orientasi pemanfaatan jardiknas

BALI - Pustekkom Kemdiknas dan Dinas Pendidikan Provinsi Bali menyelenggarakan kegiatan Orientasi Pemanfaatan Jardiknas Zona Perguruan Tinggi (PT) dan Zona Kantor 2010 di Inna Grand Bali Beach Hotel pada tanggal 3 s.d. 5 November 2010. Kegiatan orientasi diarahkan dan dibuka secara resmi oleh Bapak Herwindo (Staf Ahli Mendiknas bidang Iptek) ini dihadiri oleh 30 pengelola node Jardiknas Zona PT (Inherent) dan 37 pengelola Jardiknas Zona Kantor yang berasal dari dinas-dinas pendidikan kabupaten/kota di provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT).

Kegiatan Orientasi Pemanfaatan Jardiknas Zona PT dan Zona Kantor di Denpasar ini bertujuan untuk: 1) mensosialisasikan kebijakan TIK untuk pendidikan, 2) mengoptimalkan sistem pengendalian implementasi Jardiknas Zona PT dan Zona Kantor, 3) mendapatkan data dan informasi tentang progres integrasi jaringan Zona PT dalam upaya mencari solusi terbaik untuk mengatasi hambatan yang terjadi dalam pengelolaan jardiknas pada Zona PT, 4) merumuskan mekanisme pengelolaan dan monitoring Jardiknas Zona Kantor dan Zona PT yang lebih efektif dan efisien, 5) merumuskan pemanfaatan dan pengembangan konten Jardiknas Zona PT dan Zona Kantor, dan 6) mengkoordinasikan rencana pengembangan dan pemanfaatan Jardiknas.

Pada sesi Pemanfaatan Jardiknas Zona PT dan Zona Kantor, narasumber menghimbau – seiring reformasi birokrasi di tubuh Kemdiknas – kepada pengelola Jardiknas Zona PT agar memanfaatkan fasilitas bandwidth Jardiknas untuk mendukung layanan primanya kepada mahasiswa, dosen, fakultas, dan penelitian serta pengembangan. Adapun kepada pengelola Jardiknas Zona Kantor dihimbau agar fasilitas bandwidth Jardiknas dimanfaatkan untuk mendukung layanan primanya kepada siswa, guru, sekolah, dan sistem informasi manajemen di dinas pendidikan kabupaten/kota.

Setelah rehat siang pada hari II, peserta dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok Jardiknas Zona PT dengan sesi khusus tentang Progres Instalasi Jardiknas Zona PT dan kelompok Jardiknas Zona Kantor dengan sesi khusus Sistem Pengendalian dan Monitoring Jardiknas Zona Kantor. Masing-masing sesi disajikan terpisah oleh direktur yang didampingi oleh account manager PT. Telkom Indonesia.

Tanya-jawab di kelompok Zona PT seputar progres implementasi Zona PT berlangsung cukup kritis, korektif dan solutif demi peningkatan layanan yang lebih baik. Sementara diskusi di kelompok Zona Kantor meluas hingga ke ranah Zona Sekolah (SchoolNet) dan Zona Personal (TeacherNet), hal ini tidak terlepas dari tanggung jawab Pengelola Jardiknas Zona Kantor sebagai penyelia SchoolNet dan TeacherNet di kabupaten/kota masing-masing.

Pada sesi berikutnya, pengelola node dari UI dan UGM berkenan membagi pengalaman dan best practise kepada para peserta lain di kelompok Zona PT, sedangkan di kelompok Zona Kantor dibagikan oleh pengelola dari Kabupaten Gianyar (Prov. Bali) dan Kabupaten Lombok Tengah (Prov. NTB).

Secara keseluruhan kegiatan orientasi berjalan lancar dan sejumlah laporan pemanfaatan Jardiknas Zona PT dan Zona Kantor periode Januari sampai dengan Oktober 2010 berhasil dikumpulkan dari para pengelola Jardiknas. [KA]
Pemanfaan ICT untuk Pendidikan Pencegahan HIV/AIDS
Label: Pengantar TIK
Jumlah pengidap HIV/AIDS dewasa (15-24 tahun) dan anak-anak diakhir 2003 :
' Kamboja ± 170.000 orang
' Laos ± 1.700 orang
' Thailand ± 570.000 orang
' Vietnam ± 220.000 orang
' Cina dan separuhnya di propinsi Yunan ± 840.000 orang
Dikalangan remaja, HIV sudah menjadi ancaman besar. Diantaranya factor yang mempengaruhi kerentanan masyarakat akan HIV :

