teknologi pendidikan di pendidikan tinggi

TEKNOLOGI PENDIDIKAN DI PENDIDIKAN TINGGI









Nama Kelompok:
1. Rizky Ariyanti(1215106061)
2. Melinawati(1215106072)
3. Suci Utari ( 1215106089)
4. Fany Wulan Nengrum (1215106064)
5. Fathia Fairuza Hanum (1215106078)


KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia-Nya kami dapat menyelesaikan sebuah makalah yang sederhana ini yang mengenai Teknologi Pendidikan di Pendidikan Tinggi. Kami juga mengucapkan Terima kasih banyak kepada Prof.Dr Yusufhadi Miarso, M.Sc.Ed atas kesabarannya dalam menuntun kami dalam perkuliahan serta waktu yang telah diberikan dan bantuannya dalam penyusunan makalah ini .Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini, masih memiliki kesalahan, dan kekurangan-kekurangan, oleh karena itu kami memerlukan kritik yang membangun dan saran yang dapat kami jadikan perbaikan di masa-masa mendatang. Demikianlah yang dapat saya sampaikan, semoga makalah yang sederhana ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Amien..


JAKARTA, 17 DESEMBER 2010



TIM PENYUSUN



Teknologi pendidikan di pendidikan tinggi
Pengertian Pendidikan Tinggi
Pendidikan Tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang menekankan pada pengembangan kemampuan akademik dan keterampilan profesional sebagai bekal untuk memasuki dunia kerja.
Perguruan tinggi adalah jenjang pendidikan terakhir setelah TK, SD, SMP, SMA. hingga saat ini terdiri dari gelar diploma (setau saya D1 sampai D3), S1 (sarjana), S2 (master), S3 (doktor). sebenarnya jenjang ini tidak wajib, karena lulus SMA/ SMU/ STM/ SMK berarti kita sudah cukup mendapat bekal ilmu untuk bertahan hidup & berkarya di masyarakat. kuliah hanya menambah pengetahuan & keterampilan kita dalam bekerja nanti.
MODEL DALAM PEMBELAJARAN AKTIF
A. Pembelajaran aktif di Perguruan Tinggi
Pembelajaran aktif ( aktive learning) meliputi semua model, strategi, pendekatan atau metode yang digunakan dalam pembelajaran untuk melibatkan ( engaging ) Peserta Didik.
Apa itu pembelajaran aktif ? Bonwell dan ELson (1991) mengungkapkan definisi pembelajaran aktif sebagai berikut:
“Though the term ‘active learning’ has never been precisely defined in educational literature, some general characteristics are commonly associated with the use of strategies promoting active learning in the classroom.”

Students are involved in more than listening.
Less emphasis is placed on transmitting information and more on developing student’s kills.
Students are engaged in activities (e.g., reading, discussing, and writing).
Greater emphasis is placed on student’s exploration of their own attitudes and values.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa, Pembelajaran Aktif adalah Pembelajaran yang melibatkan Peerta Didik untuk melakukan sesuatu dan befikir mengenal apa yang dikerjakannya. Dengan Demikian, esensi Pembelajaran Aktif adalah Bagaimana carannya belajar.
Terdapat banyak cara yang digunakan untuk melibatkan peserta didik,termasuk “ experiental learning”, Pembelajaran kooperatif, metode studi-kasus,simulasi,bermain peran,tutor sebaya,kerja lapangan,belajar mandiri, tugas perpustakaan, dan computer-aided instruction ( Keyser, m.w-,2000)
Pembelajaran aktif di Perguruan Tinggi menjadi penting karena 3 hal ( handbook of the center for teaching and learning,2007)
Aktive Learning promotes Independen,critical,and creative learning
Active Learning promotes collaboration
Active Learning student investment, motivation, and performance.
Tampak dengan jelas bahwa, Pembelajaran aktif dapat mengangkat tingkat pembelajaran dari keterampilan berfikir tingkat rendah ( pengamatan, menghafal, dan mengingat informasi, pengetahuan akan gagasan umum-yakni tentang apa,dimana, dan kapan) hingga keterampilan berpikir tingkat yang lebih tinggi ( memecahkan masalah, analisis,sintesis, evaluasi –yakni tentang bagaimana dan mengapa).
B. MODEL PEMBELAJARAN
Istilah model pembelajaran berbeda dengan istilah strategi pembelajaran. Istilah model Pembelajaran memiliki makna yang lebih luas daripada suatu strategi,pendekatan , metode atau prosedur.
Apa sebenarnya model pembelajaran dan strategi pembelajaran itu ?
Model Pembelajaran (Arrends R I ) mengungkapkan bahwa model pembelajaran adalah pola interaksi antara mahasiswa , dosen dan materi pembelajaran yang mencangkup strategi , pendekatan , metode dan teknik pembelajaran.
Strategi pembelajaran adalah siasat atau kiat yang direncanakan oleh guru/dosen terkait dengan segenap persiapan pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif ( Suherman dkk) .
Pendekatan adalah cara yang ditempuh oleh guru dalam pelaksanaan pembelajaran agar ide aktif yang disajikan dapat diadaptasi untuk kemudian dipahami oleh mahasiswa.Terdapat dua jenis pendekatan dalam pembelajaran aktif,yaitu : Pendekatan Metodologis, Pendekatan Material.Pendekatan Metodologis menyangkut cara mahasiswa mengadaptasi ide aktif yang disajikan ke dalam stuktur kognitifnya yang sejalan dengan cara yang ditempuh oleh dosen dalam menyajikan bahan pelajaran tersebut. Sementara itu pendekatan material yaitu menyajikan konsep aktif lain yang telah dimiliki mahasiswa.
Apa itu Metode dan Teknik Pembelajaran ?
Metode adalah cara menyajikan materi yang bersifat umum ( Suherman.dkk.) . sedangkan Teknik Pembelajaran adalah cara unik dan jitu yang dipakai seseorang dalam menetapkan srnuah metode.misalnya: dengan menggunakan metode tanya jawab seorang dosen menggunakan teknik-teknik bertanya tertentu , bergantung dari tujuan bertanya dan jawaban yang diinginkan.
Model Pembelajaran memiliki ciri yang khas yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode tertentu , yaitu :
Rasional teoritik yang logis dan kuat yang disusun oleh pengembangnnya.
Sintaks yang berupa tingkah laku , pola atau langkah pembelajaran yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan sukses.
Sistem sosial yang berupa kaidah atau tata aturan yang dirancang dan disepakati untuk dijalankan dalam proses pembelajaran.
Prinsip reaksi yang menata bagaimana interaksi antar semua pihak yang terlibat dalam proses pembelajaran seharusnya berlangsung.
Sitem pendukung berupa perangkat pembelajaran dan perlengkapan lainnya baik untuk dosen maupun mahasiswa dan untuk proses pembelajaran yang akan dilaksanakan
Dampak instruksional berupa tujuan pembelajaran yang akan dicapai baik baik secara langsung maupun berupa dampak pengiring.
Di sini akan diuraikan tiga model pembelajaran, yaitu model pembelajaran langsung, model pembelajaran kooperatif, dan model pembelajaran berbasis masalah .






