secara individual maupun dalam kelompok-kelompok kecil oleh para peserta didik. Dikatakan secara khusus karena dengan mempelajari modul, para peserta didik dikondisikan seolah-olah berinteraksi dengan guru. Bahasa yang digunakan di dalam modul adalah bahasa yang komunikatif, mudah dipahami, dan memungkinkan para peserta didik untuk mengevaluasi diri sendiri, baik melalui umpan balik segera (immediate feedbacks) maupun kunci jawaban soal-soal latihan/tugas yang tersedia di dalam modul dan akan ditunjang oleh media noncetak yang terdiri dari program audio, video/vcd, dan media lainnya. Jadi kualitas bahan belajar perlu mendapat perhatian untuk dapat meningkatkan mutu pembelajaran di SMU Terbuka. Oleh karena itu, pengembangan bahan belajar dilakukan secara sistematis sehingga dihasilka bahan belajar yang berkualitas, baik dari segi isi materi, penyajian, maupun tampilan. Dengan demikian bahan belajar tersebut menarik dan mudah untuk dipelajari.
Peserta didik SMU Terbuka tidak dituntut untuk datang setiap hari ke SMU reguler yang ditentukan tetapi mereka hanya datang belajar setiap sore (pukul 14.00 sd. 17.00) selama 5 hari setiap minggunya di TKB di bawah supervisi Guru Pamong. TKB merupakan suatu tempat yang memungkinkan digunakan peserta didik secara teratur untuk belajar. Tempat yang dijadikan sebagai TKB adalah sebuah tempat yang dapat mengakomodasikan satu rombongan belajar yang jumlahnya berkisar antara 5-20 orang peserta didik. TKB dapat berupa gedung SD, gedung SMP, Balai Desa, pondok pesantren atau tempat pertemuan lainnya yang ada dan yang relatif terjangkau oleh semua peserta didik yang tergabung ke dalam satu rombongan belajar.
Kegiatan belajar tutorial tatap muka biasanya dilaksanakan pada hari Sabtu atau hari libur di Sekolah Induk. Pada umumnya, untuk setiap mata pelajaran, minimal mendapat alokasi tutorial selama 2 x 45 menit per bulan. Sedangkan untuk mata pelajaran yang sukar seperti bahasa Inggris, matematika, fisika, dan mata pelajaran yang penting seperti bahasa Indonesia, dalam sebulan minimal mendapat alokasi waktu tutorial 3 x 45 menit per bulan. Namun apabila SMU Terbuka tertentu menganut pola tutorial dua hari dalam seminggu, maka jumlah alokasi waktu tutorial untuk mata pelajaran yang sulit/penting minimal 4 x 45 menit dalam sebulan (Departemen Pendidikan Nasional, 2004).
Untuk mengikuti kegiatan belajar tutorial tatap muka ini, para peserta didiklah yang datang ke Sekolah Induk. Dengan kehadiran peserta didik di Sekolah Induk, maka berbagai fasilitas yang tersedia/dimiliki oleh Sekolah Induk dapat dimanfaatkan oleh para peserta didik SMU Terbuka sewaktu mereka datang ke Sekolah Induk. Dalam kegiatan tutorial tatap muka, Guru Bina dapat memanfaatkan modul, buku-buku lain yang relevan, media audio, media video, laboratorium, perpustakaan, dan lingkungan sekitar yang ada di Sekolah Induk (Departemen Pendidikan Nasional, 2004). Apabila berdasarkan berbagai pertimbangan, kegiatan tutorial tatap muka dapat saja dilaksanakan di luar Sekolah Induk, misalnya di salah satu gedung Sekolah Dasar yang terdekat dengan tempat tinggal mayoritas peserta didik. Apabila keadaannya demikian ini, maka Guru Binalah yang datang menjumpai peserta didik untuk menyelenggarakan kegiatan belajar tutorial tatap muka. Evaluasi belajar yang dilakukan mencakup Tes Mandiri, Tes Akhir Modul, Ulangan Harian (Tes Akhir Unit), Ulangan Umum(Ulangan Akhir Semester), dan Ujian Akhir Nasional(UAN). Mengenai pelaksanaan Ulangan umu dan Ujuan Akhir megacu pada peraturan yang berlaku pada SMU Reguler.
d. Kelembagaan, Organisasi dan Mekanisme Pengelolaan
SMU Terbuka lebih tepat bila dikategorikan sebagai suatu sistem belajar jarak jauh, bukannya pendidikan jarak jauh, karena proses pembelajaran utama berlangsung dengan adanya jarak dalam artian ruang dan waktu antara guru dan siswa, dan juga karena pembelajaran di SMU Terbuka lebih ditekankan pada penguasaan ranah kognitif dan psikomotor. Siswa lebih banyak belajar mandiri dengan memanfaatkan bahan belajar yang ada. Lembaga SMU Terbuka bukan merupakan unit pelaksana teknis (UPT) tersendiri. SMU Terbuka merupakan anak yang berinduk pada SMU Reguler terdekat, dan para pendidiknya pun ada didekat siswa setiap diperlukan. Jadi yang berjarak adalah pengadaan bahan belajar utama. Oleh karena itu sebutan pendidikan mandiri atau pendidikan bermedia lebih sepadan untuk mendeskripsikan SMU Terbuka.
Secara konseptual kelembagaan SMU Terbuka dapat ditinjau didasarkan pada kelembagaan sistem pendidikan secara umum. Kelembagaan sistem pendidikan dapat dibedakan dalam tiga dimensi yaitu :
1. Tingkat keresmian atau sifat wajib yang melekat pada lembaga
2. Bentuk kewenagan atau kendali yang dilakukan oleh mereka yang terlibat dalam kegiatan lembaga
3. Macam-macam sumber yang di gunakan untuk keperluan belajar mengajar
Srtuktur organisasi penyelenggaraan SMU Terbuka terdiri dari :
-. Pengarah (Ditjen / Setjen)
-. Penanggung Jawab Program (Dir Dikmenum / Ka Pustekkom)
-. Penanggung Jawab Teknis (Pusat)
-. Pembina (Sekda / Kadis Pendidikan)
-. Tim Teknis (Kasubdin)
-. Pelaksana Teknis (Kasubdin SMU kab/kota)
-. Sekolah (Kabupaten/Kota)
Mekanisme pengelolaan SMU Terbuka agak berbeda dengan SLTP Terbuka. Pada SLTP Terbuka pengelolaan sebagian besar dilakukan oleh pusat, sedangkan pada SMU Terbuka pengelolaan dilakukan dengan melibatkan daerah secara optimal, baik dari segi pendanaan maupun pengelolaan. Pusat hanya mempersiapkan pedoman-pedoman penyelenggaraan dan mempersiapkan bahan belajar selama masa perintisan. Selanjutnya pelaksanaan SMU Terbuka diserahkan kepada daerah (khususnya daerah Kabupaten/Kota).
e. Evaluasi dan Sertifikasi
Evaluasi yang dilaksanakan di SMU reguler diberlakukan juga di SMU Terbuka. Jika peserta didik SMU reguler mengikuti UAS, maka UAS juga dilaksanakan bagi peserta didik SMU Terbuka. Demikian juga dengan UAN, para peserta didik SMU Terbuka tidak terkecuali, mereka mengikuti UAN. Evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan di SMU Terbuka yang setara dengan yang dilaksanakan di SMU reguler adalah sebagai berikut:
1) Tes Akhir Modul (TAM) setara dengan tes formatif atau ulangan harian pada SMU reguler.
2) Tes Akhir Unit setara dengan tes tengah semester (mid semester test) pada SMU reguler.
3) Tes Akhir Semester, yang dilaksanakan pada setiap akhir semester adalah sama dengan ulangan umum pada SMU reguler. Tujuannya adalah untuk mengukur tingkat keberhasilan peserta didik setelah mempelajari sejumlah modul selama satu semester.
4) Ujian akhir merupakan ujian yang diselenggarakan untuk peserta didik SMU Terbuka Kelas III pada akhir tahun ajaran yang pelaksanaannya mengikuti ketentuan yang berlaku di SMU Penyelenggara.
Sertifikasi yang diterima oleh para peserta didik SMU reguler yang telah berhasil menyelesaikan pendidikannya di SMU adalah sama dengan yang diberikan kepada peserta didik SMU Terbuka.


Penyelenggaraan Model/Sistem Pendidikan SMU Terbuka
Ada 2 alasan utama di samping alasan yang bersifat angka-angka yang menjadi dasar pertimbangan dilakukannya perintisan model/sistem pendidikan SMU Terbuka, yaitu dari sisi:
a. Calon peserta didik SMU Terbuka dengan berbagai permasalahannya, dan
b. Fleksibilitas penyelenggaraan model/sistem pendidikan SMU Terbuka.
a. Calon Peserta Didik SMUTerbuka (Anak Usia Sekolah Menengah)
Pada umumnya, SMU reguler berada di ibukota provinsi dan ibukota kabupaten/kota serta di beberapa ibukota kecamatan. Sedangkan Sekolah Menengah tingkat Pertama (SMP) reguler tidak hanya berada di daerah perkotaan tetapi juga sudah sampai ke tingkat kecamatan. Untuk mengakomodasikan jumlah lulusan SMP/MTs atau yang sederajat yang jumlahnya terus meningkat di samping jumlah peserta didik SMU yang putus sekolah, diperlukan satu model/sistem pendidikan SMU yang inovatif dan fleksibel.
Pada uraian sebelumnya telah dikemukakan bahwa beberapa faktor penyebab peserta didik lulusan SMP/MTs tidak melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Menengah adalah karena kemampuan finansial orangtua yang terbatas. Untuk menyekolahkan anak ke SMU menuntut biaya tinggi karena lokasi SMU yang relatif jauh dari tempat tinggal, kondisi geografis yang sulit, lokasi SMU yang pada umumnya terdapat di ibukota Kabupaten/Kota, tuntutan terhadap anak agar membantu orangtua bekerja mencari nafkah, dan ketersediaan sarana mobilitas yang dapat dimanfaatkan peserta didik untuk berangkat dan pulang dari SMU reguler.
Mengingat cukup besar jumlah anak usia sekolah menengah yang cenderung berfungsi sebagai tenaga kerja membantu orangtua mencari nafkah mengakibatkan anak-anak tidak memungkinkan untuk datang belajar setiap hari di SMU reguler yang ada. Anak-anak pada umumnya bekerja membantu orangtua mereka dari pagi hingga siang hari yaitu pada saat yang bersamaan waktunya dengan jam-jam belajar di SMU reguler. Tuntutan untuk bekerja membantu orangtua mencari nafkah di satu sisi dan keinginan/ motivasi untuk tetap dapat melanjutkan pendidikan ke SMU di sisi lain mengakibatkan anak-anak dan orangtua merespon secara positif perintisan penyelenggaraan pendidikan di SMU Terbuka.
Salah satu karakteristik model/sistem pendidikan SMU Terbuka adalah bahwa para peserta didik pada umumnya berusia antara 15-18 tahun yang sebagian besar kegiatan belajarnya dilaksanakan dalam bentuk belajar mandiri di TKB maupun di tempat lainnya dengan menggunakan bahan belajar yang berupa modul dan media lainnya. Tempat yang dijadikan sebagai TKB dipilih yang paling strategis dalam arti relatif dekat atau dapat dengan mudah diakses oleh para peserta didik. Dengan demikian, biaya yang dikeluarkan peserta didik untuk datang ke TKB menjadi relatif lebih kecil dibandingkan apabila peserta didik harus datang belajar setiap hari ke SMU. reguler Peserta didik juga tidak perlu harus “indekos” di ibukota Kabupaten/kota agar dapat melanjutkan pendidikannya ke SMU tetapi peserta didik hanya dituntut sekali atau dua kali seminggu datang ke salah satu SMU reguler yang telah ditunjuk sebagai Sekolah Induk SMU Terbuka.