* Kurangnya informasi tentang HIV

* Layanan kesehatan dan pendidikan

* Keingintahuan dan coba-coba remaja

* Hubungan seksual paksa dan ketimpangan gender


Mayoritas penduduk kawasan GMS yang miskin sangat rentan akan HIV/AIDS karena ;
S Kurangnya akses ke layanan pendidikan dan kesehatan
S Kemiskinan kurangnya informasi
S Penggunaan obat-obatan
S Perdagangan manusia
S Kurangnya kesempatan kerja bagi para wanita
S keterlibatan mereka dalam perdagangan seks
Sampai saat ini belum ada obat untuk AIDS dan vaksin nya. Karenanya, keberhasilan dalam mengurangi penyebarluasan virus HIV sangat tergantung pada perubahan perilaku dan penanganan factor lingkungan dan social ekonomi yang meningkatkan kerentanan orang akan infeksi. Diantaranya , menunda kegiatan seksual , penekanan khusus pada anak perempuan. Factor lainnya ; menolak tekanan teman agar minum/ menyuntikkan obat-obatan.
Walaupun pemanfaatan ICT dalam pendidikan HIV/AIDS dikarenakan keterbatasan infrastruktur, tenaga terlatih, dan sumber dana pendukung. Atas dasar itulah Bank Pembangunan Asia (ADB), SEAMEO (Southeast Asia Ministry of Education Organization), dan UNESCO mulai Maret 2003 menyelenggarakan program pendayagunaan ICT untk mencegah HIV/AIDS diperbatasan GMS .
PERAN PENDIDIKAN PENCEGAHAN
Semua Negara yang telibat dalam pencegahan HIV/AIDS dilingkungan sekolah, memiliki kebijakan Departemen Pendidikan serta perangkat hukum pun mendukung pelaksanaannya.
Di Kamboja kebijakan dan strategi pengintegrasian HIV/AIDS untuk remaja di lingkungan maupun luar sekolah dimasukkan dalam Renstra Pendidikan Departemen Pendidikan, Pemuda dan Olah raga yang mereka selenggarakan.
Di Vietnam keputusan Departemen Pendidikan dan Pelatihan menegaskan pentingnya pendidikan pencegahan HIV/AIDS.
Di Yunan peraturannya mensyaratkan semua sekolah melaksanakan pendidikan pencegahan HIV/AIDS.
Di Laos, sebuah tim pendidikan AIDS didalam Departemen Pendidikan telah dibentuk tahun 1996 dan bertanggung jawab atas pelaksanaan pendidikan pencegahan menyusul dibentuknya komisi nasional untuk pengontrolan AIDS .
Di Thailand kebijakan Departemen Pendidikannya menekankan hak setiap anak memahami dan menyadari bahaya HIV/AIDS.
PEMANFAATAN ICT
Sebelum adanya program ICT , semua Negara GMS belum didayagunakan secara maksimal. Diyakini bahwa ICT akan mampu menjawab dua tantangan pokok dalam pendidikan pencegahan : meningkatkan lingkungan dan metode belajar-mengajar serta memungkinkan dikembangkannya bahan-bahan ajar yang sesuai pada saat pelaksanaan program dengan dana yang terbatas.
Pemanfaatan ICT dapat meningkatkan proses belajar dan mengajar. Intervensi berbasis ICT yang tepat sasaran, kreatif, interaktif, integrative, dan kontekstual dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses belajar mengajar.
Bahan-bahan ajar pendidikan berbasis ICT dapat disimpan disekolah agar siap pakai sesuai dengan kebutuhan dan memungkinkan keluwesan dalam pemakaian serta belajar sesuai kecepatan diri.
ICT telah merangsang belajar kawasan kognitif tingkat tinggi seperti pemecahan masalah melalui tugas-tugas kreatif yang melibatkan semua siswa baik didalam kegiatan maupun diluar sekolah.
PROGRAM SEAMEO-ADB
Sebagai bagian dari bantuan tekniis regional, untuk meningkatkan SDM dan kemiskinan di GMS, ADB memberi bantuan senilai $1,000,000 untuk menunjang pemanfaatan ICT HIV/AIDS di daerah perbatasan GMS dalam jangka waktu 18 bulan terhitung Maret 2003.
SEAMEO dan UNESCO masing-masing mendanakan $500,000. Kesepakatan SEAMEO dan ADB ditandatangani pada 7 Maret 2003 ,Manila.