Model Pembelajaran Langsung
Model pembelajaran langsung atau model pengajaran langsung (direct instruction) bertumpu pada prinsip-prinsip psikologi prilaku dan teori belajar sosial khususnya tentang pemodelan (modeling). Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa perubahan perilaku dalam belajar sebagian besar diperoleh dari permodelan, yaitu perilaku dan pengalaman (keberhasilan dan kegagalan orang lain). Oleh karena itu, pembelajaran langsung merupakan model pengajaran yang bersifat teacher centered.

1. Tujuan Model Pembelajaran Langsung
a) Membantu mahasiswa untuk memperoleh pengetahuan prosedural, yaitu pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu. Misalnya bagaimana cara menggunakan alat dalam melakukan suatu eksperimen.
b) Membantu untuk memahami pengetahuan deklaratif, yaitu pengetahuan tentang sesuatu (dapat diungkapkan dengan kata-kata), misalnya nama-nama bagian suatu alat.
2. Sintaks Model Pembelajaran Langsung

Fase Ke- Indikator
Aktivitas Dosen
1 Menyampaikan tujuan dan menerapkan mahasiswa Dosen menjelaskan tujuan pembelajaran, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan mahasiswa untuk belajar.
2 Mendemontrasikan pengetahuan atau keterampilan Dosen mendemontrasikan keterampilan yang benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap.
3 Membimbing pelatihan Dosen merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal.
4 Mengecek pemahaman dan memberi umpan balik Dosen mengecek apakah mahasiswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik.
5 Memeberikan kesempatan untuk pelatihan dan penerapan Dosen mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan dengan pelatihan khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan masalah-masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

3. Lingkungan belajar model pembelajaran langsung
Lingkungan belajar perlu diatur dengan baik sehingga penerapan metode ceramah, ekspositori, demonstrasi, dan tanya jawab dapat terlaksana dengan baik sehingga tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan dapat tercapai.





C. MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Pembelajaran kooperatif dilakukan dengan membentuk kelompok kecil yang anggotanya heterogen untuk bekerja sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan masalah, tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama. Struktur tujuan kooperatif menciptakan suatu siutuasi bahwa tujuan pribadi dapat tercapai hanya apabila kelompok itu berhasil. Model pembelajaran ini sejalan dengan salah satu prinsip CTL, yaitu learning community.
1.Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif
a. Membantu mahasiswa utnuk mencapai hasil belajar optimal dan mengembangkan keterampilan sosial mahasiswa.
b. Mengajarkan keterampilan bekerjasama dan berkolaborasi
c. Memberdayakan mahasiswa kelompok atas sebagai tutor sebaya bagi kelompok bawah.
2.Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif
Fase Ke- Indikator Aktivitas Dosen
1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi mahasiswa Dosen menyampaikan tujuan pembelajaran (standar kompetensi) yanng ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi mahasiswa belajar.
2 Menyajikan informasi Dosen menyajikan informasi kepada mahasiwa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
3 Mengorganisikan mahasiswa ke dalam kelompok-kelompok belajar Dosen menjelaskan kepada mahasiswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan perubahan yang efisien.
4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar Dosen mebimbing kelompok-kelompok belajar padaa saat mereka mengerjakan tugas dalam hal menggunakan keterampilan kooperatif.
5 Evaluasi Dosen mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masinng-masing kelompok menyajikan hasil kerjanya.
6 Memberikan penghargaan Dosen memberikan cara-cara untik menghargai, baik upaya mmaupin hasil beljara individu dan kelompok.

3 .Lingkungan Belajar Model Pembelajaran Kooperatif
Lingkungan belajar dicirikan oleh proses demokratis dan peranan aktif mahasiswa dalam menentukan apa yang harus dipelajari dan bagaimana cara mempelajarainya.

Lingkungan belajar untuk dapat melaksanakan pembelajaran kooperatif adalah

a. Metode : metode mengajar yang dapat digunakan adalah penemuan, pemecahan masalah, atau pemberian tugas melalui pendekatan kontekstual dan open-ended.
b. Media : Buku mahasiswa, LKS
c. Peralatan/bahan : Sesuai dengan materi
d. Prasarana/sarana : kelas yang dapat digunakan untuk diskusi kelompok.

4. Sitem Manajemen Model pembelajaran Kooperatif
a. Dosen membagi mahasiwa dalam kelompok kecil 4-5 orang/kelompok
b. Dosen menjelaskan prosedur, kerja kelompok
c. Dosen membimbing kelompok jika diperlukan dan memonitorsemua kegiatan mahasiswa
d. Materi pembelajaran seperti buku mahasiswa dan LK harus tersedia di kelas
e. Dosen meberikan kuis pada setiap akhir pokok bahasan secara individual
f. Dosen meberikan pengahargaan pada kelompok yang berhasil.

5. Variasi atau Tipe Pembelajaran Langsung
Dalam pembelajaran kooperatif dikenal adanya beberapa macam tipe, di antaranya Student Team Achievement Division (STAD), Jigsaw, Investigasi kelompok (IK), Pendekatan Struktural (PS). Pada bacaan ini, keempat macam tipe pembelajaran kooperatif tersebut, akan diuraikan secara singkat teknis pelaksanaanya di dalam kelas.
a. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Pembelajaran kooperatif STAD dikembangkan oleh Robert Slavin, dan merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Sehingga tipe ini dapat digunakan oleh guru yang baru mulai menggunakan model pembelajaran kooperatif. Di Amerika Serikat pembelajaran nkooperatif ini telah umum digunakan mulai dari Pelajaran Matematika hingga Pelajaran Seni dan Bahasa. STAD terdiri dari sintaks kegiatan pengajaran sebagai berikut:
1) Mengajar, Mempresentasikan pelajaran
2) Belajar dalam tim, Mahasiswa bekerja dalam tim mereka dengan dipandu oleh lembar kegiatan mahasiswa untuk menuntaskan materi pelajaran.
3) Tes: Mahasiswa mengerjakan kuis atau tugas individual lain (misalnya tes essai atau kinerja)
4) Penghargaan tim: skor tim dihitung berdasarkan skor peningkatan anggota tim, dan sertifikat, laporan berkala kelas, atau papan pengumuman digunakan untuk member penghargaan kepada tim yang berhasil mencetak skor tertinggi.
b. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
Pembelajaran tipe jigsaw pada dasarnyasintaks atau langkah-langkah pembelajarannya sesuai dengan tipe STAD. Tipe jigsaw ini dikembangkan oleh Elliot aronson dan diadaptasi oleh slavin. Pada tipe ini materi pembelajaran diberikan kepada mahasiswa dalam bentuk teks. Setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari bagian-bagian tertentu dari teks tersebut. Sebagai contoh, jika materi yang diajarkan itu adalah “system persamaan linear (SPL) dua variable”, seorang mahasiswa khusus mempelajari pengertian SPL, penyelesaian dengan metode eliminasi dan subtitusi, penyelesaian dengan metode cramer dan seterusnya. Anggota dari kelompok lain yang mendapat tugas topic yang sam berkumpul dan berdiskusi tentang topic tersebut. Kelompok ini disebut dengan kelompok ahli. Dengan demikian terdapat kelompok ahli pengertian SPL , ahli menyelesaikan SPL dengan metode eliminasi dan subtitusi, ahli menyelesaikan SPL dengan metode cramer, dan seterusnya. Selanjutnya anggota tim ahli ini kembali ke kelompok asal dan mengerjakan apa yang telah dipelajarinya dan didiskusikan di didalam kelompok ahlinya untuk diajarkan kepada teman kelompok ahli dapat dilihat pada gambar berikut.