b. Fleksibilitas model pendidikan SMU Terbuka
Telah dikemukakan sebelumnya bahwa peserta didik SMU Terbuka tidak perlu setiap hari harus datang ke SMU reguler yang lokasinya relatif jauh tetapi mereka cukup datang ke Tempat Kegiatan Belajar (TKB) yang lokasinya dekat dengan tempat tinggal mereka. SMU Terbuka dikatakan fleksibel karena dapat dibuka atau ditutup sesuai dengan perkembangan tuntutan kebutuhan masyarakat akan pendidikan SMU.
Secara singkat dapatlah dikatakan bahwa SMU Terbuka dapat dibuka di suatu daerah apabila dinilai bahwa di daerah tersebut masih banyak jumlah lulusan SMP/MTs yang tidak melanjutkan pendidikannya ke SMU dan demikian juga dengan jumlah peserta didik putus sekolah di Sekolah Menengah. Apabila kemudian, karena satu dan lain hal, jumlah lulusan SMP/MTs sudah terakomodasikan melalui SMU/MA yang ada, maka SMU Terbuka dapat ditutup tanpa harus menghadapi banyak benturan, baik yang sifatnya berupa perangkat peraturan perundang-undangan maupun yang sifatnya berkaitan dengan pemutusan hubungan kerja.
Salah satu prinsip SMU Terbuka adalah mengoptimalkan pendayagunaan berbagai sumber daya yang ada di masyarakat termasuk tenaga gurunya. Guru mata pelajaran (Guru Bina) yang terdapat di SMU reguler yang dijadikan sebagai Sekolah Induk SMU Terbuka dioptimalkan untuk membantu penyelenggaraan SMU Terbuka dengan hanya memberikan honorarium tambahan. Demikian juga halnya dengan Guru Pamong dan tenaga penunjang lainnya ditempuh dengan cara mengoptimalkan tenaga yang tersedia di masyarakat. Melalui prinsip yang demikian ini, maka biaya pengelolaan SMU Terbuka dapat diminimalisasi.
Sarana/prasarana yang dibutuhkan untuk penyelenggaraan kegiatan pembelajaran di SMU Terbuka juga tidak diadakan atau dibangun tersendiri tetapi cukup dengan meng-optimalkan pendayagunaan berbagai sarana/prasarana yang tersedia di masyarakat, seperti: gedung SD atau SMP, Balai Desa, atau bangunan lainnya yang tidak digunakan pada sore hari. Sedangkan sarana/pasarana yang berupa gedung SMU yang ditunjuk sebagai Sekolah Induk SMU Terbuka dan berbagai fasilitas yang dimilikinya dapat dioptimalkan juga pemanfataannya oleh para peserta didik SMU Terbuka minimal sewaktu mengikuti kegiatan tutorial tatap muka.
Kesimpulan
Dengan model/sistem pendidikan SMU Terbuka yang inovatif dan fleksibel yang telah memungkinkan para lulusan SMP/MTs sederajat yang kurang beruntung untuk dapat belajar di SMU reguler (karena berbagai kendala/keterbatasannya) dan peserta didik putus sekolah pada pendidikan Sekolah Menengah untuk melanjutkan pendidikannya ke SMU Terbuka. Peserta didik SMU Terbuka tidak diharuskan untuk datang ke SMU reguler yang menjadi Sekolah Induk SMU Terbuka setiap hari tetapi cukup hanya sekali seminggu. Sedangkan kegiatan belajar sehari-harinya dilaksanakan peserta didik secara mandiri di TKB setelah mereka selesai bekerja membantu orangtua mencari nafkah. Yang dapat digunakan sebagai TKB adalah gedung SD, gedung SMP, atau gedung lainnya yang tidak dipakai pada sore hari dan lokasinya relatif terjangkau oleh semua peserta didik yang berada dalam satu rombongan belajar.
Referensi
Dewi Padmo dkk (editor).Teknologi Pembelajaran, Peningkatan Kualitas Pembelajaran melalui Teknologi Pembelajaran, Ciputat: Pusat Teknologi Komunikasi dan Informasi Pendidikan.
http://pakdirman.blogspot.com/2008/03
http://suaraedukasi.depdiknas.go.id/
hhtp//:tve.depdiknas.go.id

teknologi pendidikan di pendidikan tinggi

TEKNOLOGI PENDIDIKAN DI PENDIDIKAN TINGGI









Nama Kelompok:
1. Rizky Ariyanti(1215106061)
2. Melinawati(1215106072)
3. Suci Utari ( 1215106089)
4. Fany Wulan Nengrum (1215106064)
5. Fathia Fairuza Hanum (1215106078)


KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia-Nya kami dapat menyelesaikan sebuah makalah yang sederhana ini yang mengenai Teknologi Pendidikan di Pendidikan Tinggi. Kami juga mengucapkan Terima kasih banyak kepada Prof.Dr Yusufhadi Miarso, M.Sc.Ed atas kesabarannya dalam menuntun kami dalam perkuliahan serta waktu yang telah diberikan dan bantuannya dalam penyusunan makalah ini .Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini, masih memiliki kesalahan, dan kekurangan-kekurangan, oleh karena itu kami memerlukan kritik yang membangun dan saran yang dapat kami jadikan perbaikan di masa-masa mendatang. Demikianlah yang dapat saya sampaikan, semoga makalah yang sederhana ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Amien..


JAKARTA, 17 DESEMBER 2010



TIM PENYUSUN



Teknologi pendidikan di pendidikan tinggi
Pengertian Pendidikan Tinggi
Pendidikan Tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang menekankan pada pengembangan kemampuan akademik dan keterampilan profesional sebagai bekal untuk memasuki dunia kerja.
Perguruan tinggi adalah jenjang pendidikan terakhir setelah TK, SD, SMP, SMA. hingga saat ini terdiri dari gelar diploma (setau saya D1 sampai D3), S1 (sarjana), S2 (master), S3 (doktor). sebenarnya jenjang ini tidak wajib, karena lulus SMA/ SMU/ STM/ SMK berarti kita sudah cukup mendapat bekal ilmu untuk bertahan hidup & berkarya di masyarakat. kuliah hanya menambah pengetahuan & keterampilan kita dalam bekerja nanti.
MODEL DALAM PEMBELAJARAN AKTIF
A. Pembelajaran aktif di Perguruan Tinggi
Pembelajaran aktif ( aktive learning) meliputi semua model, strategi, pendekatan atau metode yang digunakan dalam pembelajaran untuk melibatkan ( engaging ) Peserta Didik.
Apa itu pembelajaran aktif ? Bonwell dan ELson (1991) mengungkapkan definisi pembelajaran aktif sebagai berikut:
“Though the term ‘active learning’ has never been precisely defined in educational literature, some general characteristics are commonly associated with the use of strategies promoting active learning in the classroom.”

Students are involved in more than listening.
Less emphasis is placed on transmitting information and more on developing student’s kills.
Students are engaged in activities (e.g., reading, discussing, and writing).
Greater emphasis is placed on student’s exploration of their own attitudes and values.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa, Pembelajaran Aktif adalah Pembelajaran yang melibatkan Peerta Didik untuk melakukan sesuatu dan befikir mengenal apa yang dikerjakannya. Dengan Demikian, esensi Pembelajaran Aktif adalah Bagaimana carannya belajar.
Terdapat banyak cara yang digunakan untuk melibatkan peserta didik,termasuk “ experiental learning”, Pembelajaran kooperatif, metode studi-kasus,simulasi,bermain peran,tutor sebaya,kerja lapangan,belajar mandiri, tugas perpustakaan, dan computer-aided instruction ( Keyser, m.w-,2000)
Pembelajaran aktif di Perguruan Tinggi menjadi penting karena 3 hal ( handbook of the center for teaching and learning,2007)
Aktive Learning promotes Independen,critical,and creative learning
Active Learning promotes collaboration
Active Learning student investment, motivation, and performance.
Tampak dengan jelas bahwa, Pembelajaran aktif dapat mengangkat tingkat pembelajaran dari keterampilan berfikir tingkat rendah ( pengamatan, menghafal, dan mengingat informasi, pengetahuan akan gagasan umum-yakni tentang apa,dimana, dan kapan) hingga keterampilan berpikir tingkat yang lebih tinggi ( memecahkan masalah, analisis,sintesis, evaluasi –yakni tentang bagaimana dan mengapa).
B. MODEL PEMBELAJARAN
Istilah model pembelajaran berbeda dengan istilah strategi pembelajaran. Istilah model Pembelajaran memiliki makna yang lebih luas daripada suatu strategi,pendekatan , metode atau prosedur.
Apa sebenarnya model pembelajaran dan strategi pembelajaran itu ?
Model Pembelajaran (Arrends R I ) mengungkapkan bahwa model pembelajaran adalah pola interaksi antara mahasiswa , dosen dan materi pembelajaran yang mencangkup strategi , pendekatan , metode dan teknik pembelajaran.
Strategi pembelajaran adalah siasat atau kiat yang direncanakan oleh guru/dosen terkait dengan segenap persiapan pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif ( Suherman dkk) .
Pendekatan adalah cara yang ditempuh oleh guru dalam pelaksanaan pembelajaran agar ide aktif yang disajikan dapat diadaptasi untuk kemudian dipahami oleh mahasiswa.Terdapat dua jenis pendekatan dalam pembelajaran aktif,yaitu : Pendekatan Metodologis, Pendekatan Material.Pendekatan Metodologis menyangkut cara mahasiswa mengadaptasi ide aktif yang disajikan ke dalam stuktur kognitifnya yang sejalan dengan cara yang ditempuh oleh dosen dalam menyajikan bahan pelajaran tersebut. Sementara itu pendekatan material yaitu menyajikan konsep aktif lain yang telah dimiliki mahasiswa.
Apa itu Metode dan Teknik Pembelajaran ?
Metode adalah cara menyajikan materi yang bersifat umum ( Suherman.dkk.) . sedangkan Teknik Pembelajaran adalah cara unik dan jitu yang dipakai seseorang dalam menetapkan srnuah metode.misalnya: dengan menggunakan metode tanya jawab seorang dosen menggunakan teknik-teknik bertanya tertentu , bergantung dari tujuan bertanya dan jawaban yang diinginkan.
Model Pembelajaran memiliki ciri yang khas yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode tertentu , yaitu :
Rasional teoritik yang logis dan kuat yang disusun oleh pengembangnnya.
Sintaks yang berupa tingkah laku , pola atau langkah pembelajaran yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan sukses.
Sistem sosial yang berupa kaidah atau tata aturan yang dirancang dan disepakati untuk dijalankan dalam proses pembelajaran.
Prinsip reaksi yang menata bagaimana interaksi antar semua pihak yang terlibat dalam proses pembelajaran seharusnya berlangsung.
Sitem pendukung berupa perangkat pembelajaran dan perlengkapan lainnya baik untuk dosen maupun mahasiswa dan untuk proses pembelajaran yang akan dilaksanakan
Dampak instruksional berupa tujuan pembelajaran yang akan dicapai baik baik secara langsung maupun berupa dampak pengiring.
Di sini akan diuraikan tiga model pembelajaran, yaitu model pembelajaran langsung, model pembelajaran kooperatif, dan model pembelajaran berbasis masalah .