TUJUAN
Bantuan teknis ADB memiliki tujuan pokok ;
C mengurangi terjadinya infeksi HIV/AIDS diantara kelompok usia rentan, kelompok miskin, penduduk pinggiran.
C memasyarakatkan pemanfaatan ICT serta teknologi multimedia lainnya dalam pendidikan pencegahan HIV/AIDS
Secara khusus program kerjasama ini dimaksudkan untuk :
@ Mengembangkan bahan-bahan ajar pendidikan pencegahan HIV/AIDS dalam bahasa daerah setempat
@ Meningkatkan kemampuan para guru, penyuluh kesehatan, pembuat program multimedia, dan pemangku peran dalam pendidikan pencegahan HIV/AIDS
@ Memperluas pemanfaatan ICT dalam pendidikan pencegahan HIV/AIDS
@ Menyampaikan program pencegahan yang berbasis ICT kepada masyarakat yang terisolir, terpinggirkan dan rentan
Komponen SEAMEO berfokus pada guru dan remaja di sekolah dan secara tak langsung menggarap masyarakat tempat sekolah yang dipilih berbeda. komponen ini dilaksanakan di 9 daerah perbatasan antara ke 5 negara yang berperanserta. Ada 36 SMP yang menjadi garapan program ini, masing-masing 2 sekolah di setiap wilayah perbatasan.

KOMPONEN PROGRAM & SASARAN
Ada 4 komponen program yaitu ;
ü Pengembangan bahan ajar
Bahan-bahan ajar yang dikembangkan ini menjawab tuga permasalahan yang terkait satu sama lain yaitu perilaku rawan HIV/AIDS, perdagangan perempuan dan anak-anak serta penyalahangunaan obat-obatan di kalangan minoritas yang tinggal di perbatasan.
ü Pengembangan kemampuan
Kelompok-kelompok remaja dan wanita masyarakat yang memberikan dukungan lanjutan setelah sasaran menerima program pencegahan di sekolah.
ü Penyampaian program
Melalui kurikulum dan kegiatan pembelajaran di sekolah dengan guru sebagai agen perubahan dan penggerak masyarakat.
ü Database
Target sasaran program ini adalah 8,000 remaja usia sekolah (13-24 th) di daerah perbatasan GMS, selain itu remaja luar sekolah dan kelompok resiko tinggi seperti ; supir truk, PSK.
ANALISIS SITUASI SEKOLAH DAN LAPANGAN
Masing-masing negara memberikan sajian situasi mutakhir HIV/AIDS dengan fokus ke daerah perbatasan serta kelompok sasaran (anak sekolah, etnis minoritas, masyarakat terpencil, dan susah dijangkau);
pendidikan pencegahan yang meliputi program secara umum, strategi pokoknya, cakupan, bahan yang digunakan dan tantangan yang dihadapi; kondisi infrastruktur ICT yang ada terutama di daerah perbatasan, kebijakan, dan rencana pengembangan ICT serta pemanfaatan ICT yang telah ada.
Pelatihan
Pelatihan di tingkat sekolah dan nasional selanjutnya dilaksanakan, dengan :
• Cara-cara penularan dan pencegahan infeksi HIV/AIDS
• Metode pembelajaran efektif dengan cara inovatif dalam berbasis ICT diajarkan
• Diarahkan untuk membuat bahan ajar dalam Proses Belajar
• Pelatihan Infrastruktur ICT juga ditingkatkan
Pelajaran apa yang dapat dipetik dari program ini?
¥ Program ini telah berhasil mempererat kerjasama antar sektor pendidikan dan kesehatan mulai dari tingkat kabupaten, propinsi hingga nasional. Koordinasi yang semula sulit diwujudkan dengan model yang diberikan program ini mulai kelihatan tumbuh di sebagian besar lokasi.
¥ Dukungan dan kerjasama berbagai pihak terkait sangat menentukan keberhasilan program ini. Peran serta dan komitmen orangtua dan pemuka masyrakat mulai dari saat persiapan program hingga pelaksanaan sangat mempermudah pencapaian tujuan program ini.
¥ Hubungan sekolah dan masyrakat yang erat memungkinkan apa yang dihasilkan dan digunakan di sekolah juga dimanfaatkan untuk pembelajaran teman sebaya di masyrakat.
¥ Program ini juga telah memberi model pengintegrasian pendidikan pencegahan HIV/AIDS berbasis ICT ke dalam kurikulum sekolah tanpa terlalu banyak menambah jam pelajaran.