c.PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK
Investigasi kelompok (IK) merupakan model pembelajaran kooperatif yang lebih kompleks dari tipe kooperatif sebelumnya, dan agak sulit diterapkan. Model ini pertama Kali dikembangkan oleh thalen dan diperluas oleh sharan. Tipe ini memerlukan dosen untuk mengerjakan keterampilan komunikasi dan proses kelompok yang baik.
Dalam penerapan IK, mahasiswa memilih topic untuk diselidiki, melakukan penyelidikan yang mendalam atas topic yang dipilih itu. Selanjutnya menyiapkan laporan dan mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas.
Ada enam langkah IK seperti berikut :
1. Pemilihan topic : mahasiswa memilih subtopic khusus dalam suatu masalah umum yang biasanya ditetapkan oleh dosen.
2. Perencanaan kooperatif : mahasiswa dan dosen merencanakan procedure pembelajaran, dan tujuan khusus yang konsisten dengan subtopic yang telah dipilih.
3. Implementasi : mahasiswa menerapkan rencana yang telah mereka tetapkan pada tahap kedua. Dosen secara ketat mengikuti kemajuan tiap kelompok dan menawarkan bantuan jika diperluakn.
4. Analisis dan sintesis : mahasiswa menganalisi dan mengevaluasi informasi yang diperoleh pada tahap ketiga dan merencanakan bagaimana informasi tersebut diringkas dan menyiapkan presentasi di depan kelas.
5. Presentasi hasil final : beberapa tau semua kelompok menyajikan hasil penyelidikannya, denga tujuan agar semua mahasiswa mengetahui topic. Presentasi ini dikoordinasikan oleh dosen.
6. Evaluasi : dalam hal kelompok-kelompok menangani aspek yang berbeda dari topic yang sama, mahasiswa dan dosen mengevaluasi tiap kontribusi kelompok terhadap kerja kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat berupa individual aatu kelompok.
d. Pembelajaran kooperatif tipe pendekatan structural (PS)
Tipe PS dikembangkan oleh spencer keagen, dkk. Pendekatan ini member penekanan pada penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi mahasiswa. Terdapat 2 macam struktur PS, yaitu :
1. Struktur think-pair share (TPS)
Struktur TPS memiliki langkah-langkah yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi mahasiswa waktu lebih banyakuntuk berfikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain. Adpun langkah-langkah yang dimaksud adalah sebagai berikut :
Langkah 1 : thinking (berfikir) : Dosen mengajukan suatu pertanyaan aatu isu yang berhubungan dengan pelajaran, kemudian meminta mahasiswa untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri untuk beberapa saat.
Langkah 2 : pairing (berpasangan) : dosen meminta siswa berpasanagn dengan mahasiswa lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap berfikir. Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat berbagio jawaban jika telah diajukan suatu pertanyaan atau berbagi ide jika persoalan khusus telah diidentifikasi. Biasanya dosen member waktu 4-5 menit untuk berpasangan.
Langkah 3 : sharing (berbagi) : pada langkah akhir, dosen meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan. Ini efektif dilakukan dengan cara bergiliran pasangan demi pasangan, sampai sekitar seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk melapor.
Tabel perbandingan 4 tipe dalam pembelajaran kooperatif
ASPEK STAD JIGSAW IK PS
Tujuan
Kognitif Informasi
Akademik
Sederhana Informasi akademik sderhana
Informasi akademik tingkat tinggi dan keterampilan inkuiri Informasi akademik sederhana
Tujuan
Social Kerja kelompok dan kerjasama Kerja kelompok dan kerjasama Kerjasama dalam kelompok kompleks Keterampilan kelompok dan keterampilan social
Struktur
Tim Kelompok belejar heterogen dengan 4-5 orang anggota
Kelompok belajar heterogen dengan 5-6 orang dan menggunakan pola kelompok “asal” dan kelompok “ahli” Kelompok belajar denag 5-6 orang heterogen Bervariasi
Berdua,bertiga, kelompok dengan 4-6 orang anggota heterogen
Pemilihan
Topic pelajaran Biasanya dosen
Biasanya dosen Biasanya dosen Biasanya dosen
Tugas
utama Mahasiswa dapat menggunakan LKS dan saling Mahasiswa mempelajari materi dalam kelompok “ahli” kemudian membantu anggota Mahasiswa menyelesaikan inkuiri kompleks Mahasiswa mengrjakan tugas-tugas keterampilan social dan

Membantu untuk menuntaskan materi belajarnya Kelompok “asal” mempelajari materi itu Kognitif
Penilaian Tes mingguan, atau kuis setiap akhir pertemuan Bervariasi dapat berupa tes mingguan Menyelesaikan proyek & menulis laporan, menggunakan tes essai Bervariasi
Pengakuan Lembar pengakuan dan publikasi lain Publikasi lain Lembar pengakuan dan publikasi lain Bervariasi