Model Pembelajaran Langsung
Model pembelajaran langsung atau model pengajaran langsung (direct instruction) bertumpu pada prinsip-prinsip psikologi prilaku dan teori belajar sosial khususnya tentang pemodelan (modeling). Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa perubahan perilaku dalam belajar sebagian besar diperoleh dari permodelan, yaitu perilaku dan pengalaman (keberhasilan dan kegagalan orang lain). Oleh karena itu, pembelajaran langsung merupakan model pengajaran yang bersifat teacher centered.

1. Tujuan Model Pembelajaran Langsung
a) Membantu mahasiswa untuk memperoleh pengetahuan prosedural, yaitu pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu. Misalnya bagaimana cara menggunakan alat dalam melakukan suatu eksperimen.
b) Membantu untuk memahami pengetahuan deklaratif, yaitu pengetahuan tentang sesuatu (dapat diungkapkan dengan kata-kata), misalnya nama-nama bagian suatu alat.
2. Sintaks Model Pembelajaran Langsung

Fase Ke- Indikator
Aktivitas Dosen
1 Menyampaikan tujuan dan menerapkan mahasiswa Dosen menjelaskan tujuan pembelajaran, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan mahasiswa untuk belajar.
2 Mendemontrasikan pengetahuan atau keterampilan Dosen mendemontrasikan keterampilan yang benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap.
3 Membimbing pelatihan Dosen merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal.
4 Mengecek pemahaman dan memberi umpan balik Dosen mengecek apakah mahasiswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik.
5 Memeberikan kesempatan untuk pelatihan dan penerapan Dosen mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan dengan pelatihan khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan masalah-masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

3. Lingkungan belajar model pembelajaran langsung
Lingkungan belajar perlu diatur dengan baik sehingga penerapan metode ceramah, ekspositori, demonstrasi, dan tanya jawab dapat terlaksana dengan baik sehingga tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan dapat tercapai.





C. MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Pembelajaran kooperatif dilakukan dengan membentuk kelompok kecil yang anggotanya heterogen untuk bekerja sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan masalah, tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama. Struktur tujuan kooperatif menciptakan suatu siutuasi bahwa tujuan pribadi dapat tercapai hanya apabila kelompok itu berhasil. Model pembelajaran ini sejalan dengan salah satu prinsip CTL, yaitu learning community.
1.Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif
a. Membantu mahasiswa utnuk mencapai hasil belajar optimal dan mengembangkan keterampilan sosial mahasiswa.
b. Mengajarkan keterampilan bekerjasama dan berkolaborasi
c. Memberdayakan mahasiswa kelompok atas sebagai tutor sebaya bagi kelompok bawah.
2.Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif
Fase Ke- Indikator Aktivitas Dosen
1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi mahasiswa Dosen menyampaikan tujuan pembelajaran (standar kompetensi) yanng ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi mahasiswa belajar.
2 Menyajikan informasi Dosen menyajikan informasi kepada mahasiwa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
3 Mengorganisikan mahasiswa ke dalam kelompok-kelompok belajar Dosen menjelaskan kepada mahasiswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan perubahan yang efisien.
4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar Dosen mebimbing kelompok-kelompok belajar padaa saat mereka mengerjakan tugas dalam hal menggunakan keterampilan kooperatif.
5 Evaluasi Dosen mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masinng-masing kelompok menyajikan hasil kerjanya.
6 Memberikan penghargaan Dosen memberikan cara-cara untik menghargai, baik upaya mmaupin hasil beljara individu dan kelompok.

3 .Lingkungan Belajar Model Pembelajaran Kooperatif
Lingkungan belajar dicirikan oleh proses demokratis dan peranan aktif mahasiswa dalam menentukan apa yang harus dipelajari dan bagaimana cara mempelajarainya.

Lingkungan belajar untuk dapat melaksanakan pembelajaran kooperatif adalah

a. Metode : metode mengajar yang dapat digunakan adalah penemuan, pemecahan masalah, atau pemberian tugas melalui pendekatan kontekstual dan open-ended.
b. Media : Buku mahasiswa, LKS
c. Peralatan/bahan : Sesuai dengan materi
d. Prasarana/sarana : kelas yang dapat digunakan untuk diskusi kelompok.

4. Sitem Manajemen Model pembelajaran Kooperatif
a. Dosen membagi mahasiwa dalam kelompok kecil 4-5 orang/kelompok
b. Dosen menjelaskan prosedur, kerja kelompok
c. Dosen membimbing kelompok jika diperlukan dan memonitorsemua kegiatan mahasiswa
d. Materi pembelajaran seperti buku mahasiswa dan LK harus tersedia di kelas
e. Dosen meberikan kuis pada setiap akhir pokok bahasan secara individual
f. Dosen meberikan pengahargaan pada kelompok yang berhasil.

5. Variasi atau Tipe Pembelajaran Langsung
Dalam pembelajaran kooperatif dikenal adanya beberapa macam tipe, di antaranya Student Team Achievement Division (STAD), Jigsaw, Investigasi kelompok (IK), Pendekatan Struktural (PS). Pada bacaan ini, keempat macam tipe pembelajaran kooperatif tersebut, akan diuraikan secara singkat teknis pelaksanaanya di dalam kelas.
a. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Pembelajaran kooperatif STAD dikembangkan oleh Robert Slavin, dan merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Sehingga tipe ini dapat digunakan oleh guru yang baru mulai menggunakan model pembelajaran kooperatif. Di Amerika Serikat pembelajaran nkooperatif ini telah umum digunakan mulai dari Pelajaran Matematika hingga Pelajaran Seni dan Bahasa. STAD terdiri dari sintaks kegiatan pengajaran sebagai berikut:
1) Mengajar, Mempresentasikan pelajaran
2) Belajar dalam tim, Mahasiswa bekerja dalam tim mereka dengan dipandu oleh lembar kegiatan mahasiswa untuk menuntaskan materi pelajaran.
3) Tes: Mahasiswa mengerjakan kuis atau tugas individual lain (misalnya tes essai atau kinerja)
4) Penghargaan tim: skor tim dihitung berdasarkan skor peningkatan anggota tim, dan sertifikat, laporan berkala kelas, atau papan pengumuman digunakan untuk member penghargaan kepada tim yang berhasil mencetak skor tertinggi.
b. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
Pembelajaran tipe jigsaw pada dasarnyasintaks atau langkah-langkah pembelajarannya sesuai dengan tipe STAD. Tipe jigsaw ini dikembangkan oleh Elliot aronson dan diadaptasi oleh slavin. Pada tipe ini materi pembelajaran diberikan kepada mahasiswa dalam bentuk teks. Setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari bagian-bagian tertentu dari teks tersebut. Sebagai contoh, jika materi yang diajarkan itu adalah “system persamaan linear (SPL) dua variable”, seorang mahasiswa khusus mempelajari pengertian SPL, penyelesaian dengan metode eliminasi dan subtitusi, penyelesaian dengan metode cramer dan seterusnya. Anggota dari kelompok lain yang mendapat tugas topic yang sam berkumpul dan berdiskusi tentang topic tersebut. Kelompok ini disebut dengan kelompok ahli. Dengan demikian terdapat kelompok ahli pengertian SPL , ahli menyelesaikan SPL dengan metode eliminasi dan subtitusi, ahli menyelesaikan SPL dengan metode cramer, dan seterusnya. Selanjutnya anggota tim ahli ini kembali ke kelompok asal dan mengerjakan apa yang telah dipelajarinya dan didiskusikan di didalam kelompok ahlinya untuk diajarkan kepada teman kelompok ahli dapat dilihat pada gambar berikut.