2) Struktur numbere-head-together (NHT)
Struktur NHT biasanya juga disebut berfikir secara berkelompok adalah suatu pendekatan yang dikembangan oleh pancher kagen. NHT digunakan untuk melibatkan lebih banyak maasiswadalam menelaah materi cakapa dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahanman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. sebagaia gantinya mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas. Langkah-langkah pembelajaran adalah sebagia berikut :
Langkah 1 : penomoran : dosen membagi mahasiswa kedalam kelompok beranggotakan 3-5 orang dan setiap anggota kelompok dibberi nomor 1-5.
Langkah 2 :mengajukan pertanyaan : dosen mengajuakn sebuah pertanyaan kepada mahsiswa. Pertanyaan dapat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya atau bentuk arahan .
Langkah 3 : Berpikir bersama : Mahasiswa menyatukan pendapatnya terhadapjawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawabannya.
Langkah 4 : Menjawab : Dosen memanggil Mahasiswa dengan nomor tertentu kemudian mahasiswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk selueuh kelas.
6. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif
a.Unsur-Unsur dasar dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka “sehidup sepenanggungan”.
b.Setiap Mahasiswa memiliki tanggung jawab terhadap mahasiaw lainnya dalam kelompoknya,disamping tanggung jawab terhadap diri mereka sendiri dalam mempelajari materin yang dihadapi.
c. Mahasiswa haruslah berpandangan bahwa semua anggota di dalam kelompoknnya memiliki tujuan yang sama.
d. Mahasiswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompok .
e. Mahasiswa akan diberikan evaluasi atau penghargaan yang akan berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok.
f. mahasiswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk proses belajar bersama selama proses belajarnya.
g. mahasiswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara idividual materi yang ditangani didalam kelompoknya.
Berdasarkan uraian diatas, dapat dikemukakan bahwa ciri – ciri atau karakteristik dari pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut
a. Kelompok yang dibentuk dari mahasiswa yang memiliki kemampuan yang tinggi, sedang, rendah
b. Jika memungkinkan, setiap anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda.
c. Mahasiswa belajar dalam kelompok secara koperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
d. Penghargaan lebih berorientasi kelompok daripada individual.
7. Sistem Penilaian dan Evaluasi Model Pembelajaran Kooperatif
Model Pembelajaran kooperatif mengubah sistem ganjaran kepada mahasiswa. Akibatnya, Pembelajaran kooperatif membutuhkan pendekatan evaluasi dan penilaian prestasi atau pencapaian dalam pembelajaran yang berbeda. penilaian dalam pembelajaran kooperatif dirancang sebagai penilaian otentik yang tidak hanya menilai dan mengevaluasi prestasi akademik , tetapi menilai kerjasama , keterampilan-keterampilan kooperatif, dan lain-lain. Penilaian ini mutlak membutuhkan rubrik yang lengkap dengan rincian setiap indikator yang memungkinkan terlaksananya penilaian dengan derajat objektifitas seoptimal mungkin.

8.Perbandingan antara Pembelajaran Konvesional dengan Pembelajaran kooperatif
Berikut ini ditampilkan tabel dengan perbandingan antara pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran tradisional.
PEMBELAJARAN KOOPERATIF PEMBELAJARAN KONVENSIONAL
 Kepemimpinan Bersama
 Saling ketergantungan yang positif
 Keanggotaan yang Heterogen
 Mempelajari Keterampilan yang kooperatif
 Tanggung jawab terhadap hasil belajar seluruh anggota kelompok
 Menekankan pada tugas dan Hubungan Kooperatif
 Ditunjang oleh Dosen
 Satu hasil kelompok
 Evaluasi Kelompok  Satu Pemimpin
 Tidak ada saling ketergantungan
 Keanggotaan Homogen
 Asumsi adanya keterampilan sosial
 Tanggung jawab terhadap hasil Belajar sendiri
 Hanya menekankan pada tugas
 Diarahkan oleh dosen
 Beberapa hasil individual
 Evaluasi individual


9.Keterampilan dalam Pembelajaran Kooperatif
Beberapa Keterampilan yang seharusnya dibina untuk atau dimiliki oleh siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran kooperatif antara lain :
Untuk tingkat awal :
• Menggunakan Kesepakatan
• Menghargai kontribusi
• Menggunakan suara pelan
• Mengambil giliran dan berbagai tugas
• Berada dalam kelompok
• Berada dalam tugas
• Mendorong partisipasi
• Mengundang orang lain berbicara
• Menyelesaikan tugas tepat waktu
• Menyebutkan nama dan memandang pembicaraan
• Mengatasi gangguan
• Menolong tanpa memberi jawaban
• Menghormati perbedaan individu
Untuk tingkat menengah :
• Menunjukkan penghargaan dan simpati.
• Menggunakan pesan “saya”.
• Mengungkapkan tidak setuju dengan cara yang dapat diterima.
• Mendengarkan dengan aktif.
• Bertanya.
• Membuat ringkasan.
• Menafsirkan.
• Mengatur dan mengorganisir.
• Memeriksa ketepatan.
• Menerima tanggung jawab.
• Menggunakan kesabaran.
• Tetap tenang.
Untuk tingkat mahir :
• Mengelaborasi.
• Memeriksa secara cermat.
• Menanyakan kebenaran.
• Menganjurkan posisi.
• Menetapkan tujuan.
• Berkompromi.
• Menghadapi masalah-masalah khusus
D. Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Model pembelajaran berbasis masalah dapat menayajikan masalah autentik dan bermakna sehingga mahasiswa dapat melakukan penyelidikan dan menemukan sendiri. Peranan dosen dalam model ini adalah mengajukan masalah, memfasilitasi penyelidikan dan interaksi mahasiswa. Model pembelajaran ini berlandaskan psikologi kognitif dan pandangan konstruktif mengenai belajar. Model ini juga sesuai prinsip-prinsip CTL, yakni inquiri, konstruktivisme dan menekankan pada berfikir tingkat lebih tinggi.
1. Tujuan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
a. Membantu mahasiswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir, memcahkan masalah dan keterampilan intelektual.
b. Melibatkan mahasiswa secara aktif dalam proses pembelajaran melalui pengalaman nyata atau simulasi sehingga ia dapat mandiri.
2. Sintaksis Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Fase Ke Indikator
Aktivitas Dosen
1 Orientasi mahasiswa kepada masalah Dosen menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistic yang dibutuhkan, memotivasi amahasiswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang diplihnya.
2 Mengorganisasikan mahasiswa untuk belajar Dosen membantu mahasiswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
3 Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok Dosen mendorong mahasiswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, malaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Dosen membantu mahasiswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, model dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Dosen mebantu mahasiswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

3. Lingkungan Belajara Model Pembelajaran Berbasis Masalah
a. Lingkungan belajar dicirikan oleh proses demokrasi, keterbukaan, dan peranan mahasiswa yang aktif.
b. Lingkungan berorientasi pada pengajuan dan pemecahan masalah, baik dari dosen terlebih mahasiswa. Dengan lingkungan sebagai :
1) Metode : Disesuaikan pokok bahasan
2) Media : Informasi tertulis, media, benda manipulatif, pendekatan, teori belajar atau pemecahan masalahitu sendiri.
3) Peralatan/bahan : Disesuaikan dengan mata pelajaran dan pokok bahasan.
4) Sarana/prasarana : Disesuaikan dengan mata pelajaran dan pokok bahasan.
4. Sistem Manajeman Model Pembelajaran berbasis Masalah
a. Dosen menagarahkan mahasiswa untuk mengajukan masalah yang mantang (sesuai dengan mata pelajaran masing-masing).
b. Mahasiswa mengajukan pertanyaan atau soal terhadap masalah yang telah dipilih oleh dosen dan mahasiswa untuk dipecahkan.
c. Mahasiswa dan dosen menelaah pertanyaan atau soal yang diajukan oleh mahasiswa dalam hal jenis, tingkat keterselesaian dan kandungan informasi pertanyaan tersebut.
d. Keseluruhan proses diarahkan untuk membantu mahasiswa agar dapat mandiri dan percaya diri dalam malakukan kegiatan pemecahan masalah.
e. Metode mengajar yang dapat digunakan adalah penemuan, inquiri, penagjuan dan pemecahan masalah, atau pemberian tugas melalui pendekatan kontekstual dan open ended.
STRATEGI PEMBELAJARAN

BERBASIS TIK
Modul 2






PELATIHAN PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN
KONTEN JARDIKNAS
Tingkat Nasional Tahun 2010










STRATEGI PEMBELAJARAN
BERBASIS TIK









Oleh:
Asep Zaenal Rahmat













Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan
Kementerian Pendidikan Nasional
2010
DAFTAR ISI


PENDAHULUAN

KEGIATAN BELAJAR 1: PEMBELAJARAN YANG IDEAL

- Model Pembelajaran Berbasis TIK:

- Kondisi Prasyarat


KEGIATAN BELAJAR 2

PENUTUP

REFERENSI








































PENDAHULUAN

Modul 5 akan mengajak peserta pelatihan untuk memahami Strategi Pembelajaran Berbasis TIK. Setelah mengikuti pelatihan dengan menggunakan modul 5, diharapkan peserta pelatihan akan memahami tentang perbandingan model pembelajaran konvensional dan pembelajaran berbasis TIK, model pembelajaran berbasis TIK, langkah-langkah pengembangan pembelajaran berbasis TIK, serta kondisi prasarat untuk mengambangkan pembelajaran berbasis TIK.

Modul ini dirancang untuk disajikan dalam waktu 2 x 45 menit. Pada saat pelatihan, diupayakan semua peserta terlibat dalam membahas dan mendalami modul ini. Diskusi yang diselenggarakan bisa melalui eksplorasi pengalaman peserta, memberikan masukan, dan/atau menyajikan pengetahuan/teori/paktek dari berbagai sumber yang telah dimiliki peserta. Tutor lebih banyak bertindak sebagai fasilitator. Hargai setiap pendapat yang disampaikan peserta. Setiap sub topik yang dibahas, disimpulkan sehingga menjadi kesepakatan bersama.




KEGIATAN BELAJAR 1

PEMBELAJARAN YANG IDEAL

Berikut ini adalah beberapa kasus yang diangkat dari temuan di lapangan dalam proses pembelajaran di dalam kelas .

Kasus 1:
Seorang guru merenung. Dia merasa bahwa sudah segala daya, upaya, dan tenaga dikerahkan, tetapi siswanya masih belum nampak terlibat dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Guru sudah berapi-api mengajar, suara sudah sekeras mungkin dikeluarkan, tulisan di papan tulis pun selain sudah jelas juga besar. Dia merasa bahwa perjuangan tersebut sia-sia, karena beberapa siswa matanya lebih banyak melihat ke luar jendela kelas, siswa lain sibuk mengobrol dengan teman sebangkunya, yang lainnya nampak berulang-ulang melihat jam seperti ingin mempercepat berjalannya waktu. Secara umum, pembelajaran yang diselenggarakan guru tidak menarik bagi siswa.

Kasus 2:
Seorang siswa menyanggah teori yang baru saja disampaikan gurunya dalam pembelajaran dalam kelas. Guru dan siswa saling beradu argumentasi, kedua-duanya saling mempertahankan pemahaman yang mereka miliki. Masing-masing tidak dapat menjelaskan kebenaran dalam kekiniannya. Sampai dengan berakhirnya pembelajaran, tidak ada kesepakatan yang dapat diambil.

Kasus 3:
Sesaat akan dimulainya pembelajaran, siswa menampilkan mimik ketidaksabaran untuk segera mengikuti proses pembelajaran. Siswa menampilkan kesan seolah-olah menanti sebuah pertunjukkan spektakuler dari seseorang yang diidolakan. Kelas terasa hangat. Begitu pembelajaran dimulai, Guru tampil dengan senyum yang segar, mulai membuka pertunjukkan. Pada bagian pembukaan pembelajaran, Guru menyajikan stimulus yang dikemas sedimikian rupa sehingga memunculkan rangsangan response luar biasa pada diri siswa. Siswa aktif dan kreatif dalam mencari pengetahuan yang hanya diarahkan guru. Siswa seolah-olah yang memegang kendali pembelajaran. Siswa merasa bahwa dia sangat butuh dan ingin menuntaskan kepenasaran dari stimulus yang diberikan guru. Akibatnya, guru tidak perlu bersusah payah menghabiskan tenaga. Guru hanya mengarahkan, melayani pertanyaan, serta menjadi pemberi kemudahan bagi siswa (fasilitator). Pada saat terdengar bel tanda berakhirnya pembelajaran, terdengar suara siswa yang menyayangkan waktu terlalu cepat berlalu. Terasa aroma pembelajaran yang bermakna, dialogis, dinamis, serta bermuara pada pembelajaran yang menyenangkan.
Diskusikan antar peserta :
1. Apa pandangan peserta terhadap setiap kasus tersebut?
2. Manakah diantara kasus tersebut yang pernah dialami?
3. Kasus manakah yang paling ideal terjadi dalam pembelajaran?
4. Bagaimanakah upaya agar pembelajaran ideal tersebut dapat terjadi?

Diharapkan peserta tidak setuju dengan kasus 1 dan kasus 2, dengan pembelajaran yang satu arah, guru mendominasi pembelajaran, guru sebagai pusat pembelajaran, guru sebagai satu-satunya sumber ilmu, tidak ada media pedukung (hanya teori), siswa pasif, siswa bosan, pembelajaran tidak menyenangkan, pembelajaran tidak bermakna, hasil pembelajaran tidak membanggakan.

Diharapkan peserta setuju dan mengidam-idamkan kasus 3. Pembelajaran yang ideal. Guru tidak lagi mendominasi pembelajaran, siswa sebagai subjek pembelajaran, guru kreatif dan inovatif dalam merencanakan pembelajaran, pembeajaran berorientasi kepada kehidupan nyata tidak hanya kepada buku.