c.PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK
Investigasi kelompok (IK) merupakan model pembelajaran kooperatif yang lebih kompleks dari tipe kooperatif sebelumnya, dan agak sulit diterapkan. Model ini pertama Kali dikembangkan oleh thalen dan diperluas oleh sharan. Tipe ini memerlukan dosen untuk mengerjakan keterampilan komunikasi dan proses kelompok yang baik.
Dalam penerapan IK, mahasiswa memilih topic untuk diselidiki, melakukan penyelidikan yang mendalam atas topic yang dipilih itu. Selanjutnya menyiapkan laporan dan mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas.
Ada enam langkah IK seperti berikut :
1. Pemilihan topic : mahasiswa memilih subtopic khusus dalam suatu masalah umum yang biasanya ditetapkan oleh dosen.
2. Perencanaan kooperatif : mahasiswa dan dosen merencanakan procedure pembelajaran, dan tujuan khusus yang konsisten dengan subtopic yang telah dipilih.
3. Implementasi : mahasiswa menerapkan rencana yang telah mereka tetapkan pada tahap kedua. Dosen secara ketat mengikuti kemajuan tiap kelompok dan menawarkan bantuan jika diperluakn.
4. Analisis dan sintesis : mahasiswa menganalisi dan mengevaluasi informasi yang diperoleh pada tahap ketiga dan merencanakan bagaimana informasi tersebut diringkas dan menyiapkan presentasi di depan kelas.
5. Presentasi hasil final : beberapa tau semua kelompok menyajikan hasil penyelidikannya, denga tujuan agar semua mahasiswa mengetahui topic. Presentasi ini dikoordinasikan oleh dosen.
6. Evaluasi : dalam hal kelompok-kelompok menangani aspek yang berbeda dari topic yang sama, mahasiswa dan dosen mengevaluasi tiap kontribusi kelompok terhadap kerja kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat berupa individual aatu kelompok.
d. Pembelajaran kooperatif tipe pendekatan structural (PS)
Tipe PS dikembangkan oleh spencer keagen, dkk. Pendekatan ini member penekanan pada penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi mahasiswa. Terdapat 2 macam struktur PS, yaitu :
1. Struktur think-pair share (TPS)
Struktur TPS memiliki langkah-langkah yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi mahasiswa waktu lebih banyakuntuk berfikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain. Adpun langkah-langkah yang dimaksud adalah sebagai berikut :
Langkah 1 : thinking (berfikir) : Dosen mengajukan suatu pertanyaan aatu isu yang berhubungan dengan pelajaran, kemudian meminta mahasiswa untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri untuk beberapa saat.
Langkah 2 : pairing (berpasangan) : dosen meminta siswa berpasanagn dengan mahasiswa lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap berfikir. Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat berbagio jawaban jika telah diajukan suatu pertanyaan atau berbagi ide jika persoalan khusus telah diidentifikasi. Biasanya dosen member waktu 4-5 menit untuk berpasangan.
Langkah 3 : sharing (berbagi) : pada langkah akhir, dosen meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan. Ini efektif dilakukan dengan cara bergiliran pasangan demi pasangan, sampai sekitar seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk melapor.
Tabel perbandingan 4 tipe dalam pembelajaran kooperatif
ASPEK STAD JIGSAW IK PS
Tujuan
Kognitif Informasi
Akademik
Sederhana Informasi akademik sderhana
Informasi akademik tingkat tinggi dan keterampilan inkuiri Informasi akademik sederhana
Tujuan
Social Kerja kelompok dan kerjasama Kerja kelompok dan kerjasama Kerjasama dalam kelompok kompleks Keterampilan kelompok dan keterampilan social
Struktur
Tim Kelompok belejar heterogen dengan 4-5 orang anggota
Kelompok belajar heterogen dengan 5-6 orang dan menggunakan pola kelompok “asal” dan kelompok “ahli” Kelompok belajar denag 5-6 orang heterogen Bervariasi
Berdua,bertiga, kelompok dengan 4-6 orang anggota heterogen
Pemilihan
Topic pelajaran Biasanya dosen
Biasanya dosen Biasanya dosen Biasanya dosen
Tugas
utama Mahasiswa dapat menggunakan LKS dan saling Mahasiswa mempelajari materi dalam kelompok “ahli” kemudian membantu anggota Mahasiswa menyelesaikan inkuiri kompleks Mahasiswa mengrjakan tugas-tugas keterampilan social dan

Membantu untuk menuntaskan materi belajarnya Kelompok “asal” mempelajari materi itu Kognitif
Penilaian Tes mingguan, atau kuis setiap akhir pertemuan Bervariasi dapat berupa tes mingguan Menyelesaikan proyek & menulis laporan, menggunakan tes essai Bervariasi
Pengakuan Lembar pengakuan dan publikasi lain Publikasi lain Lembar pengakuan dan publikasi lain Bervariasi

2) Struktur numbere-head-together (NHT)
Struktur NHT biasanya juga disebut berfikir secara berkelompok adalah suatu pendekatan yang dikembangan oleh pancher kagen. NHT digunakan untuk melibatkan lebih banyak maasiswadalam menelaah materi cakapa dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahanman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. sebagaia gantinya mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas. Langkah-langkah pembelajaran adalah sebagia berikut :
Langkah 1 : penomoran : dosen membagi mahasiswa kedalam kelompok beranggotakan 3-5 orang dan setiap anggota kelompok dibberi nomor 1-5.
Langkah 2 :mengajukan pertanyaan : dosen mengajuakn sebuah pertanyaan kepada mahsiswa. Pertanyaan dapat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya atau bentuk arahan .
Langkah 3 : Berpikir bersama : Mahasiswa menyatukan pendapatnya terhadapjawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawabannya.
Langkah 4 : Menjawab : Dosen memanggil Mahasiswa dengan nomor tertentu kemudian mahasiswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk selueuh kelas.
6. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif
a.Unsur-Unsur dasar dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka “sehidup sepenanggungan”.
b.Setiap Mahasiswa memiliki tanggung jawab terhadap mahasiaw lainnya dalam kelompoknya,disamping tanggung jawab terhadap diri mereka sendiri dalam mempelajari materin yang dihadapi.
c. Mahasiswa haruslah berpandangan bahwa semua anggota di dalam kelompoknnya memiliki tujuan yang sama.
d. Mahasiswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompok .
e. Mahasiswa akan diberikan evaluasi atau penghargaan yang akan berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok.
f. mahasiswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk proses belajar bersama selama proses belajarnya.
g. mahasiswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara idividual materi yang ditangani didalam kelompoknya.
Berdasarkan uraian diatas, dapat dikemukakan bahwa ciri – ciri atau karakteristik dari pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut
a. Kelompok yang dibentuk dari mahasiswa yang memiliki kemampuan yang tinggi, sedang, rendah
b. Jika memungkinkan, setiap anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda.
c. Mahasiswa belajar dalam kelompok secara koperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
d. Penghargaan lebih berorientasi kelompok daripada individual.
7. Sistem Penilaian dan Evaluasi Model Pembelajaran Kooperatif
Model Pembelajaran kooperatif mengubah sistem ganjaran kepada mahasiswa. Akibatnya, Pembelajaran kooperatif membutuhkan pendekatan evaluasi dan penilaian prestasi atau pencapaian dalam pembelajaran yang berbeda. penilaian dalam pembelajaran kooperatif dirancang sebagai penilaian otentik yang tidak hanya menilai dan mengevaluasi prestasi akademik , tetapi menilai kerjasama , keterampilan-keterampilan kooperatif, dan lain-lain. Penilaian ini mutlak membutuhkan rubrik yang lengkap dengan rincian setiap indikator yang memungkinkan terlaksananya penilaian dengan derajat objektifitas seoptimal mungkin.

8.Perbandingan antara Pembelajaran Konvesional dengan Pembelajaran kooperatif
Berikut ini ditampilkan tabel dengan perbandingan antara pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran tradisional.
PEMBELAJARAN KOOPERATIF PEMBELAJARAN KONVENSIONAL
 Kepemimpinan Bersama
 Saling ketergantungan yang positif
 Keanggotaan yang Heterogen
 Mempelajari Keterampilan yang kooperatif
 Tanggung jawab terhadap hasil belajar seluruh anggota kelompok
 Menekankan pada tugas dan Hubungan Kooperatif
 Ditunjang oleh Dosen
 Satu hasil kelompok
 Evaluasi Kelompok  Satu Pemimpin
 Tidak ada saling ketergantungan
 Keanggotaan Homogen
 Asumsi adanya keterampilan sosial
 Tanggung jawab terhadap hasil Belajar sendiri
 Hanya menekankan pada tugas
 Diarahkan oleh dosen
 Beberapa hasil individual
 Evaluasi individual


9.Keterampilan dalam Pembelajaran Kooperatif
Beberapa Keterampilan yang seharusnya dibina untuk atau dimiliki oleh siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran kooperatif antara lain :
Untuk tingkat awal :
• Menggunakan Kesepakatan
• Menghargai kontribusi
• Menggunakan suara pelan
• Mengambil giliran dan berbagai tugas
• Berada dalam kelompok
• Berada dalam tugas
• Mendorong partisipasi
• Mengundang orang lain berbicara
• Menyelesaikan tugas tepat waktu
• Menyebutkan nama dan memandang pembicaraan
• Mengatasi gangguan
• Menolong tanpa memberi jawaban
• Menghormati perbedaan individu
Untuk tingkat menengah :
• Menunjukkan penghargaan dan simpati.
• Menggunakan pesan “saya”.
• Mengungkapkan tidak setuju dengan cara yang dapat diterima.
• Mendengarkan dengan aktif.
• Bertanya.
• Membuat ringkasan.
• Menafsirkan.
• Mengatur dan mengorganisir.
• Memeriksa ketepatan.
• Menerima tanggung jawab.
• Menggunakan kesabaran.
• Tetap tenang.
Untuk tingkat mahir :
• Mengelaborasi.
• Memeriksa secara cermat.
• Menanyakan kebenaran.
• Menganjurkan posisi.
• Menetapkan tujuan.
• Berkompromi.
• Menghadapi masalah-masalah khusus
D. Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Model pembelajaran berbasis masalah dapat menayajikan masalah autentik dan bermakna sehingga mahasiswa dapat melakukan penyelidikan dan menemukan sendiri. Peranan dosen dalam model ini adalah mengajukan masalah, memfasilitasi penyelidikan dan interaksi mahasiswa. Model pembelajaran ini berlandaskan psikologi kognitif dan pandangan konstruktif mengenai belajar. Model ini juga sesuai prinsip-prinsip CTL, yakni inquiri, konstruktivisme dan menekankan pada berfikir tingkat lebih tinggi.
1. Tujuan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
a. Membantu mahasiswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir, memcahkan masalah dan keterampilan intelektual.
b. Melibatkan mahasiswa secara aktif dalam proses pembelajaran melalui pengalaman nyata atau simulasi sehingga ia dapat mandiri.
2. Sintaksis Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Fase Ke Indikator
Aktivitas Dosen
1 Orientasi mahasiswa kepada masalah Dosen menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistic yang dibutuhkan, memotivasi amahasiswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang diplihnya.
2 Mengorganisasikan mahasiswa untuk belajar Dosen membantu mahasiswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
3 Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok Dosen mendorong mahasiswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, malaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Dosen membantu mahasiswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, model dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Dosen mebantu mahasiswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

3. Lingkungan Belajara Model Pembelajaran Berbasis Masalah
a. Lingkungan belajar dicirikan oleh proses demokrasi, keterbukaan, dan peranan mahasiswa yang aktif.
b. Lingkungan berorientasi pada pengajuan dan pemecahan masalah, baik dari dosen terlebih mahasiswa. Dengan lingkungan sebagai :
1) Metode : Disesuaikan pokok bahasan
2) Media : Informasi tertulis, media, benda manipulatif, pendekatan, teori belajar atau pemecahan masalahitu sendiri.
3) Peralatan/bahan : Disesuaikan dengan mata pelajaran dan pokok bahasan.
4) Sarana/prasarana : Disesuaikan dengan mata pelajaran dan pokok bahasan.
4. Sistem Manajeman Model Pembelajaran berbasis Masalah
a. Dosen menagarahkan mahasiswa untuk mengajukan masalah yang mantang (sesuai dengan mata pelajaran masing-masing).
b. Mahasiswa mengajukan pertanyaan atau soal terhadap masalah yang telah dipilih oleh dosen dan mahasiswa untuk dipecahkan.
c. Mahasiswa dan dosen menelaah pertanyaan atau soal yang diajukan oleh mahasiswa dalam hal jenis, tingkat keterselesaian dan kandungan informasi pertanyaan tersebut.
d. Keseluruhan proses diarahkan untuk membantu mahasiswa agar dapat mandiri dan percaya diri dalam malakukan kegiatan pemecahan masalah.
e. Metode mengajar yang dapat digunakan adalah penemuan, inquiri, penagjuan dan pemecahan masalah, atau pemberian tugas melalui pendekatan kontekstual dan open ended.
STRATEGI PEMBELAJARAN

BERBASIS TIK
Modul 2






PELATIHAN PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN
KONTEN JARDIKNAS
Tingkat Nasional Tahun 2010










STRATEGI PEMBELAJARAN
BERBASIS TIK









Oleh:
Asep Zaenal Rahmat













Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan
Kementerian Pendidikan Nasional
2010
DAFTAR ISI


PENDAHULUAN

KEGIATAN BELAJAR 1: PEMBELAJARAN YANG IDEAL

- Model Pembelajaran Berbasis TIK:

- Kondisi Prasyarat


KEGIATAN BELAJAR 2

PENUTUP

REFERENSI








































PENDAHULUAN

Modul 5 akan mengajak peserta pelatihan untuk memahami Strategi Pembelajaran Berbasis TIK. Setelah mengikuti pelatihan dengan menggunakan modul 5, diharapkan peserta pelatihan akan memahami tentang perbandingan model pembelajaran konvensional dan pembelajaran berbasis TIK, model pembelajaran berbasis TIK, langkah-langkah pengembangan pembelajaran berbasis TIK, serta kondisi prasarat untuk mengambangkan pembelajaran berbasis TIK.