Jika dilihat dari perkembangan media yang digunakan dalam pembelajaran di dalam kelas, dapat diurutkan bahwa pembelajaran formal dimulai dari masa blackboard, whiteboard, keyboard, dan akhir-akhir ini telah banyak yang mengembangkan virtualboard. Hal ini dapat dilihat dalam cuplikan film (salah satu) yang dapat diunduh dari YouTube dengan judul MIT Sketching.

Dalam film tersebut Nampak seorang guru dapat mengajar dengan dinamika dan media yang mengarah kepada realistis. Guru menggambarkan objek dipapan tulis (whiteboard) tetapi objek yang digambarkan guru dapat dikendalikan (dihidupkan). Akibatnya, siswa tidak hanya mendapatkan cerita belaka tetapi dapat melihat secara nyata.

Cerita tentang perubahan media pembelajaran dari blackboard hingga virtualboard, dapat dipertegas dengan menampilkan video dari sebuah produsen handphone yang bercerita tentang dunia komunikasi digital yang semakin canggih. Seorang Ibu Guru menjelaskan materi di Jepang dengan menggunakan virtualboard, seorang siswi berkomunikasi dengan Ibunya menggunakan fasilitas ViCon dengan HandPhone.

Agar peserta lebih menyadari bahwa jika belum mulai menggunakan media sebagai alat bantu pembelajaran (sementara di dunia luar telah terjadi perkembangan digital yang semakin canggih), dapat pula disajikan film dari Microsoft tentang Surfacing Computer. Sebuah media computer yang tidak lagi menggunakan keyboard dan layar monitor, melainkan sebuah meja menjadi screentouch sekaligus monitor.

Pembelajaran tidak hanya diselenggarakan di dalam ruang kelas dan pada jam belajar formal. Tidak sedikit pula guru yang telah menyelenggarakan pembelajaran yang tidak hanya dibatasi ruang dan waktu (Modul 1). Sebelum atau setelah pembelajaran di dalam kelas diselenggarakan, guru telah/akan menugaskan kepada siswa untuk mencari berbagai sumber ilmu dengan berbagai cara/media sesuai dengan perkembangan teknologi digital.

Diskusikan antar peserta :
1. Seberapa pentingkah media pembelajaran dibutuhkan dalam menunjang pembelajaran?
2. Media seperti apakah yang paling ideal digunakan dalam pembelajaran?
3. Media apa yang dibutuhkan agar pembelajaran yang dilakukan siswa dapat berlangsung tanpa dibatasi ruang dan waktu?
4. Sesering apakah peserta menggunakan media pembelajaran berbasis TIK?
5. Pernahkan peserta menyelenggarakan pembelajaran tanpa dibatasi ruang dan waktu? Seperti apa yang sudah dilakukan peserta dalam menyelenggarakan pembelajaran yang tidak hanya diselenggarakan di dalam kelas saja?



Paltimer (1991) membandingkan pembelajaran kalkulus yang menggunakan computer dengan pembelajaran konvensional menujukkan bahwa hasil pembelajaran berbasis komputer lebih baik daripada pembelajaran konvensional. Tetapi, tidak setiap pembelajaran harus diselenggarakan melalui pembelajaran berbasis TIK. Beberapa kegiatan pembelajaran masih harus diselenggarakan dengan pembelajaran konvensional.

Diskusikan perbandingan kekuatan (strength) antara pembelajaran konvensional dengan pembelajaran berbasis TIK:

Pembelajaran konvensional Pembelajaran berbasis TIK
- Murah - Bisa menvisualisasikan peristiwa yang
berbahaya, sulit di praktekkan
- Mudah dilaksanakan - Fleksibel (tdk terbatas ruang dan waktu)
- Interaksi antara guru dan siswa lebih cepat










Diskusikan perbandingan kelemahan (weaknesses) antara pembelajaran konvensional dengan pembelajaran berbasis TIK:

Pembelajaran konvensional Pembelajaran berbasis TIK
Kurang bisa mengakomodasi kecepatan belajar siswa Mahal dalam penyiapan infra struktur
Koneksititas jaringan









Peserta menuliskan di kertas karton yang sudah ditempel dan memuat table tersebut. Peserta berdiskusi, mana yang disetujui sebagai hal benar tentang kekuatan dan kelemahan perbedaan antara pembelajaran konvensional dengan pembelajaran berbasis TIK. Jika ada isian yang sama pengertiannya, dirangkumkan menjadi satu pernyataan.


Model Pembelajaran Berbasis TIK:
Teori belajar behaviorisme berpandangan bahwa proses pembelajaran terjadi sebagai hasil pengajaran yang disampaikan guru melalui atau dengan bantuan media (alat). Sedangkan teori belajar konstruktivisme berpandangan bahwa media digunakan sebagai sesuatu yang memberikan kemungkinan siswa secara aktif mengkonstruksi pengetahuan. Kozma (1991) menyatakan bahwa media dapat dibedakan dari teknologi (mekanik, elektronik, bentk fisik), sistem simbolik (karakter alpha-numerik, objek, gambar, suara) serta sarana yang digunakan (radio, video, komputer, buku).


Peserta dibagi kertas yang berisi pertanyaan-perntanyaan di bawah ini. Peserta memberikan respon pada kertas yang dibagikan. Setelah selesai, peserta dapat membacakan respon masing-masing. Setelah selesai, seluruh peserta diajak untuk menarik kesimpulan atas pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Diskusikan antar peserta:
1. Apa pengertian BELAJAR yang Anda ketahui?
2. Teori belajar apa yang pernah Anda ketahui dan pahami?
3. Sebutkan gaya belajar yang Anda ketahui.
4. Adakah hububungan antara kebutuhan media pembelajaran dengan proses pembelajaran dalam meningkatkan mutu hasil belajar?
5. Jika Anda mempunyai kemampuan dalam mengembangkan media pembelajaran berbasis komputer, aspek apa saja yang harus menjadi bahan pertimbangan (persyaratan) dalam pengembangan media pembelajaran yang baik?
6. Jelaskan model pembelajaran berbasis TIK yang Anda ketahui?
7. Pada saat Anda akan mengembangkan media pembelajaran, bagaimanakah urutan proses yang Anda tempuh dalam mengembangkan media pembelajaran hingga siap digunakan?


Kondisi Prasyarat
Banyak siswa merasa mudah memproses informasi yang berbentuk visual, sementara siswa lainnya merasa mudah bila ada suara, tetapi ada pula sebagian siswa yang merasa mudah apabila sumber informasi disajikan dalam bentuk teks (Anderson, 1981).