Modul ini dirancang untuk disajikan dalam waktu 2 x 45 menit. Pada saat pelatihan, diupayakan semua peserta terlibat dalam membahas dan mendalami modul ini. Diskusi yang diselenggarakan bisa melalui eksplorasi pengalaman peserta, memberikan masukan, dan/atau menyajikan pengetahuan/teori/paktek dari berbagai sumber yang telah dimiliki peserta. Tutor lebih banyak bertindak sebagai fasilitator. Hargai setiap pendapat yang disampaikan peserta. Setiap sub topik yang dibahas, disimpulkan sehingga menjadi kesepakatan bersama.




KEGIATAN BELAJAR 1

PEMBELAJARAN YANG IDEAL

Berikut ini adalah beberapa kasus yang diangkat dari temuan di lapangan dalam proses pembelajaran di dalam kelas .

Kasus 1:
Seorang guru merenung. Dia merasa bahwa sudah segala daya, upaya, dan tenaga dikerahkan, tetapi siswanya masih belum nampak terlibat dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Guru sudah berapi-api mengajar, suara sudah sekeras mungkin dikeluarkan, tulisan di papan tulis pun selain sudah jelas juga besar. Dia merasa bahwa perjuangan tersebut sia-sia, karena beberapa siswa matanya lebih banyak melihat ke luar jendela kelas, siswa lain sibuk mengobrol dengan teman sebangkunya, yang lainnya nampak berulang-ulang melihat jam seperti ingin mempercepat berjalannya waktu. Secara umum, pembelajaran yang diselenggarakan guru tidak menarik bagi siswa.

Kasus 2:
Seorang siswa menyanggah teori yang baru saja disampaikan gurunya dalam pembelajaran dalam kelas. Guru dan siswa saling beradu argumentasi, kedua-duanya saling mempertahankan pemahaman yang mereka miliki. Masing-masing tidak dapat menjelaskan kebenaran dalam kekiniannya. Sampai dengan berakhirnya pembelajaran, tidak ada kesepakatan yang dapat diambil.

Kasus 3:
Sesaat akan dimulainya pembelajaran, siswa menampilkan mimik ketidaksabaran untuk segera mengikuti proses pembelajaran. Siswa menampilkan kesan seolah-olah menanti sebuah pertunjukkan spektakuler dari seseorang yang diidolakan. Kelas terasa hangat. Begitu pembelajaran dimulai, Guru tampil dengan senyum yang segar, mulai membuka pertunjukkan. Pada bagian pembukaan pembelajaran, Guru menyajikan stimulus yang dikemas sedimikian rupa sehingga memunculkan rangsangan response luar biasa pada diri siswa. Siswa aktif dan kreatif dalam mencari pengetahuan yang hanya diarahkan guru. Siswa seolah-olah yang memegang kendali pembelajaran. Siswa merasa bahwa dia sangat butuh dan ingin menuntaskan kepenasaran dari stimulus yang diberikan guru. Akibatnya, guru tidak perlu bersusah payah menghabiskan tenaga. Guru hanya mengarahkan, melayani pertanyaan, serta menjadi pemberi kemudahan bagi siswa (fasilitator). Pada saat terdengar bel tanda berakhirnya pembelajaran, terdengar suara siswa yang menyayangkan waktu terlalu cepat berlalu. Terasa aroma pembelajaran yang bermakna, dialogis, dinamis, serta bermuara pada pembelajaran yang menyenangkan.
Diskusikan antar peserta :
1. Apa pandangan peserta terhadap setiap kasus tersebut?
2. Manakah diantara kasus tersebut yang pernah dialami?
3. Kasus manakah yang paling ideal terjadi dalam pembelajaran?
4. Bagaimanakah upaya agar pembelajaran ideal tersebut dapat terjadi?

Diharapkan peserta tidak setuju dengan kasus 1 dan kasus 2, dengan pembelajaran yang satu arah, guru mendominasi pembelajaran, guru sebagai pusat pembelajaran, guru sebagai satu-satunya sumber ilmu, tidak ada media pedukung (hanya teori), siswa pasif, siswa bosan, pembelajaran tidak menyenangkan, pembelajaran tidak bermakna, hasil pembelajaran tidak membanggakan.

Diharapkan peserta setuju dan mengidam-idamkan kasus 3. Pembelajaran yang ideal. Guru tidak lagi mendominasi pembelajaran, siswa sebagai subjek pembelajaran, guru kreatif dan inovatif dalam merencanakan pembelajaran, pembeajaran berorientasi kepada kehidupan nyata tidak hanya kepada buku.

Jika dilihat dari perkembangan media yang digunakan dalam pembelajaran di dalam kelas, dapat diurutkan bahwa pembelajaran formal dimulai dari masa blackboard, whiteboard, keyboard, dan akhir-akhir ini telah banyak yang mengembangkan virtualboard. Hal ini dapat dilihat dalam cuplikan film (salah satu) yang dapat diunduh dari YouTube dengan judul MIT Sketching.

Dalam film tersebut Nampak seorang guru dapat mengajar dengan dinamika dan media yang mengarah kepada realistis. Guru menggambarkan objek dipapan tulis (whiteboard) tetapi objek yang digambarkan guru dapat dikendalikan (dihidupkan). Akibatnya, siswa tidak hanya mendapatkan cerita belaka tetapi dapat melihat secara nyata.

Cerita tentang perubahan media pembelajaran dari blackboard hingga virtualboard, dapat dipertegas dengan menampilkan video dari sebuah produsen handphone yang bercerita tentang dunia komunikasi digital yang semakin canggih. Seorang Ibu Guru menjelaskan materi di Jepang dengan menggunakan virtualboard, seorang siswi berkomunikasi dengan Ibunya menggunakan fasilitas ViCon dengan HandPhone.

Agar peserta lebih menyadari bahwa jika belum mulai menggunakan media sebagai alat bantu pembelajaran (sementara di dunia luar telah terjadi perkembangan digital yang semakin canggih), dapat pula disajikan film dari Microsoft tentang Surfacing Computer. Sebuah media computer yang tidak lagi menggunakan keyboard dan layar monitor, melainkan sebuah meja menjadi screentouch sekaligus monitor.

Pembelajaran tidak hanya diselenggarakan di dalam ruang kelas dan pada jam belajar formal. Tidak sedikit pula guru yang telah menyelenggarakan pembelajaran yang tidak hanya dibatasi ruang dan waktu (Modul 1). Sebelum atau setelah pembelajaran di dalam kelas diselenggarakan, guru telah/akan menugaskan kepada siswa untuk mencari berbagai sumber ilmu dengan berbagai cara/media sesuai dengan perkembangan teknologi digital.

Diskusikan antar peserta :
1. Seberapa pentingkah media pembelajaran dibutuhkan dalam menunjang pembelajaran?
2. Media seperti apakah yang paling ideal digunakan dalam pembelajaran?
3. Media apa yang dibutuhkan agar pembelajaran yang dilakukan siswa dapat berlangsung tanpa dibatasi ruang dan waktu?
4. Sesering apakah peserta menggunakan media pembelajaran berbasis TIK?
5. Pernahkan peserta menyelenggarakan pembelajaran tanpa dibatasi ruang dan waktu? Seperti apa yang sudah dilakukan peserta dalam menyelenggarakan pembelajaran yang tidak hanya diselenggarakan di dalam kelas saja?



Paltimer (1991) membandingkan pembelajaran kalkulus yang menggunakan computer dengan pembelajaran konvensional menujukkan bahwa hasil pembelajaran berbasis komputer lebih baik daripada pembelajaran konvensional. Tetapi, tidak setiap pembelajaran harus diselenggarakan melalui pembelajaran berbasis TIK. Beberapa kegiatan pembelajaran masih harus diselenggarakan dengan pembelajaran konvensional.

Diskusikan perbandingan kekuatan (strength) antara pembelajaran konvensional dengan pembelajaran berbasis TIK:

Pembelajaran konvensional Pembelajaran berbasis TIK
- Murah - Bisa menvisualisasikan peristiwa yang
berbahaya, sulit di praktekkan
- Mudah dilaksanakan - Fleksibel (tdk terbatas ruang dan waktu)
- Interaksi antara guru dan siswa lebih cepat










Diskusikan perbandingan kelemahan (weaknesses) antara pembelajaran konvensional dengan pembelajaran berbasis TIK:

Pembelajaran konvensional Pembelajaran berbasis TIK
Kurang bisa mengakomodasi kecepatan belajar siswa Mahal dalam penyiapan infra struktur
Koneksititas jaringan









Peserta menuliskan di kertas karton yang sudah ditempel dan memuat table tersebut. Peserta berdiskusi, mana yang disetujui sebagai hal benar tentang kekuatan dan kelemahan perbedaan antara pembelajaran konvensional dengan pembelajaran berbasis TIK. Jika ada isian yang sama pengertiannya, dirangkumkan menjadi satu pernyataan.


Model Pembelajaran Berbasis TIK:
Teori belajar behaviorisme berpandangan bahwa proses pembelajaran terjadi sebagai hasil pengajaran yang disampaikan guru melalui atau dengan bantuan media (alat). Sedangkan teori belajar konstruktivisme berpandangan bahwa media digunakan sebagai sesuatu yang memberikan kemungkinan siswa secara aktif mengkonstruksi pengetahuan. Kozma (1991) menyatakan bahwa media dapat dibedakan dari teknologi (mekanik, elektronik, bentk fisik), sistem simbolik (karakter alpha-numerik, objek, gambar, suara) serta sarana yang digunakan (radio, video, komputer, buku).


Peserta dibagi kertas yang berisi pertanyaan-perntanyaan di bawah ini. Peserta memberikan respon pada kertas yang dibagikan. Setelah selesai, peserta dapat membacakan respon masing-masing. Setelah selesai, seluruh peserta diajak untuk menarik kesimpulan atas pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Diskusikan antar peserta:
1. Apa pengertian BELAJAR yang Anda ketahui?
2. Teori belajar apa yang pernah Anda ketahui dan pahami?
3. Sebutkan gaya belajar yang Anda ketahui.
4. Adakah hububungan antara kebutuhan media pembelajaran dengan proses pembelajaran dalam meningkatkan mutu hasil belajar?
5. Jika Anda mempunyai kemampuan dalam mengembangkan media pembelajaran berbasis komputer, aspek apa saja yang harus menjadi bahan pertimbangan (persyaratan) dalam pengembangan media pembelajaran yang baik?
6. Jelaskan model pembelajaran berbasis TIK yang Anda ketahui?
7. Pada saat Anda akan mengembangkan media pembelajaran, bagaimanakah urutan proses yang Anda tempuh dalam mengembangkan media pembelajaran hingga siap digunakan?


Kondisi Prasyarat
Banyak siswa merasa mudah memproses informasi yang berbentuk visual, sementara siswa lainnya merasa mudah bila ada suara, tetapi ada pula sebagian siswa yang merasa mudah apabila sumber informasi disajikan dalam bentuk teks (Anderson, 1981).

Pada dasarnya, pembelajaran diselenggarakan dengan harapan agar siswa mampu menangkap/menerima, memproses, menyimpan, serta mengeluarkan informasi yang telah diolahnya. Gardner (1983) mengemukakan bahwa kemampuan memproses informasi itu dalam bentuk tujuh kecerdasan, yaitu (1) logis-matematis, (2) spasial, (3) linguistik, (4) kinestetik-keperagaan, (5) musik, (6) interpersonal, dan (7) intrapersonal. Media yang dapat mengakomodir persyaratan-persyaratan tersebut adalah komputer. Komputer mampu menyajikan informasi yang dapat berbentuk video, audio, teks, grafik dan animasi (simulasi).

Disisi lain, guru memerlukan kemampuan khusus dalam menyelenggarakan pembelajaran berbasis TIK. Selain kemampuan, perlu pula disiapkan perangkat pendukung kegiatan pembelajaran berbasis TIK.

Diskusikan antar peserta :
Dipandang dari berbagai sisi, prasyarat apa saja yang diperlukan untuk penyelenggaraan pembelajaran berbasis TIK?

Diharapkan akan diperoleh kesepakatan tentang :
1. SDM (guru)
2. Perangkat (hardware/software/Silabus/RPP)
3. Kebijakan yang mendukung terselenggaranya kegiatan pembelajaran berbasis TIK















KEGIATAN BELAJAR 2

1. Eksplorasi pengalaman peserta yang telah menyelenggarakan pembelajaran berbasis TIK
2. Diskusi identifikasi berbagai strategi pembelajaran berbasis TIK
3. Pemodelan strategi pembelajaran berbasis TIK
4. Merancang strategi pembelajaran berbasis TIK

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan strategi Pembelajaran berbasis TIK
1. SDM
2. Infrastruktur
3. Kebijakan

Strategi pembelajaran meliputi :
• Tahap Persiapan ( Analisis kurikulum, Analisis kebutuhan, Desain )
• Tahap Pembelajaran ( Klasikal, Kelompok. Individual)
• Tahap Evaluasi

Diharapkan tersusun beberapa strategi pembelajaran berbasis TIK yang disesuaikan dengan kondisi sekolah


PENUTUP

Komputer sebagai sarana interaktif dapat digunakan sebagai alternative bentuk pembelajaran terprogram (Programmed Instruction) yang dilandasi hukum akibat (Law of Effect). Dalam hukum akibat, asumsi yang diyakini adalah tingkah laku yang didasari rasa senang akan merangsang untuk dilakukan serta dikerjakan secara berulang-ulang (S-R).

Sangat banyak pakar pendidikan yang melakukan penelitian dan berkesimpulan ke arah positifnya pemanfaatan komputer sebagai media bantu pembelajaran. Arnold (1992) menyatakan para guru masih dihadapkan pada suatu ironi bahwa meskipun komputer merupakan media sangat potensial pada proses pembelajaran, akan tetapi masih sedikit yang mau dan mampu menggunakannya. Ketidakmauan dan/atau ketidakmapuan tersebut disebabkan berbagai factor, baik internal (diri guru sendiri) maupun factor eksternal (fasilitas dan kebijakan).

Poin penting yang diharapkan muncul dalam kesimpulan yang ditarik oleh para peserta dan fasilitator adalah :
1. Pembelajaran berbasis TIK sudah saatnya mulai dikembangkan dan digunakan dalam proses pembelajaran.
2. Model pembelajaran yang mendukung kepada pelaksanaan pembelajaran berbasis TIK.
3. Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam persiapan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi pembelajaran berbasis TIK.
4. Kondisi prasayarat yang harus tersedia agar proses pembelajaran berbasis TIK dapat berjalan.

REFERENSI

1. Rencana Stratetgis Departemen Pendidikan Nasional 2005-2009
2. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, Pedoman Penyusunan Bahan Ajar, Jakarta, 2006
3. Gardner, H. (1983), Frames of mind – The theory of multiple intelegences, New York: Basic Books Inc.
4. Kozma, R.B. (1991), Learning with Media, Review of educational Research.
5. Paltimer, J.R., (1991), Effect of computer algebra systems on concept and skill acquisition Calculus, Journal for Research in Mathematics Educations.
6. Puget Sound Center, Peer Coaching Program Master Trainer Training, pc.innovativeteachers.com
http://djj.pusdiklatteknis.depag.go.id

UN tahun depan sitiadakan

Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) menggelar rapat kerja (Raker) dengan Komisi X DPR RI, dengan agenda "Formulasi dan Pelaksanaan UN 2011". "Semangat perbaikan UN 2010/2011 adalah untuk lebih menghargai proses belajar mengajar yang dilalui siswa," kata Menteri Pendidikan Nasional Mohamad Nuh dalam rapat.

Mendiknas menjelaskan, formula baru yang akan dilaksanakan adalah menggabungkan nilai UN dengan nilai sekolah (NS). Nilai sekolah adalah gabungan nilai ujian sekolah ditambah nilai rapor semester 1 - 4. Selain itu, nilai gabungan antara nilai sekolah dengan UN ditetapkan minimal 5,5. Nilai sekolah dan UN mempunyai bobot masing-masing yang akan ditentukan oleh pemerintah. Bobotnya akan ditentukan, namun bobot nilai sekolah akan lebih kecil dari bobot UN.
 
Dengan adanya formula baru ini, Mendiknas mengatakan bahwa UN ulangan akan ditiadakan tahun depan, karena syarat atau formula yang ada saat ini lebih longgar yakni maksimum dua mata pelajaran  dengan nilai 4, dan minimum 4 mata pelajaran dengan nilai minimum 4,25. Selanjutnya, nilai kelulusan siswa adalah kombinasi dari nilai gabungan dengan nilai ujian sekolah seluruh mata pelajaran.
Mendiknas menyampaikan juga manfaat hasil ujian nasional : salah satu penentu kelulusan peserta didik; pemetaan mutu program satuan pendidikan secara nasional; pintu masuk untuk pembinaan dan perbaikan mutu pendidikan, baik di tingkat satuan pendidikan maupun nasional; mendorong motivasi belajar siswa; dan mendorong penigkatan mutu proses belajar mengajar.
Adapun tujuan intervensi kebijakan perbaikan mutu pendidikan berdasar pemetaan hasil UN adalah meningkatkan nilai rata-rata, mempersempit standar deviasi, dan memperbaiki nilai terendah. Prinsip continuity (berkesinambungan), "Continuity" untuk masuk kejenjang pendidikan yang lebih tinggi, "Continuity" bagi siswa dari sosial ekonomi kurang mampu masuk ke Perguruan Tinggi (PT), "Continuity" bagi siswa dari  satu daerah masuk ke PT di wilayah lain (mengurangi disparitas antar wilayah dalam penerimaan mahasiswa baru melalui seleksi nasional),"ujar Mendiknas menjelaskan.
Berikut hasil keputusan rapat kerja. Pertama, Komisi X DPR RI dan pemerintah menyepakati bahwa pelaksanaan UN 2011 tetap dapat dilaksanakan dengan catatan, standar kelulusan ditentukan dengan formula baru yang mengakomodasi nilai rapor dan ujian sekolah, meningkatkan rasa adil bagi peserta didik, dan lebih meningkatkan mutu kelulusan pendidikan, kedua dalam kaitan dengan formula baru menentukan kelulusan peserta didik. Kedua, Komisi X DPR RI mengusulkan kepada pemerintah untuk dijadikan pertimbangan yang sungguh-sungguh. Ketiga, Komisi X DPR RI memberikan catatan untuk penyempurnaan pelaksanaan Ujian Nasional.
Data Pokok Pendidikan (Dapodik): pelaksanaan Dapodik perlu memperhatikan catatan hasil Panja UN dan Dapodik pada tanggal 15 Juni 2010 antara lain  pelaksanaan pendataan tidak hanya 5 (lima) variabel yang diusulkan  Balitbang, namun termasuk pendataan standar mutu pendidikan nasional. Pendataan harus dapat diselesaikan pada tahun 2011. Komisi X DPR RI meminta pemerintah untuk segera melakukan konsolidasi terhadap BSNP agar benar-benar menjadi lembaga yang mendiri sesuai Pasal 75 Ayat (2) PP No.19/ 2005 serta penjelasannya.
sumber : kemdiknas.go.id
http://jardiknas.kemdiknas.go.id

Ujian Nasional akan pakai formulasi baru

Ujian nasional sebagai standar penilaian kualitas pendidikan akan tetap dilaksanakan pada 2011. Menteri Pendidikan Nasional Muhammad Nuh mengatakan, setiap guru pada tiap sekolah sering memberikan nilai yang sama pada siswanya. Namun apakah nilai tersebut memiliki kualitas yang sama juga, tidak ada jaminan jika tidak ada standar.

"Apakah nilai delapan di sekolah A, sama dengan nilai delapan di sekolah B?" Tanya Mendiknas, "Sama angkanya. Tapi apakah kualitasnya sama? Belum tentu, maka dari itu dibutuhkan UN,"  ucap Mendiknas disela-sela kunjungan kerjanya ke Palembang, Sabtu (4/12). Ujian nasional merupakan standar untuk evaluasi sejauh mana pencapaian kualitas pendidikan. Seberapa jauh daerah-daerah di pelosok menerima paparan ilmu. Jika dalam pelaksanaannya masih terdapat penyimpangan dan kecurangan, maka bagian tersebut yang akan dievaluasi.
 