Pada dasarnya, pembelajaran diselenggarakan dengan harapan agar siswa mampu menangkap/menerima, memproses, menyimpan, serta mengeluarkan informasi yang telah diolahnya. Gardner (1983) mengemukakan bahwa kemampuan memproses informasi itu dalam bentuk tujuh kecerdasan, yaitu (1) logis-matematis, (2) spasial, (3) linguistik, (4) kinestetik-keperagaan, (5) musik, (6) interpersonal, dan (7) intrapersonal. Media yang dapat mengakomodir persyaratan-persyaratan tersebut adalah komputer. Komputer mampu menyajikan informasi yang dapat berbentuk video, audio, teks, grafik dan animasi (simulasi).

Disisi lain, guru memerlukan kemampuan khusus dalam menyelenggarakan pembelajaran berbasis TIK. Selain kemampuan, perlu pula disiapkan perangkat pendukung kegiatan pembelajaran berbasis TIK.

Diskusikan antar peserta :
Dipandang dari berbagai sisi, prasyarat apa saja yang diperlukan untuk penyelenggaraan pembelajaran berbasis TIK?

Diharapkan akan diperoleh kesepakatan tentang :
1. SDM (guru)
2. Perangkat (hardware/software/Silabus/RPP)
3. Kebijakan yang mendukung terselenggaranya kegiatan pembelajaran berbasis TIK















KEGIATAN BELAJAR 2

1. Eksplorasi pengalaman peserta yang telah menyelenggarakan pembelajaran berbasis TIK
2. Diskusi identifikasi berbagai strategi pembelajaran berbasis TIK
3. Pemodelan strategi pembelajaran berbasis TIK
4. Merancang strategi pembelajaran berbasis TIK

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan strategi Pembelajaran berbasis TIK
1. SDM
2. Infrastruktur
3. Kebijakan

Strategi pembelajaran meliputi :
• Tahap Persiapan ( Analisis kurikulum, Analisis kebutuhan, Desain )
• Tahap Pembelajaran ( Klasikal, Kelompok. Individual)
• Tahap Evaluasi

Diharapkan tersusun beberapa strategi pembelajaran berbasis TIK yang disesuaikan dengan kondisi sekolah


PENUTUP

Komputer sebagai sarana interaktif dapat digunakan sebagai alternative bentuk pembelajaran terprogram (Programmed Instruction) yang dilandasi hukum akibat (Law of Effect). Dalam hukum akibat, asumsi yang diyakini adalah tingkah laku yang didasari rasa senang akan merangsang untuk dilakukan serta dikerjakan secara berulang-ulang (S-R).

Sangat banyak pakar pendidikan yang melakukan penelitian dan berkesimpulan ke arah positifnya pemanfaatan komputer sebagai media bantu pembelajaran. Arnold (1992) menyatakan para guru masih dihadapkan pada suatu ironi bahwa meskipun komputer merupakan media sangat potensial pada proses pembelajaran, akan tetapi masih sedikit yang mau dan mampu menggunakannya. Ketidakmauan dan/atau ketidakmapuan tersebut disebabkan berbagai factor, baik internal (diri guru sendiri) maupun factor eksternal (fasilitas dan kebijakan).

Poin penting yang diharapkan muncul dalam kesimpulan yang ditarik oleh para peserta dan fasilitator adalah :
1. Pembelajaran berbasis TIK sudah saatnya mulai dikembangkan dan digunakan dalam proses pembelajaran.
2. Model pembelajaran yang mendukung kepada pelaksanaan pembelajaran berbasis TIK.
3. Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam persiapan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi pembelajaran berbasis TIK.
4. Kondisi prasayarat yang harus tersedia agar proses pembelajaran berbasis TIK dapat berjalan.

REFERENSI

1. Rencana Stratetgis Departemen Pendidikan Nasional 2005-2009
2. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, Pedoman Penyusunan Bahan Ajar, Jakarta, 2006
3. Gardner, H. (1983), Frames of mind – The theory of multiple intelegences, New York: Basic Books Inc.
4. Kozma, R.B. (1991), Learning with Media, Review of educational Research.
5. Paltimer, J.R., (1991), Effect of computer algebra systems on concept and skill acquisition Calculus, Journal for Research in Mathematics Educations.
6. Puget Sound Center, Peer Coaching Program Master Trainer Training, pc.innovativeteachers.com
http://djj.pusdiklatteknis.depag.go.id

UN tahun depan sitiadakan

Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) menggelar rapat kerja (Raker) dengan Komisi X DPR RI, dengan agenda "Formulasi dan Pelaksanaan UN 2011". "Semangat perbaikan UN 2010/2011 adalah untuk lebih menghargai proses belajar mengajar yang dilalui siswa," kata Menteri Pendidikan Nasional Mohamad Nuh dalam rapat.

Mendiknas menjelaskan, formula baru yang akan dilaksanakan adalah menggabungkan nilai UN dengan nilai sekolah (NS). Nilai sekolah adalah gabungan nilai ujian sekolah ditambah nilai rapor semester 1 - 4. Selain itu, nilai gabungan antara nilai sekolah dengan UN ditetapkan minimal 5,5. Nilai sekolah dan UN mempunyai bobot masing-masing yang akan ditentukan oleh pemerintah. Bobotnya akan ditentukan, namun bobot nilai sekolah akan lebih kecil dari bobot UN.
 
Dengan adanya formula baru ini, Mendiknas mengatakan bahwa UN ulangan akan ditiadakan tahun depan, karena syarat atau formula yang ada saat ini lebih longgar yakni maksimum dua mata pelajaran  dengan nilai 4, dan minimum 4 mata pelajaran dengan nilai minimum 4,25. Selanjutnya, nilai kelulusan siswa adalah kombinasi dari nilai gabungan dengan nilai ujian sekolah seluruh mata pelajaran.
Mendiknas menyampaikan juga manfaat hasil ujian nasional : salah satu penentu kelulusan peserta didik; pemetaan mutu program satuan pendidikan secara nasional; pintu masuk untuk pembinaan dan perbaikan mutu pendidikan, baik di tingkat satuan pendidikan maupun nasional; mendorong motivasi belajar siswa; dan mendorong penigkatan mutu proses belajar mengajar.
Adapun tujuan intervensi kebijakan perbaikan mutu pendidikan berdasar pemetaan hasil UN adalah meningkatkan nilai rata-rata, mempersempit standar deviasi, dan memperbaiki nilai terendah. Prinsip continuity (berkesinambungan), "Continuity" untuk masuk kejenjang pendidikan yang lebih tinggi, "Continuity" bagi siswa dari sosial ekonomi kurang mampu masuk ke Perguruan Tinggi (PT), "Continuity" bagi siswa dari  satu daerah masuk ke PT di wilayah lain (mengurangi disparitas antar wilayah dalam penerimaan mahasiswa baru melalui seleksi nasional),"ujar Mendiknas menjelaskan.
Berikut hasil keputusan rapat kerja. Pertama, Komisi X DPR RI dan pemerintah menyepakati bahwa pelaksanaan UN 2011 tetap dapat dilaksanakan dengan catatan, standar kelulusan ditentukan dengan formula baru yang mengakomodasi nilai rapor dan ujian sekolah, meningkatkan rasa adil bagi peserta didik, dan lebih meningkatkan mutu kelulusan pendidikan, kedua dalam kaitan dengan formula baru menentukan kelulusan peserta didik. Kedua, Komisi X DPR RI mengusulkan kepada pemerintah untuk dijadikan pertimbangan yang sungguh-sungguh. Ketiga, Komisi X DPR RI memberikan catatan untuk penyempurnaan pelaksanaan Ujian Nasional.
Data Pokok Pendidikan (Dapodik): pelaksanaan Dapodik perlu memperhatikan catatan hasil Panja UN dan Dapodik pada tanggal 15 Juni 2010 antara lain  pelaksanaan pendataan tidak hanya 5 (lima) variabel yang diusulkan  Balitbang, namun termasuk pendataan standar mutu pendidikan nasional. Pendataan harus dapat diselesaikan pada tahun 2011. Komisi X DPR RI meminta pemerintah untuk segera melakukan konsolidasi terhadap BSNP agar benar-benar menjadi lembaga yang mendiri sesuai Pasal 75 Ayat (2) PP No.19/ 2005 serta penjelasannya.
sumber : kemdiknas.go.id
http://jardiknas.kemdiknas.go.id