"Jangan karena ada penyimpangan, maka kita menghapus UN. Karena UN merupakan standar. Yang akan kita ubah adalah formulanya, supaya penyimpangan tersebut bisa diminimalisasi," kata Mendiknas.
Menurut Mohammad Nuh, UN bukanlah satu-satunya standar kelulusan. Ada empat hal yang menentukan kelulusan siswa, yaitu sudah menyelesaikan masa belajar, memiliki kepribadian atau akhlak, lulus ujian sekolah, dan lulus UN.  "Tidak benar kalau UN satu- satunya yang menentukan kelulusan. Hanya saja kebanyakan siswa tidak lulus karena UN. Artinya, semua sekolah meluluskan muridnya, kalau begitu untuk apa ada ujian," katanya. Ia menambahkan, dalam ujian selalu ada faktor kemungkinan dan peluang. Peserta ujian memiliki kemungkinan dan peluang untuk lulus ataupun tidak lulus.
Modifikasi UN akan dibahas bersama antara Kementerian Pendidikan Nasional dan Komisi X DPR dalam rapat kerja. Rapat akan ada pada tanggal 13 Desember yang khusus akan membahas tentang modifikasi UN. "Rapat akan membahas seperti apa modifikasi UN ke depan. Tetapi, sudah ada kesepakatan bahwa UN harus tetap dilakukan," ujar Mohammad Nuh.
Menurut dia, modifikasi tersebut terkait dengan formula UN. Namun, Mohammad Nuh belum bersedia menjelaskan secara rinci mengenai modifikasi tersebut. Penjelasan mengenai modifikasi formula UN akan disampaikan kepada masyarakat setelah rapat kerja 13 Desember.
sumber : kemdiknas.go.id

indonesia raih 3 emas pada imso

Rabu, 24 November 2010 09:18
Bali - International Mathematics and Science Olympiad (IMSO) for Primary School 2010 yang bertemakan "Smart, Skilled, and Creative in Joyful Competition for Excellence" ditutup Jumat (15/10) oleh Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Suyanto, di Hotel Aston Denpasar, Bali. Suyanto mengucapkan selamat kepada anak-anak Indonesia yang sudah berjuang mati-matian sehingga mendapatkan tiga medali emas. "Tahun depan kita di Filipina harus berjuang keras untuk mendapatkan lebih banyak  medali," ucapnya berpesan.

Indonesia meraih medali melalui Christofel Rio Goenawan, Anthony william Brian I., dan Medali Science emas adalah Emmanuelle Vania. Adanya penurunan peringkat Indonesia pada IMSO lalu, Suyanto mengatakan bahwa salah satu faktor penyebabnya adalah kemampuan berbahasa Inggris yang belum memadai ketika mereka membaca soal - soal. Karena itu, dia meminta pelatihan Bahasa Inggris harus jadi prioritas.

Selain emas, Indonesia meraih medali perak melalui Samuel clemens, Cindy Anggrenia, Vincent Tandya, Eliora Violain Buyamin, Keyla Cahya Athalia, Edwin Winata Hartanto, Bella Godiva, medali perunggu Adrianzka mayreswara DR., A. A. Anandika P., Kezia Sulami, Hopein Christofen Tang, Adiba Nur Ashri Ramadhani, dan Albert Tos, Iro Heru.

Sedangkan medali science perak  Rio Nevin, Andrea Eka Putri, Dean Fanggohans, I Putu Bhargo Abhimana chirsananda, M. Rafif Ew, medali perunggu Oliver Delano, Elizabeth Kezia Widjaya, Ihsan Fahmi Rofananda, Saskia Ardine Z, Naqita Ramadhani, Angeline Utomo, Irfan Tito K, dan Ardhy Ihza M.

Acara penutupan dimeriahkan Tari Baris massal dan paduan suara dan pemberian/pengalungan medali bagi peserta yang sukses dalam ajang adu kepintaran bagi anak-anak SD dibidang Matematika dan IPA. Suasana tampak riang, akrab dimana masing-masing delegasi tampak saling bertukar bendera negara masing-masing.

IMSO 2010 telah diikuti oleh siswa SD dari 9 negara yaitu Brunei Darusalam, Malaysia, Philippines, Singapore, Srilanka, Taiwan, Thailand, Indonesia dan Iran.
www.e-dukasi.net

pameran bse_2
http://pustekkom.depdiknas.go.id

belajar membuat rpp

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran : Geografi
Kelas/Semester : 12 IPS/I
Alokasi Waktu : 2 X 45 menit (1X pertemuan)
Model : PROGRAM
Pantau Pembelajar (siswa)
1. Karekteristik umum : siswa kelas 12 tergolong remaja, dan memiliki semangat belajar yang tinggi untuk mempersiapkan diri untuk menghadapi UN.
2. Kompetensi awal
Materi awal yang telah dipelajari saat SMP
Rumusan Tujuan Pembelajaran atau Kompetensi
Standar Kompetensi : siswa SMA kelas 12 semester I dapat memperaktekan keterampilan dasar peta.
Kompetensi Dasar :
A. Audience
Siswa SMA kelas 12 semester I jurusan Ilmu pengetahuan Sosial
B. Behavior
1. Mengenal prinsip dasar peta
2. Membuat keterampilan dasar peta
C. Condition
1. Buku cetak, buku paket Geografi kelas 12
2. Atlas, peta berukuran besar dan globe
D. Degree
1. Penyelesaian tugas dan praktek membuat peta
2. Membuat tugas kelompok
Olah Isi / Ajaran
1. Melakukan analisis terhadap ragam pengetahuan yang terkandung dalam pokok bahasan.
2. Sifat pengetahuan
Prasyarat yang harus dimiliki adalah pengetahuan dasar tentang peta
3. Alternatife penyajian
Siswa dapat melakukan praktek membuat peta dengan penugasan kelompok.
Gunakan Media dan Metode dengan tepat
A. Metode yang tepat
• Penjelasan materi oleh guru
• Latihan membuat peta dan menjawab soal
• Diskusi kelompok
• Pembentukan kelompok


Pokok Bahasan : Peta
Ragam pengetahuan yang dimaksud adalah prinsip dasar dan keterampilan membuat peta.
Sub pokok bahasan Bagian Pengetahuan
Peta • Pengertian tentang peta dan jenisnya
• Standar komponen peta Prinsip
Teori Pembuatan peta • Pengukuran jarak
• Pengukuran Arah
• Menentukan Skala dan garis kontur Keterampilan membuat peta
Membaca Peta • Peta umum
• Peta khusus prinsip
Proyeksi • Proyeksi Azimut
• Proyeksi silinder
• Proyeksi kerucut
• Proyeksi unik Keterampilan membuat peta


B. Media yang sesuai
• Modul atau buku Paket tentang peta (buku Geografi kelas 12)
• Alat pelengkapan menggambar : pensil, penghapus penggaris
• Peta dunia yang berukuran besar
• Atlas
• Globe
Renungan Sejenak
1. Refleksi diri (guru)
Membuat catatan diri tentang materi yang belum dikuasai sebagian siswa dan bagaimana mengatasinya
Menjawab beberapa pertanyaan dari
Apakah siswa tertarik membuat peta ?
Apakah siswa merasa kesulitan saat membuat peta ?
Bagian materi mana yang belum dipahami oleh siswa ?
Berapa pertemuan yang diperlukan untuk materi ini ?
Bagaimana membuat siswa tertarik dengan materi ini ?

2. Diskusi dengan mitra Pengajar
Berdiskusi dengan Tenaga Pengajar Geografi di Sekolah terkait untuk pokok bahasan,Metode, Strategi Penyajian.
3. Kiat dan Siapkan
1. Mempelajari materi tentang Peta
2. Mempraktekkan membuat Peta
3. Menentukan skala dalam Peta
Siapkan Bahan Ajar dan Lingkungan
1. Menyediakan Peta berukuran besar saat menjelaskan mengenai komponen-komponen peta.
2. Menyediakan Atlas sesuai dengan jumlah siswa.
3. Menyiapkan Globe
4. Membuat Lembar Kerja Siswa dan Lembar Kegiatan
5. Mempraktekkan Teknik membuat Peta
6. Memberitahukan kepada siswa apa ynag harus dibawa saat membuat peta.
Atur Kegiatan Peserta Didik
1. Siswa dibagi Kelompok, 1 Kelompok terdiri dari 4 siswa
2. Alokasikan waktu untuk penyajian materi, penjelasan materi, praktek membuat peta dll.

Pertemuan 1.
Waktu
1. Penjelasan materi 40 menit
2. Tanya Jawab 15 menit
3. Tes Penguasaan 20 menit
4. Review + Persiapan untuk minggu depan 15 menit
Pertemuan 2
1. Penjelasan materi 30 menit
2. Membaca Peta dan komponennya 30 menit
3. Kuis untuk kelompok 15 menit
4. Review dan Persipan untuk minggu depan 15 menit

Pertemuan ke 3
1. Persiapan praktek membuat peta 10 menit
2. Mempraktekkan membuat peta 35 menit
3. Penjelasan materi 20 menit
4. Review materi dari awal 25 menit

Pokok bahasan tentang Peta diselesaikan dalam waktu 3x pertemuan atau 6 x 45 menit.
Menilai dan Memperbaiki
A. Hasil belajar
Contoh tugas :
Kerjakan bersama kelompok belajarmu.
- Petakkan sekolah mu dengan membuat lokasi gedung dan kenampakan penting disekolah mu.
- Ukurlah arah dan jarak bangunan dengan kompas dan meteran.
- Pedoman titik pusat dan arah pengukuran, pengukuran dapat diambil dari salah satu titik dari perkarangan sekolah.
Cotoh tugas :
- Kalian dapat mencari informasi isi pada peta dan atlas
- Sebutkan nama kota, gunung, sungai yangdilengkapi dengan indeks seperti uang dicantum pada peta Aceh.
- Menjawab soal latihan pilihan ganda
B. Penilaian forto folio
Setiap siswa diminta untuk menyusun forto folio untuk setiap kegiatan tugas baik kelompok maupun individu.
Proposi penilaian adalah
• Latihan 25 %
• Forto folio 25 %
• Praktek membuat peta 40 %
• Kerjasama 10 %

filsafat icadah

Filsafat ibadah
Kata Filsafat memiliki banyak sekali arti, baik arti sempit maupun luas. Dalam hal ini Filsafat ibadah terdiri dari dua kata yaitu filsafat dan ibadah. Kaitannya dengan filsafat ibadah, filsafat itu sendiri diartikan secara etimologi yaitu memiliki arti berfikir bijaksana dan secara terminologi filsafat berarti mencari hakikat kebenaran. Atau dalam definisi yang disebutkan dalam buku “Islam Integral” adalah teori atau analisis logis tentang prinsip-prinsip yang mendasari peraturan, pemikiran, pengetahuan, dan sifat alam semesta. Sedangkan ibadah secara etimologi, berarti taat, tunduk, patuh dan sebagainya, sedangkan secara terminologi ibadah berarti penghambaan diri seseorang terhadap Sang Khaliq dengan menjalankan segala perintah-perintahnya serta menjauhi larangan-larangannya. Ibadah tidak hanya berupa shalat, zakat, puasa dan haji tetapi ibadah dapat berupa doa dan dzikir serta segala amal perbuatan yang diridhoi oleh Allah Swt. Di bawah ini akan dijelaskan mengenai filsafat ibadah berupa ibadah shalat, zakat, puasa, dan haji.

1. FILSAFAT SHALAT
Shalat memiliki arti doa dan istigfar. Dalam sehari setiap umat islam wajib melaksanakan shalat wajib lima waktu yaitu Shubuh, dzuhur, Ashar, magrib, dan Isya’. Dan setiap ibadah shalat telah ditetapkan waktumya. Adapun hikmah mengapa shalat wajib dilaksanakan lima kali dalam sehari yaitu :
Menumbuhkan perasaan tunduk dan takut keada Allah.
Untuk meringankan dan mengekalkan Shalat.
Untuk mengekalkan ingatan kepada Allah.
Untuk meneladani rasul-rasul dahulu.
Untuk menyatakan kesyukuran kepada Allah pada waktu yang sepatutnya.
Sedangkan rahasia ditentukan shalat wajib pada waktu subuh, dzuhur, ashar, magrib dan isya’ adalah pada waktu tersebut kekuatan rohani malaikat bertebaran dan doa mudah diterima.Shalat Ashar diantara shalat Dzuhur dan magrib serta shalat isya’ diantara shalat maghrib dengan subuh adalah supaya jangan terlalu lama jarak waktunya antara keduanya.
Selain ada rahasia serta makna yang terkandung dalam waktu shalat, tentu ada pula hikmah dan rahasia yang terkandung dalam ibadah shalat itu sendiri.
Mengingatkan kita kepada Allah [surat Thaha(20):14]
Menyucikan roh dan menjauhkan diri dari perbuatan jahat
Mendidik dan melatih manusia menjadi orang yang tenang dalam menghadapi segala penderitaan.
Menghilangkan sifat kikir.
Menghapus dosa
Mendidik disiplin
Mendidik kebersihan
Menjaga kesehatan

2. FILSAFAT ZAKAT
Menurut bahasa zakat berarti suci atau subur sedangkan menurut istilah zakat ialah mengeluarkan sebagian harta untuk diberikan kepada mereka yang berhak. Menurut aturan yang telah ditentukan oleh al-Quran dan Sunnah rasul. Harta yang digunakan disebut zakat karena :
Menyucikan diri dari dosa, kekikiran, dan cinta harta yang berlebihan.
Menyucikan budi pekerti masyarakat dari sifat dengki dan dendam.
Memperbanyak pahala dan harta [Al BAqarah (2) : 261] serta sifat-sifat kebaikan [surat At Taubah(9):103]
Pada masa Rasulallah harta yang boleh dizakatkan ada lima yaitu perhiasan (emas dan perak), barang perniagaan, tumbuh-tumbuhan, binatang seperti unta, sapi, biri-biri, dan barang logam serta barang simpanan jahiliyah. Sebanya karena harta-harta tersebut dapat berkembang dan subur baik secara langsung maupun tidak langsung. Para ulama membagi harta menjadi tiga golongan yaitu harta yang dimiliki untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, misalnya rumah, perlengkapan rumah tangga dan kendaraan. Harta yang dimiliki untuk memperoleh keuntungan atau harta berkembang dan subur, misalnya tanah yang ditanami, binatang ternak, dan barang dagangan; harta yang dapat dikatakan ebagai harta yang dimiliki untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan dpat pula dikatakan sebagai harta berkembang, misalnya emas dan alat-alat pertukangan.
Adapun hikmah dan rahasia zakat dari segi yang mengeluarkan zakat yaitu :
Menyucikan diri dari sifat kikir dan cinta harta berlebihan
Memperbanyak sifat-sifat baik dan harta itu sendiri
Mendekatkan diri kepada Allah
Menjadi bukti rasa syukur
Mengekalkan pahala
Adapun hikmah dan rahasia zakat dari segi penerima zakat yaitu :
Menghilangkan kesulitan hidup fakir miskin
Memelihara fakir miskin dari kehinaan
Membantu orang-orang yang berhutang untuk membayar hutangnya
Memudahkan ibnu sabil dalam perjalanannya
Membantu orang-orang yang berjuang dijalan Allah
Adapun hikmah dan rahasia zakat dari segi keduanya adalah dapat menyempurnakan imannya, baik bagi yang miskin maupun yang kaya serta mewujudkan kasih sayang dan persaudaraan antara kedua belah pihak.

3. FILSAFAT PUASA
Ada dua rahasia waktu puasa yaitu puasa pada bulan ramadhan dan puasa pada bulan diantara bulan tahun hijriah. Menurut sebagian ulama puasa dilakukan pada bulan ramadhan karena dalam bulan ramadhan ini diturunkan Al Qur’an dan Rasulallah SAW menerima permulaan wahyu [surat Al Baqarah (2) :135]. Puasa pada dasarnya menahan makan, minum, dan hubungan seksual, namun sebenarnya tidak hanya itu. Sehubungan dengan hal ini puasa dapat dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu :
Tingkatan puasa umum, mencakup menahan makan, minum dan hubungan seksual.
Tingakatan puasa khusus, mencakup menahan makan, minum, hubungan seksual, dan menahan anggota badan dari perbuatan dosa. Untuk mencapai tingkatan puasa khusus ini diperlukan beberapa syarat tertentu.
Tingakatan puasa Ahlul ma’rifah, yaitu menahan makan, minum, hubungan seksual, dan menahan hati dari segala cita-cita yang hina, pikiran duniawi, dan segala hal selain Allah, karena semata-mata mengharapkan keridhoan Allah SWT.
Hikmah dan rahasia puasa dilihat Segi Spiritual.
Dapat meningkatkan kekuatan rohaniah.
Dapat menjauhkan diri dari kepentingan pribadi dan berbuat baik kepada orang lain, serta menimbulkan perasaan yang berkaitan dengan sifat-sifat Allah.
Membiasakan diri bersabar
Memperingatkan diri bahwa manusia itu hanyalah hamba Allah yang sangat lemah.
Menumbuhkan kekuatan pikiran dan hati.
Hikmah dan rahasia puasa dilihat dari segi Fisiologis.
Dalam otak manusia terdapat saraf yang disebut saraf penahan yang berfungsi mengendalikan tingkah laku. Sehingga pada waktu puasa saraf penahan ini dapat terkendali karena pada saat puasa kita menahan diri dari beberapa hal yang dapat membatalkan puasa seperti makan, minum, hubungan seksual dan lain-lain. Dengan demikian puasa merupakan sistem pendidikan untuk mengendalikan perut, seksual, dan tingkah laku yang terlarang. Dalam puasa etika kaidah-kaidah moral yang dipakai dalam menumbuhkan dan membentuk sifat saraf penahan bersifat universal, karena berasal dari wahyu Allah dan sunnah Rasul.

4. FILSAFAT HAJI
Haji merupakan ibadah yang memiliki rukun-rukun yang sangat kompleks, dan tiap amalan tersebut mengandung rahasia tertentu.
Rahasia memakai ihram yaitu :
Mengingatkan bahwa kelak jika kita meninggal mengenakan kain kafan untuk membungkus tubuh kita.
Memperkuat kemauan
Menjauhi syahwat
Menghilangkan perbedaan dalam masyarakat
Rahasia thawaf yaitu :
Ibarat berkumpul dan berkeliling hati di sekitar kesucian Allah.
Menyerupai para malaikat yang mendekati Allah dan mengelilingi arsy
Menyatakan kebesaran Baitullah
Rahasia sa’i antara ash-Shafa dan al-Marwah yaitu :
Mengenang perbuatan Ibu Isma’il
Menumbuhkan rasa syukur pada waktu memperoleh apa yang dibutuhkan walaupun sudah lelah.
Untuk memohon turunnya rahmat Allah dan untuk mengharapkan ampunan serta kerelaan-Nya.
Mengingatkan akan mondar-mandirnya antara dua daun neraca al Mizan dengan mengumpamakan as-Shafa dengan daun neraca kebaikan dan al-Marwah dengan daun neraca kejahatan.
Rahasia wuquf di Arafah yaitu :
Mengingatkan lapangan luas tempat dimana semua umat berkumpul pada hari kiamat.
Menyerahkan diri dengan hati yang tunduk dan takut dengan tangan menengadah ke langit untuk memohon dan mengharapkan curahan rahmat serta berkah dari Allah.
Rahasia melempar jumrah yaitu :
Meneladani Nabi Ibrahim pada waktu menaati perintah Allah melempari Iblis yang menggodanya dengan batu untuk mengusirnya.
Sebagai ibarat yang menggambarkan kutukan terhadap kejahatan.
Sebagai ibarat untuk menyatakan kesungguhan dan kemauan untuk menyingkarkan hawa nafsu yang merusak.
Rahasia penyembelihan Qurban yaitu :
Meneladani Nabi Ibrahim pada waktu menaati perintah Allah untuk menyembelih anaknya, kemudian diganti dengan biri-biri.
Mengenang nikmat Allah yang dilimpahkan kepada Isma’il.
Mendekatkan diri kepada Allah semoga Allah membebaskan bagian dari badan kita dari neraka dengan tiap-tiap bagian tubuh dari binatang itu.
Rahasia mencium al-Hajru al-aswad ialah Ibarat melekukan janji dengan Allah intuk mentaati-Nya.
Rahasia singgah di Mina ialah untuk memperlihatkan kebesaran Islam.
Rahasia mencukur rambut adalah menyatakan selesai dari ihram, sebagaimana salam dalam shalat dan membersihkan diri dari rambut yang panjang dan dibiarkan kusut.
Selain amalan-amalan yang dilakukan dalm ibadah haji memiliki rahasia, Ibadah haji itu sendiri juga mengandung hikmah dan rahasia sebagi berikut dilihat dari beberapa segi :
Dari segi aqliah yaitu :
Mendorong umat islam untuk mencari kekayaan yang sebanyak-banyaknya, karena untuk menyempurnakan agama dengan beribadah haji memerlukan biaya yang banyak.
Melatih berkorban.
Melatih umat islam berani menempuh kesulitan.
Mewujudkan pertemuan besar di antara umat islam seluruh dunia.
Media untuk berkenalan dengan seluruh umat islam di dunia dan menciptakan ukhuwah islamiyah.
Mewujudkan persamaan di antara mereka.
Media untuk berunding dan bermusyawarah memikirkan kepentingan agama dan umat islam.
Dari segi nash hadits yaitu :
Memberikan jaminan masuk surga
Diampuni dosa-dosanya.
Memudahkan diterimanya doa.
Mendapatkan rahmat Allah.