Ujian Nasional akan pakai formulasi baru

Ujian nasional sebagai standar penilaian kualitas pendidikan akan tetap dilaksanakan pada 2011. Menteri Pendidikan Nasional Muhammad Nuh mengatakan, setiap guru pada tiap sekolah sering memberikan nilai yang sama pada siswanya. Namun apakah nilai tersebut memiliki kualitas yang sama juga, tidak ada jaminan jika tidak ada standar.

"Apakah nilai delapan di sekolah A, sama dengan nilai delapan di sekolah B?" Tanya Mendiknas, "Sama angkanya. Tapi apakah kualitasnya sama? Belum tentu, maka dari itu dibutuhkan UN,"  ucap Mendiknas disela-sela kunjungan kerjanya ke Palembang, Sabtu (4/12). Ujian nasional merupakan standar untuk evaluasi sejauh mana pencapaian kualitas pendidikan. Seberapa jauh daerah-daerah di pelosok menerima paparan ilmu. Jika dalam pelaksanaannya masih terdapat penyimpangan dan kecurangan, maka bagian tersebut yang akan dievaluasi.
 
"Jangan karena ada penyimpangan, maka kita menghapus UN. Karena UN merupakan standar. Yang akan kita ubah adalah formulanya, supaya penyimpangan tersebut bisa diminimalisasi," kata Mendiknas.
Menurut Mohammad Nuh, UN bukanlah satu-satunya standar kelulusan. Ada empat hal yang menentukan kelulusan siswa, yaitu sudah menyelesaikan masa belajar, memiliki kepribadian atau akhlak, lulus ujian sekolah, dan lulus UN.  "Tidak benar kalau UN satu- satunya yang menentukan kelulusan. Hanya saja kebanyakan siswa tidak lulus karena UN. Artinya, semua sekolah meluluskan muridnya, kalau begitu untuk apa ada ujian," katanya. Ia menambahkan, dalam ujian selalu ada faktor kemungkinan dan peluang. Peserta ujian memiliki kemungkinan dan peluang untuk lulus ataupun tidak lulus.
Modifikasi UN akan dibahas bersama antara Kementerian Pendidikan Nasional dan Komisi X DPR dalam rapat kerja. Rapat akan ada pada tanggal 13 Desember yang khusus akan membahas tentang modifikasi UN. "Rapat akan membahas seperti apa modifikasi UN ke depan. Tetapi, sudah ada kesepakatan bahwa UN harus tetap dilakukan," ujar Mohammad Nuh.
Menurut dia, modifikasi tersebut terkait dengan formula UN. Namun, Mohammad Nuh belum bersedia menjelaskan secara rinci mengenai modifikasi tersebut. Penjelasan mengenai modifikasi formula UN akan disampaikan kepada masyarakat setelah rapat kerja 13 Desember.
sumber : kemdiknas.go.id

indonesia raih 3 emas pada imso

Rabu, 24 November 2010 09:18
Bali - International Mathematics and Science Olympiad (IMSO) for Primary School 2010 yang bertemakan "Smart, Skilled, and Creative in Joyful Competition for Excellence" ditutup Jumat (15/10) oleh Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Suyanto, di Hotel Aston Denpasar, Bali. Suyanto mengucapkan selamat kepada anak-anak Indonesia yang sudah berjuang mati-matian sehingga mendapatkan tiga medali emas. "Tahun depan kita di Filipina harus berjuang keras untuk mendapatkan lebih banyak  medali," ucapnya berpesan.

Indonesia meraih medali melalui Christofel Rio Goenawan, Anthony william Brian I., dan Medali Science emas adalah Emmanuelle Vania. Adanya penurunan peringkat Indonesia pada IMSO lalu, Suyanto mengatakan bahwa salah satu faktor penyebabnya adalah kemampuan berbahasa Inggris yang belum memadai ketika mereka membaca soal - soal. Karena itu, dia meminta pelatihan Bahasa Inggris harus jadi prioritas.

Selain emas, Indonesia meraih medali perak melalui Samuel clemens, Cindy Anggrenia, Vincent Tandya, Eliora Violain Buyamin, Keyla Cahya Athalia, Edwin Winata Hartanto, Bella Godiva, medali perunggu Adrianzka mayreswara DR., A. A. Anandika P., Kezia Sulami, Hopein Christofen Tang, Adiba Nur Ashri Ramadhani, dan Albert Tos, Iro Heru.

Sedangkan medali science perak  Rio Nevin, Andrea Eka Putri, Dean Fanggohans, I Putu Bhargo Abhimana chirsananda, M. Rafif Ew, medali perunggu Oliver Delano, Elizabeth Kezia Widjaya, Ihsan Fahmi Rofananda, Saskia Ardine Z, Naqita Ramadhani, Angeline Utomo, Irfan Tito K, dan Ardhy Ihza M.

Acara penutupan dimeriahkan Tari Baris massal dan paduan suara dan pemberian/pengalungan medali bagi peserta yang sukses dalam ajang adu kepintaran bagi anak-anak SD dibidang Matematika dan IPA. Suasana tampak riang, akrab dimana masing-masing delegasi tampak saling bertukar bendera negara masing-masing.

IMSO 2010 telah diikuti oleh siswa SD dari 9 negara yaitu Brunei Darusalam, Malaysia, Philippines, Singapore, Srilanka, Taiwan, Thailand, Indonesia dan Iran.
www.e-dukasi.net

pameran bse_2
http://pustekkom.depdiknas.go.id